Tumpah Ruah Kesenangan di Soundrenaline 2019

Usia 17 tahun merupakan sebuah pertanda kedewasaan telah datang, hal ini juga berlaku bagi sebuah festival musik. Soundrenaline sebagai gelaran musik terbesar di Asia Tenggara telah berhasil menginjak umur ke- 17 di tahun ini. Mereka terus memberikan kemeriahan serta keberagaman program yang dimilikinya, inovasi demi inovasi digelontorkan demi memberikan kualitas terbaik untuk menikmati sebuah suguhan festival musik.

Kali ini mereka mengusung tema The Spirit of All Time. Jika berbicara tentang semangat yang tak lekang oleh waktu, hal tersebut memang bisa kita temukan di dalam Soundrenaline 2019. Semuanya dikemas nyata dengan berbagai macam bentuk kolaborasi dan kebaruan. Di lini penampil musik, secara spesial festival ini mendatangkan beberapa nama yang patut disimak penampilannya, seperti Suede, Primal Scream, Pamungkas, Ardhito Pramono, .Feast, Jambinai, Mellow Fellow hingga Feel Koplo.

Jika merunut sedikit ke belakang, Primal Scream sama sekali belum pernah menginjakkan kaki mereka untuk tampil di Indonesia, hanya di Soundrenaline kalian bisa menyaksikan band asal Britania Raya tersebut untuk pertama kalinya.

Yang juga menarik lainnya dari perhelatan festival selama 3 hari (jika ditambahkan dengan A Camp) ini adalah penampilan dari Seringai yang secara khusus menggaet marching band dari Universitas Udayana untuk berkolaborasi, lalu ada penampilan Kelompok Penerbang Roket, Deadsquad, dan Efek Rumah Kaca yang memunculkan video dari Fluxcup diawal penampilan mereka. Ramuan kolaborasi cantik ala Ardhito Pramono dan Mocca juga turut memeriahkan gelaran ini.

Sudah menjadi tradisi tersendiri bagi para musisi untuk memberikan sesuatu yang spesial tiap kali mereka tampil di panggung megah Soundrenaline, dan juga hal tersebut merupakan sebuah kado manis dari Soundrenaline untuk para pengunjung yang menghadirinya.

Hal di atas baru sebagian kecil dari inovasi baru yang dihadirkan. Dari lini seni rupanya, Soundrenaline juga tak tanggung-tanggung. 17 kolaborator dihadirkan untuk mengerjakan berbagai bentuk instalasi seni yang ada di dalam area acara. Kolaborator ini secara maksimal mampu menghadirkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Pernahkah terpikirkan sebelumnya jika ada sepatu berukuran besar hadir di tengah-tengah area sebuah festival musik? hanya di Soundrenaline kalian bisa menemukan hal tersebut. Secara khusus, Muklay membuat instalasi sepatu ini dengan tujuan untuk memperlihatkan jati diri dari Soundrenaline yang setiap tahunnya selalu menjanjikan kesenangan kepada para pengunjung.

Lalu ada instalasi milik I Kadek Agus Mediana dan I Putu Kharisma Edi yang bernama Penjaga Jaman. Instalasi ini berbentuk patung penari baris tunggal berukuran besar yang diinterpretasikan sebagai penjaga budaya.

Karya seni menarik lainnya adalah The Monument, sebuah karya oleh Uji Hahan asal Yogyakarta. Melalui instalasi setinggi 11,8 meter ini, dia secara tegas menginterpretasikan sebuah gagasan atas responnya terhadap berbagai hal negatif yang tercermin dalam sebuah submisi berbagai keraguan. Hal ini dapat menjadi gambaran akan sebuah proses di mana keraguan selalu berjalan seiring dengan kemajuan. Di depan instalasi ini sendiri juga terdapat panggung Bukan Rap Battle yang diisi oleh para rapper kenamaan Indonesia semisal Yacko yang berbagi panggung bersama Tora, Ariel Nayaka dan Joe Million, Randslam melawan Shotgundre, serta Krowbar versus Sonjah.

Ada banyak sekali karya dan penampilan terbaik yang bisa dinikmati secara bersamaan di Soundrenaline 2019. Hal ini diberlakukan agar pengunjung dapat lebih banyak pilihan dan inspirasi tentang bagaimana cara untuk bebas berekspresi. Catatan penting yang ada di Soundrenaline 2019 adalah adanya A Camp. Memang bukan sesuatu yang baru, beberapa tahun kemarin hal seperti ini juga dihadirkan. Namun, euforia yang ada dari program ini sama sekali tak surut dari antusias pengunjung yang ingin menikmati pengalaman berkemah di dalam sebuah festival musik.

Di dalamnya hadir program Festitalks, Senandung Santai dan Karaoke Night. Untuk Festitalks sendiri berbentuk sebuah obrolan ringan yang membahas berbagai isu yang erat kaitannya dengan industri kreatif saat ini yang ada di Indonesia. Nama-nama seperti Farid Stevy, Jimi Multhazam, Anton Ismael hingga para promotor dari Zandari Festa (KOR), LUC Fest (TWN) dan LEEway (KOR) hadir di program yang digelar selama 3 hari di dalam sekitar area perkemahan ini.

