Seniman Sablon yang Banyak Berjasa Bagi Band

Apa yang pertama kalian lihat ketika seseorang memakai t-shirt musik? Tentu adalah artwork dari si band yang sedap untuk dipandang bukan? Namun di balik itu, yang tak kalah penting adalah peran si seniman sablon yang dengan telaten telah menyulap  sebuah artwork ke dalam t-shirt tersebut. Ya, keberadaan seniman sablon ini akhirnya sama pentingnya dengan pembuat desain merchandise. Kalo nggak ada seniman sablon ya gabakal ada tuh kaos-kaos band yang keren-keren itu kan. Kalau pun ada, sudah dipastikan pembuatannya menggunakan mesin dan kualitasnya belum tentu lebih baik ketimbang hasil sablon dari gesutan tangan si seniman ini.

Di era yang serba maju, agaknya dunia persabloan masih awet dan orang-orang masih banyak yang berminat untuk menjadi pelaku di industri ini. Para konsumennya pun setiap tahun sepertinya terus bertambah.  Terlebih dengan semakin meningkatnya kesadaran betapa pentinnya merchandise untuk menunjang pemasukan musisi ataupun band, tentu permintaan pasar akan sablon ini kian meningkat pula.

Menurut Juniar Noerachman atau yg lebih karib disapa Jujun, pemilik studio sablon Hoofd Screenprinting yang bermarkas di Garut. Bahwa peranan tukang sablon di ranah merchandise musik ini begitu penting, karena akhirnya seorang penggemar musik ketika mendukung penuh seorang artis maupun band, mereka tidak cukup untuk mendengarkan karya musiknya saja, lebih jauh para penggemar ini pasti memiliki keinginan untuk memakai maupun mengoleksi merchandise dari band yang disukainya tersebut sebagai bentuk apresiasi sekaligus wujud identitasnya.

“Menurut saya peranan tukang sablon di ranah merchandise musik sangat penting. Kenapa? Karena bentuk apresiasi dari seorang penggemar itu tidak cukup hanya mendengar lagunya saja.  Seorang penggemar akan merasa ada kepuasan tersendiri ketika memakai merch dari band idolanya. Terlebih untuk menunjukan identitas si penggemar tentang band apa yg mereka sukai” kata Jujun.

Dalam proses produksinya sendiri, Jujun tak hanya melihat peluang keuntungan dari merchandise yang ia kerjakan. Tetapi hal-hal lain juga ia perhatikan, semisal tentang kepercayaan antara band dengan studio sablon sampai dari segi artwork yang akan ia kerjakan.

“Tolak ukur banyak . Semisal Dr segi seberapa dia menghargai desain misal ketika memakai jasa desainer atau artworker.  Dari segi ketelitian ketika proses produksi sebisa mungkin ingin hasil sesuai.  Atau dari seberapa karya itu benar-benar sebuah karya yang ingin di jual kepada calon pembeli. Yang saya selalu pertanyakan disini. Mau apa ? Mau jual karya atas dasar “pertemanan”, atau jual pertemanan atas dasar “karya”. Saya berharap ketika para pembeli ini membeli sebuah merchandise yaitu karena atas dasar suka tanpa tapi” lanjut Jujun.

Dalam sejarahnya, sablon memang bukan hanya diperuntukan bagi dunia industri yang serba komersil semata, tetapi kreasi sablon ini merupakan juga bentuk dari karya seni. Sebagai trivia, di tahun 1930-an, di Inggris terdapat  sebuah komunitas seniman sablon bernama National Serigraph Society, yang mulanya dikenal dengan nama Serigrafi. Komunitas ini didirikan untuk membedakan antara seniman yang berkarya di bidang seni dengan orang-orang yang yang menggunakan sablon untuk kepentingan industri komersil. Bahkan seniman sekaliber Andy Warhol pun kerap membuat karya dengan teknik sablon. Satu nafas dengan semangat sablon sebagai seni, Jujun mengatakan bahwa pelaku sablon cetak saring kiwari  sudah memposisikan diri dan mulai dihargai sebagai seniman, ia menganalogikannya dengan musik.

“Saya coret di sini kata “tukang” menjadi kata “seniman”, sama kayak pengen keren nya “tukang musik” menjadi “musisi” hahaha.” Kelakar Jujun.

Sebagai bentuk  perwujudannya bahwa sablon tak melulu berkutat di industri komersil, Jujun bersama kawan persablonan-nya  di Garut kerap menggelar event  yang beririsan dengan ranah kreatif di luar  sablon, tak terkecuali musik. Semisal ia membuat gelaran akbar ‘Screenprintour’, sebuah helatan untuk saling mempertemukan para pegiat sablon di Indonesia yang juga memiliki misi untuk memberikan informasi ke khalayak banyak bahwa Garut memiliki pelaku-pelaku sablon yang tak kalah saing dengan kota lain. Kemudian agenda tahunan bernama ‘Lapak Primer’ yang memiliki misi untuk lebih meyakinkan para pelaku brand lokal di Garut agar  mereka memiliki kebanggan atas produk yang mereka buat juga sebagai sebuah upaya untuk mendukung para pelaku kreatif lainnya, mengingat Lapak Primer tak hanya menampilkan pakaian saja, tetapi di dalamnya ada pelbagai konten yang cukup mengakomodir kreativitas para seniman, misal display artwork, gigs musik, talkshow, dan lain sebagainya.

Untuk wilayah musik sendiri, secara khusus Jujun dan kawan-kawannya membuat sebuah helatan bernama ‘Screensound’. Gelaran ini merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak kesadaran para musisi  di Garut bahwa pendapatan band hari ini tak harus selamanya bergantung pada panggung, tetapi sektor merchandise juga memiliki potensi besar untuk mendatangkan pundi-pundi rupiah.

“Screensound yang hadir di sini kami bermaksud untuk men-support band-band lokal di Garut yang siap dan layak untuk berkolaborasi lewat merchandise dan gigs-gigs kecil lainnya. Karena yang saya tahu pendapatan band atau musisi hari ini bukan hanya dari “panggung” saja tapi juga “merchandise” pungkas Jujun.

Akhirnya sablon tak selamanya hanya tentang industri yang berfokus di soal keuntungan saja, tetapi lebih jauh lagi para pelaku sablon ini memiliki kesadaran bahwa sablon juga dapat mendukung kemajuan ekosistem dunia kreatif, salah satunya adalah dengan menggarap merchandise dan menjadikannya  jalan hidup.

Teks: Dicki Lukmana
Visual: Arsip dari Berbagai sumber

Penampilan Monumental Di Konser Fundamental

Jumat malam memang terlalu brengsek jika harimu harus dilalui dengan hujan lebat disertai banjir dan macet di selatan Jakarta. Kebrengsekan itu pulalah yang saya rasakan saat menuju Kemang untuk menyaksikan...

Keep Reading

Menyajikan Lebih Dari Musik!

Familiaxshow telah sampai pada seri ke-7 yang akan digelar pada 18 September 2022. Gig 3 bulanan sekali ini pertama kali digulir 6 Maret 2020 dengan fokus memberikan ruang bagi lineup...

Keep Reading

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading