Usaha Lokal Jajan Menghidupkan (Kembali) Geliat Permusikan di Klaten

Klaten adalah kota yang dijepit dua poros besar kehidupan di Pulau Jawa; Jogjakarta dan Surakarta (Solo). Geliat anak mudanya merekah, kendati seringkali tidak terekspos.

Jejak Klaten bisa ditelusuri dari eksistensinya menjadi salah satu kota persinggahan tur band luar negeri yang sedang berkeliling Pulau Jawa. Letaknya yang memang ada di antara, membuat kota ini secara geografis ideal dijadikan tempat singgah. Dulu, kontak yang berkibar mengorganisir banyak kegiatan adalah Abenx yang menggunakan bendera Onward Booking. Sayang, ia meninggal beberapa tahun yang lalu.

Tongkat estafet itu, secara tidak langsung kini diemban oleh pasangan Andreas dan Lusiana Leksana. Mereka menghidupi Lokal Jajan.

Bentuk fisik Lokal Jajan adalah kafe. Selain menghidangkan berbagai macam menu makanan, tempat ini juga menjadi retailer rilisan musik lokal yang bisa jadi terlengkap di seluruh penjuru kota. Lokal Jajan punya ruang reguler untuk menggelar pertunjukan bulanan yang diberi nama Kamis Manja. Dalam beberapa kesempatan, mereka juga menjadi tuan rumah untuk band tur yang mampir ke Klaten.

Kamis Manja adalah gelaran rutin setiap hari Kamis yang mengeksplorasi potensi lokal musisi independen di Klaten. Band tur semacam Darsombra (USA), Mama’s Broke (Kanada) pernah diorganisir oleh mereka baik di Pendopo Lokal Jajan maupun di venue lain.

Kembali sedikit ke awal kisah Lokal Jajan. Andreas dan Lusiana keluar dari pekerjaan masing-masing dan fokus menjalankan tempat kuliner yang telah berdiri sejak 2015 tersebut. Awalnya, mereka memang membuka bisnis kuliner lalu kemudian ide-ide lain muncul, salah satunya yaitu menyulap pojok ruangan di pendopo mereka menjadi display rilisan fisik. Banyak teman-teman penggemar rilisan fisik datang dan ngobrol ngalor-ngidul, kemudian mereka menemukan gagasan-gagasan untuk membuat beberapa hal untuk menghidupkan kembali geliat permusikan di Klaten.

Event musik pertama yang dibuat adalah Cassette Store Day di bulan Oktober 2017. “Event ini dibuat untuk sekedar ‘cek ombak’. Ternyata antusiasme dari teman-teman sangat luar biasa. Dari sini lah, event-event musik lainnya muncul,” terang Andreas.

Kamis Manja, yang sempat disinggung tadi, merupakan langkah lanjutan yang digagas oleh Lokal Jajan. Dua orang kawan, Gardian dan Tyan, mengambil kontribusi untuk terwujudnya acara reguler ini. “Kok belum ada kegiatan yang mengulas band Klaten dan tentu saja dengan proses kreatif terciptanya sebuah karya. Lebih ke sharing dan showcase sih (Kamis Manja) ini,” ungkap Andreas.

Lokasi yang berada di tengah permukiman warga, dengan sendirinya membuat mereka perlu memutar otak untuk bisa bernegosiasi dengan lingkungan setempat supaya tidak menimbulkan kegaduhan. Ada syarat-syarat yang akhirnya harus disepakati demi keberlangsungan yang lebih panjang. Misalnya saja, kegiatan sudah harus selesai sebelum tengah malam atau parkiran perlu ditata rapi supaya tidak mengganggu pengguna jalan lain dan sejumlah hal yang sifatnya menjaga supaya seluruh kepentingan orang sekitar terpenuhi dan tidak terganggu.

Sedikit banyak, kontribusi yang dilakukan Lokal Jajan ini, ikut memberi warna pada kota yang biasanya hanya dilihat sebagai ‘second city’ ini. Geliat band-band lokal mulai muncul. Dua nama yang telah merilis karya mereka adalah The Jeblogs dan Orsa Gxng. Sebentar lagi, Halokabe juga akan mengikuti langkah dua kompatriotnya.

“Kami juga akan merilis kompilasi Kamis Manja yang berisikan banyak band asal Klaten, Solo dan Jogjakarta. Saat ini masih tahap rekaman,” jelas Andreas.

Kamis Manja, sesungguhnya, juga menjadi jembatan untuk kolaborasi kesenian. “Potensi Klaten masih bisa dikembangkan melalui beragam eksplorasi genre musik. Beberapa pertunjukan bahkan berkolaborasi dengan sejumlah sanggar seni yang ada di Klaten,” cerita Andreas lagi.

Sanggar seni yang dimaksud lebih ke pengamalan musik tradisi atau kontemporer. “Kalau mau disebut, ada Sanggar Lare Mentes atau Kidung Gerabah,” lanjutnya.

Kemungkinan untuk membuka diri terhadap persilangan banyak kepentingan dalam berkesenian, juga dengan sendirinya membuat Lokal Jajan punya jaringan yang luas dengan dua kota tetangga mereka. Bahkan hingga ke Salatiga dan Semarang, selain Solo dan Jogjakarta. Salah dua kerja sama yang sering terjadi adalah penjualan rilisan fisik dan berbagi panggung untuk sejumlah band. Lokal Jajan bergabung dengan Jogja Records Store Club, komunitas penjual rekaman dan label yang berbasis di tengah Pulau Jawa.

“Awalnya dulu saya berkenalan dengan mas Triaman (Sambreng) dari Demajors Jogja dan pemilik Toko Musik Luwes. Dari situ berkenalan dengan kawan-kawan lapakan, hingga akhirnya bergabung di JRSC padahal saya dari Klaten. Seru,” cerita Andreas.

“Karena dengan adanya teknologi saat ini kan lebih banyak referensi dalam bermusik. Dan berkaryapun bisa di kota sendiri, tinggal kita berjejaring dengan kawan-kawan luar kota, hingga karya kita sampai jauh,” lanjutnya.

Harapan, selalu menyertai supaya Lokal Jajan bisa berkontribusi lebih panjang pada geliat kesenian di Klaten. “Kami ingin lebih mengembangkan industri kreatif di sini, karena potensi kawan-kawan begitu besar dan masih perlu dikembangkan dengan optimal,” tutupnya.

Apabila kamu berkunjung atau sedang melewati Klaten, jangan lupa untuk mampir di kafe yang terletak di Jalan Bhayangkara Gang Regulo Nomor 3, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah. (*)

 

Teks: Indra Menus
Foto: Dok. Lokal Jajan

Menyajikan Lebih Dari Musik!

Familiaxshow telah sampai pada seri ke-7 yang akan digelar pada 18 September 2022. Gig 3 bulanan sekali ini pertama kali digulir 6 Maret 2020 dengan fokus memberikan ruang bagi lineup...

Keep Reading

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading

Semarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...

Keep Reading