Visualisasi Melawan Corona dalam Pameran Tunggal Heri Dono

Heri Dono, siapa yang tak kenal namanya? Di kota tempat dia bernaung, dia adalah seorang seniman yang sangat terkemuka di Yogyakarta. Dia juga salah satu orang Indonesia pertama yang masuk ke kancah seni global pada awal 1990-an. Ia merupakan salah satu generasi seniman Indonesia yang memulai karirnya pada 1980-an. Sejak awal karirnya, ia telah berkeliling dunia untuk memamerkan dan menanggapi undangan workshop dari berbagai negara. Nah, kali ini kalian bisa berkesempatan melihat karya-karyanya, yang akan dipersembahkan oleh Galeri seni Srisasanti Syndicate. Pameran tunggal karya seni dari Heri Dono tersebut bertajuk “Kala Kali Incognito”. Pameran seni ini nantinya bisa kalian akses melalui Galeri 2 Tirtodipuran Link, yang dimulai dari tanggal 6 November sampai dengan 3 Januari 2021. Pameran ini sendiri bakal nampilin 7 lukisan dan 2 karya seni instalasi yang akan dipamerkan untuk pertama kalinya. Seru banget kan buat kalian pecinta karya seni lukisan dan instalasi.

Di pameran tunggalnya ini, Heri Dono akan memvisualkan bagaimana kondisi saat ini, yang di mana kita umat manusia sedang berperang melawan virus corona, yang tidak lain adalah pertempuran buta tanpa harapan melawan Roda Waktu. Heri Dono memilih dewa laki-laki, Kala, yang dalam mitologi Jawa ingin menelan bulan dan menjerumuskan bumi ke dalam kegelapan. Dengan keinginannya untuk menelan bulan, kala ingin menelan waktu, karena bulan juga memiliki arti sebagai siklus lunar selama 28 hari.

“Kita membuat perencanaan dengan berbagai macam jadwal, dan seolah waktu harus mematuhi kita. Coronavirus datang untuk mengingatkan kita bahwa kita bukanlah penguasa waktu.” Faktanya, semua tokoh dalam lukisan KALA KALI INCOGNITO adalah boneka atau wayang. Menurut Heri Dono, segala sesuatu dalam hidup ini merupakan paradoks. Dalam kebutaan mereka, para tokoh seolah menjadi pejuang dan pahlawan super palsu tidak melihat bahwa mereka melompat-lompat di bawah tatapan penuh belas kasihan planet kita, lautan, hutan, langit, yang mereka jarah. Hanya bumi yang tahu bahwa pada akhirnya dia akan memenangkan perang ini, tanpa pertempuran apapun.

Dalam praktek keseniannya, dia sering terinspirasi oleh figur dalam cerita wayang kulit sambil menyinggung berbagai tema isu sosio- politik dalam lukisan dan karya instalasinya. Heri Dono sering mewakili Indonesia dalam festival seni dunia seperti Biennale / Triennale di berbagai negara sejak tahun 1984. Berbagai pencapaian dari Heri Dono diantaranya berpartisipasi dalam Venice Biennale ke-56 pada tahun 2015, karyanya menjadi koleksi Deutsche Guggenheim di Frankfurt, Fukuoka Art Museum di Jepang, Singapore Art Museum, National Gallery of Australia di Canberra, dan Tropenmuseum di Amsterdam.

Dalam banyak instalasi dan pertunjukannya, Heri Dono secara efektif memanfaatkan ‘potensi performativitas dan interaktivitas’, sehingga karya-karyanya terlibat dalam dialog saling melengkapi dengan pemirsanya. Dalam lukisannya, Heri Dono memanfaatkan deformasi liar dan fantasi freestyle yang memunculkan tokoh-tokoh dalam cerita wayang. Untuk ini, ia menambahkan pengetahuan dan minatnya yang mendalam pada kartun anak-anak, film animasi, dan komik. Kanvas Dono selalu dipenuhi dengan karakter menakjubkan yang menjalin cerita fantastis dan absurd. Di dalamnya, Dono terkadang menyisipkan komentar kritisnya sendiri terhadap isu-isu sosial politik di Indonesia dan luar negeri.

Bersamaan dengan pameran ini, Galeri seni Srisasanti Syndicate juga akan mempersembahkan pameran tunggal “2020 PAN-ASIAN PERSPECTIVE” oleh seniman ternama Zhang Kexin dari Tiongkok. Tema pameran ini juga menyinggung isu pandemi dan membahas kondisi kebudayaan sosial serta flora fauna yang sedang terjadi di Indonesia.

Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip dari Galeri seni Srisasanti Syndicate

Karya Seni Thom Yorke dan Stanley Donwood Segera Dipamerkan

Siapa yang tahu, ternyata ikatan pertemanan bisa membawa kita ke suatu hal yang sangat jauh. Dengan teman, seseorang bisa dengan mudah untuk berkolaborasi, bersama teman pula kita  kerap bertukar ide...

Keep Reading

Nada Siasat: Bermimpi di Ujung Maret

Memasuki bulan Maret, pertunjukan musik secara langsung kini sudah diberi lampu hijau oleh para pemangku kebijakan. Gelaran musik dari yang skala kecil sampai skala besar kini sudah mulai muncul ke...

Keep Reading

Galeri Lorong Langsungkan Pameran Seni Bernama IN BETWEEN

Berbagai momentum di masa lalu memang kerap menjadi ingatan yang tak bisa dilupakan. Apalagi jika irisannya dengan beragam budaya yang tumbuh dengan proses pendewasaan diri. Baru-baru ini Galeri Lorong, Yogyakarta...

Keep Reading

Refleksikan Sejarah Lewat Seni, Pameran "Daulat dan Ikhtiar" Resmi Digelar

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengadakan sebuah pameran temporer bertajuk “Daulat dan Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Seni”. Pameran ini sendiri akan mengambil waktu satu bulan pelaksanaan, yakni...

Keep Reading