The Sugar Spun Rilis Lebih Dulu Album Mereka Via The Storefront

Unit rock alternatif asal Bandung, The Sugar Spun telah merilis album penuh perdana mereka dengan tajuk A Thousand Tiny Thoughts melalui The Storefront. Beberapa pekan ke depan lah baru mereka akan melepas album tersebut melalui platform musik digital lain.

Bersamaan dengan dirilisnya album penuh ini melalui The Storefront, The Sugar Spun juga mengumumkan daftar trek A Thousand Tiny Thoughts. Terdapat sepuluh trek di dalamnya, termasuk beberapa lagu yang telah mereka rilis sebelumnya, “Madhouse”, “Can’t You See, Mama”, dan “Sugarsnap”. Selain itu, mereka juga akan berkolaborasi dengan musisi lain, SBPLUSIX di “Leave the Womb” dan Jasmine Risach di “Have I Ever”.

“Madhouse”, nomor terakhir mereka sebelum merilis album juga cukup menarik. Trio berlandas bebunyian elektris new wave ini mengangkat tema isolasi diri dalam lagu dengan selipan ketukan yang terdengar tidak biasa namun ternyata biasa ini.

“Madhouse” menceritakan tentang betapa mengerikannya efek mengurung diri sendiri hingga sulitnya memisahkan antara realita dan khayalan. “Lagu ini seakan-akan membawa kita kedalam rumah sakit jiwa,” tulis mereka dalam keterangan pers. Namun, The Sugar Spun menyampaikan pesan sedepresif itu dengan nuansa yang lebih mayor, tidak begitu diselimuti bayangan suram dan depresif. 

Dari segi instrumen, The Sugar Spun mengandalkan gitar, drum, dan synth. Aspek low sendiri kebanyakan diambil dari permainan dibelakang tuts synth.

Fathir Dzaki, Rashief Muhammad, dan Gilang Dhafir menjadikan “Madhouse” sebagai jembatan menuju album debut mereka, A Thousand Tiny Thoughts. Versi layanan streaming digital album tersebut akan dirilis dengan bantuan Orange Cliff Records (label sekampung halaman yang juga menaungi Bin Idris, Sigmun, dan Gaung) pada 15 Oktober mendatang.

Semenjak terbentuk sejak 2018, The Sugar Spun lumayan produktif menciptakan karya. Setelah setahun berdiri saja, mereka telah menelurkan sebuah album mini dengan tajuk All the Tracks Based on My Feelings and This Is What It Looks Like. Album mini tersebut berisikan beberapa nomor, termasuk nomor andalanan mereka “War” dan “D.T.T.D. (Desperate Turn the Days)”.

Kebanyakan tema yang diangkat dalam album tersebut juga senada dengan apa yang mereka di “Madhouse”. Mereka banyak  mengisahkan kejadian-kejadian pada fase quarter life crisis atau peralihan dari masa remaja menuju dewasa, di mana pada masa tersebut tuntutan, pertanyaan, dan masalah semakin bertambah.

Tahun lalu, karya mereka juga tidak kalah banyak. Tercatat tiga single, “Trapped in the Ice”, “Ocean Tides”, dan nomor ber-Bahasa Indonesia pertama mereka, “Adegan Ranjang 1981-1982” (gubahan ulang Sajama Cut) telah dirilis The Sugar Spun pada 2020.

“Madhouse” juga bukan satu-satunya karya yang mereka rilis tahun ini. Belum lama ini, The Sugar Spun telah  merilis sebuah single ganda yaitu “Sugarsnap” dan “Can’t You See, Mama”.

Teks: Abyan Nabilio
Visual: Arsip dari The Sugar Spun

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading