- Music
‘Syair Cinta’ Single Kemanusiaan dari Suarasama
Suarasama kelompok musik duo yang dimotori oleh pasangan suami-istri Irwansyah Harahap dan istrinya Rithaoni Hutajulu yang juga sebelumnya sudah memproduksi setidaknya empat album musik: “Fajar Di Atas Awan” tahun 1998 dan 2018, “Rites Of Passage” di tahun 2002, “Lebah” di tahun 2008, dan “Timeline” pada tahun 2013. Album “Fajar Di Atas Awan” diproduksi dalam bentuk keping CD oleh Radio France Internationale (RFI), France 1998. Satu lagu berjudul “Fajar di Atas Awan” yang terdapat di dalam album tersebut juga dipublikasi sebagai lagu penutup dalam Music of Indonesia 20: Indonesian Guitars by the Smithsonian Folkways Recording, 1999 in Washington DC, USA. Di tahun 2008 album yang sama diterbitkan ulang dalam bentuk CD dan LP oleh Dragcity Chicago dan didistribusikan ke beberapa negara di dunia.
Album musik Suarasama “Fajar di Atas Awan” dianggap sebagai “One of the 5 best World Music album of the year” oleh San Francisco Chronicle (SFGate.Com); “One of the 10 best World Music album Of the Year” oleh UnCut Magazine, London dan “One of the 10 Best Album of October, 2008” oleh Global Rhythm Magazine, USA. Karya musik Suarasama juga dipakai sebagai bagian dari isi dan ilustrasi dari film “[un]COMMON SOUNDS : exploring the contribution of music and the arts in fostering sustainable peacebuilding among Muslims and Christians”, oleh Fuller Theological Seminary, USA (2013).Irwansyah Harahap sendiri telah menadapat anugerah kebudayaan Kemendikbud RI sebagai pelopor world music di Indonesia tahun 2017.
Di usianya yang sudah dua puluh lima tahun, Suarasama kini kembali dengan merilis single terbaru mereka berjudul “Syair Cinta” mengutip dan membaca ulang pesan yang disampaikan oleh Boris Pasternak:
“Reshaping life!
People who can say that have never understood a thing about life—
they never felt its breath, its heartbeat—
however much they have seen or done. …”
(satu kutipan dari Boris Pasternak, “Doctor Zhivago”)
Saat ditanya mengenai apa yang melatarbelakangi karya lagunya kali ini Irwansyah Harahap meyampaikan dalam siaran persnya “Kami ingin menghadirkan kembali karya-karya inspiratif terdahulu tentang semangat kebebasan dan kemanusiaan. Membaca novel ‘Doctor Zhivago’ rasanya kita dikembalikan pada sebuah imajinasi tentang retorika, dialektika, serta dinamika kekuasaan, kebebasan, ketertindasan, kemerdekaan dan kemanusiaan saling berkelindan. Menurutku, hari ini kita melihat berbagai persoalan kehidupan masih terjebak dengan berbagai persoalan yang sama.” Irwansyah Harahap lanjut mengatakan bahwa lirik dalam karya lagu ini mengambil dan menyadur langsung satu kutipan dari Boris Pasternak, dalam novelnya ‘Doctor Zhivago’.
Mengenai penggarapan musiknya, seperti yang disampaikan Rithaony Hutajulu, mereka membuatnya secara bersama-sama. “Tadinya bang Iwan [sapaan dari Irwansyah Harahap] pingin digarap dengan pendekatan full acoustic band, tapi saya pinginnya lebih minimalis, agar pesan lirik lagu bisa lebih didengar dan diapresiasi”. Begitu sahut Rithaony Hutajulu sambil melirik dan tersenyum pada suaminya. “Ya, kami akhirnya memutuskan aransemen musiknya hanya dengan iringan orkestrasi bunyi alat petik lute dan gitar akustik aja,” lanjut Irwansyah Harahap menimpali. Rithaony Hutajulu sendiri menjadi vocal utama dalam membawakan karya lagu ini.
Saat ditanya mengapa kali ini hanya mengeluarkan album single, dan berbeda dengan album-album musik Suarasama sebelumnya. Rithaony Hutajulu-pun menjawab “Ya, sekarang ini medium pendistribusian karya musik memiliki format berbeda, apa yang disebut dengan era digital platform. Nah kita menyesuaikan dengan keadaan itu. Sebenarnya kita telah menyiapkan ada delapan karya lagu baru di akhir tahun 2020 lalu; lagu ‘Syair Cinta’ ini merupakan salah satunya. Mudah-mudahan di akhir tahun 2021 nanti bisa diterbitkan dalam bentuk album fisiknya”. Single ‘Syair Cinta’ sudah dirilis sejak 26 Maret Lalu, dan sudah dapat didengarkan di berbagai platform musik digital
Teks: Reza Raditya
Visual: Arsip dari Suarasama
SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep ReadingInterpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...
Keep ReadingKembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...
Keep ReadingLuapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...
Keep Reading