Tak lupa juga ada sesi Jamuan Seniman dan Ruang Tamu. Di dalam Jamuan Seniman, ada nama-nama termahsyur yang beberapa di antaranya beralih profesi menjadi penyaji makanan dan minuman di dalam area festival. Seperti Fathia Izzati yang membuat menu bernama Sparky Cookies and Cream, sebuah kombinasi vanilla ice cream, poprocks, rambut nenek, edible flower dan cookies. Lalu ada racikan cocktail ala Asteriska yang menghadirkan cita rasa dari era 60-an hingga ke periode lebih modern.

Untuk Ruang Tamu sendiri menghadirkan Podcast BKR dari trio BKR Brother yang membahas beragam fenomena serta keluh kesah dari para bintang tamu yang hadir.

 

Keriangannya masih belum berhenti. Bila kalian datang dan mengunjungi area Celebration Stage, pasti kalian dapat melihat booth Grafis Huru-hara, Upcycle Project, Ruangtuju, dan Colors of Natura. Disana, mereka menyiapkan beragam workshop menarik yang patut dijajal.

Jangan takut kelaparan, Soundrenaline 2019 menyediakan area market place di wilayah All Time Stage yang menyediakan sejumlah tenant-tenant makanan. lalu, untuk kebutuhan bergaya, di sana juga tersedia booth yang menjajakan beragam pernak-pernik fashion.

Seperti GHH atau Grafis Huru-hara yang sudah berdiri sejak 2012. Awalnya mereka hanya rutin berkumpul tanpa agenda yang jelas. Hingga pada tahun 2015, mereka mengukuhkan posisinya sebagai kolektif yang struktural dan memiliki kejelasan arah tujuan. Pada perhelatan Soundrenaline 2019, GHH menyediakan kelas singkat sablon manual (lino cut) dan sablon hot press.

Ada pula Instalasi karya para finalis Go Ahead Challenge yang dipamerkan bertajuk Biar Tapi Jadi Bukti. Berasal dari passion-field berbeda (music, video/fotografi, dan visual art), seniman-senimannya dibagi ke dalam 3 grup yang masing-masingnya berjudul Siska, Kursi Perspektif, dan Deep Lymbic System. Setiap karya menyampaikan respon atas keraguan atau masalah yang timbul baik dari internal maupun eksternal. Kisah masing-masing dituangkan melalui berbagai teknik dan elemen berbeda seperti teknik kolase, hologram, instrumen musik, serta media lain yang mampu memberikan pengalaman berkesan bagi setiap pengunjung yang menikmati karya tersebut.

“Perjalanan para finalis Go Ahead Challenge terbilang cukup panjang. Dimulai dari pengumpulan karya pada bulan Maret 2019, lalu terpilih 9 finalis untuk eksplorasi karya bersama di Creative Academy pada bulan Juli. Kemudian mereka ditantang untuk membuat karya lintas disiplin seni dengan bekerja dalam kelompok selama bulan Agustus. Dan kini mereka berhasil membuktikan dengan karya yang membahas pengalaman mereka menghadapi keraguan-keraguan dalam perjalanan kreatif, serta bagaimana mereka menyampaikan bahwa keraguan tak selalu menjadi halangan, tapi justru bisa dijadikan inspirasi berkarya.” jelas Naufal Abshar yang merupakan kurator Biar Tapi Jadi Bukti di bidang visual art.

Selain pameran kolaborasi, para finalis musik juga akan merasakan pengalaman seru menampilkan karyanya dalam di Creators Stage Soundrenaline. Di panggung yang sama pada 8 September 2019, akan diumumkan tiga pemenang Go Ahead Challenge dari masing-masing passion-field untuk kemudian mendapatkan kesempatan eksplorasi karya dan pengembangan diri di New York bersama Lucky Kuswandi, di Venice bersama Naufal Abshar dan di Korea Selatan bersama Widi Puradiredja, serta satu pemenang grup favorit hasil vote pengunjung pameran Go Ahead Challenge di area instalasi karya Tapi Jadi Epik.

Secara garis besar, Soundrenaline bukan hanya berukuran besar dari skala venue, namun juga dari beragam program yang dihadirkan. Festival ini bisa dibilang sangat berhasil dalam hal menawarkan sebuah cita rasa menikmati suguhan festival yang tidak hanya diisi dengan musik saja, tapi ada seni rupanya di dalam. Banyak ragam program yang dihadirkan berhasil kami dokumentasikan, untuk membuktikan bahwa festival ini tak main-main di usianya yang ke 17 tahun. Senang rasanya bisa hadir menyaksikan dan merasakan geliat festival ini. Semoga tahun depan lebih banyak inovasi baru menakjubkan yang dihadirkan. Full dokumentasi berbentuk video segera dirilis.

Teks: Adjust Purwatama dan Rizki Firmansyah
Visual: Arsip Siasat Partikelir

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading

Crushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...

Keep Reading