- Music
- Tidbits
Suara dari Timur
Kapal Udara adalah pendatang baru yang patut disimak. Asal mereka dari timur negeri ini, Makassar. Sebagai agen kultur yang baru keluar dari kotaknya, kelakuan mereka perlu dicermati; memproduksi rekaman yang bagus, mencampuraduk musik dan literasi dengan takaran yang enak untuk dinikmati. Ada bau kebudayaan tradisi dan gaya musik kontemporer di dalamnya.
Editor Felix Dass melontarkan sejumlah pertanyaan via email pada Kapal Udara. Empat orang personilnya, Muhammad Ayat (Ayat, vokal/ gitar), Saleh Hariwibowo (Ale, gitar), Mardhan Maing (Dadang, bass) dan Bobby Pramusdi (Bobby, drum), bergantian menjawabnya.
Ada banyak penjelasan tentang band ini, semuanya mengalir tanpa perlu dikendalikan. Seru dari Hulu, debut EP mereka sudah beredar luas. Sedikit banyak, karya-karya di dalamnya bercerita tentang betapa menariknya Makassar hari ini dari segi musik.
1. Halo, bisa cerita bagaimana menemukan format musik yang dimainkan oleh Kapal Udara sekarang ini? Kalian kan mencampurkan musik dan lirik yang secara literasi enak dinikmati.
Ale (AL): Sebelum bertemu, masing-masing personil Kapal Udara punya pengalaman bermusik yang berbeda-beda. Si Ayat dulu bergabung di band Punk Melodic dan sesekali mengikuti kompetisi musik. Saya sendiri sejak SMA bermain musik Metal Core, Dadang sering habiskan waktu di tongkrongan sambil gitar-gitaran lagu Reggae. Bobby sebelumnya tergabung dalam band Rock-Psychedelic. Pengalaman masing-masing personil tersebut memengaruhi musik Kapal Udara, baik dalam hal dinamika, aransemen, maupun harmonisasi.
Ayat (AY): Unsur folk dalam musik Kapal Udaradipengaruhi oleh beberapa band yang lagunya mulai populer di Makassar seperti Mumford and Sons, Float, Dialog Dini Hari, Theory of Discoustic, dan Payung Teduh. Kami sering mendengarkan lagu-lagu dari band tersebut pada masa awal terbentuknya Kapal Udara, sekitar akhir tahun 2014.
AL: Secara lirik, Kapal Udara sangat dipengaruhi oleh lingkungan Kampus.Tiga personil Kapal Udara merupakan mahasiswa Antropologi dan satu personil, Bobby, merupakan mahasiswa Sosiologi. Narasi atau kajian tentang masyarakat baik tentang kota-desa ataupun modern-tradisional secara tidak langsung menjadi akrab buat kami.Selain itu, saya tinggal di Katakerja sebuah perpustakaan-komunitas di Makassar. Di sana saya banyak belajar dari beberapa peneliti, penulis, dan sastrawan, mereka mengajarkan banyak hal, dan salah satu yang paling penting: bagaimana menyampaikan hal berat atau besar dengan kata-kata yang sederhana. Pelajaran itu kami terapkan di Kapal Udara. Lirik kami membahas isu besar dalam masyarakat namun dengan pilihan kata yang sederhana, sesekali puitis.
2. Lalu, konsep “Musik Mencari Teman” sudah bisa membawa kalian kemana saja? Apa hal terbaik dari berjejaring membuka jalur baru di luar kota kalian?
Dadang (D): Kapal Udara terbentuk karena pertemanan di Kampus. Awalnya Kapal Udara bisa manggung di Makassar juga karena ajakan teman. Agustus 2017 kemarin, Kami bisa bermain di beberapa panggung di Bali karena ada teman di sana. Di Jakarta, kemarin kami bisa percaya diri bermain karena banyak teman yang datang memberi dukungan.Setelah manggung, teman kami bertambah, gerak kami meluas.
D: Karena mengadopsi konsep pertemanan, pendengar Kapal Udara tidak memosisikan diri sebagai penggemar. Kami menjadi mudah akrab dengan orang baru, apalagi di Makassar. Mereka tidak segan menyapa, memberi masukan, dan datang ke Rumah Teman (kantor Kapal Udara). Hubungan pertemanan membuat manusia tidak berpikir transaksional, kami senang dengan hal itu.
AY: Sebelumnya, kami mengenal Melismatis yang dikenal sebagai band Makassar pertama yang telah melakukan tur di berbagai kota. Selanjutnya ada Theory of Discoustic yang sempat maindi luar kota. Lalu ada Tabasco yangsudah melakukan tur di beberapa tempat di Jakarta. Dan masih banyak band Makassar lainnya yang telah bermain di berbagai kota.Kapal Udara bukanlah pembuka jalur baru, namun kami berharap bisa menjadi semangat baru di kota Makassar. Kami meningkatkan semangat pertemanan sekaligus profesionalitas dalam memanajemen sebuah band. Dan hal yang terbaik dari itu semua adalah, karena main di jalur indie, Kapal Udara bisa menjadi diri sendiri.
3. Apa sih yang ingin dicapai lewat Kapal Udara sebagai kendaraan? Apakah kalian melihat karir di musik sebagai sesuatu yang sifatnya berjangka panjang?
AL: Kami sudah sering membahas hal seperti ini. Di mana posisi Kapal Udara dalam kehidupan kita? Sampai kapan kita bermusik? Mau dibawa kemana musik Kapal Udara? Hehe. Pertanyaan seperti itu saya yakin sering muncul di lingkaran band Makassar. Di Makassar, belum ada yang berani atau berhasil menjadikan aktivitas ngeband sebagai pekerjaan serius. Bermain band belum bisa memenuhi urusan perut selama tujuh hari tujuh malam. Akhirnya, banyak band Makassar melalui tahap seperti ini: awalnya serius ngeband, kemudian perlahan-lahan mencari pekerjaan di luar musik karena tuntutan nafkah, dan kemudian bubar karena kesibukan masing-masing personil. Kapal Udara tidak ingin ikut ke dalam tahapan seperti itu. Kami ingin Kapal Udara menjadikendaraan yang berlayar jauh. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari menjadikan hobi sebagai pekerjaan. Itu artinya Kapal Udara punya tugas yang besar. Harus kerja keras dan cerdas. Kami membenahi manajemen, meningkatkan pengetahuan, dan mencari teman.
4. Apa yang memantik pencarian baru di dalam tubuh Kapal Udara? Misalnya, “Eh, kita coba menulis lagu tentang A, yuk.” atau, “Coba tur ke Jakarta sering-sering, yuk.” Apa yang membuat kalian ingin mencoba banyak hal baru?
Bobby (B): Internet dan media sosial membuat kami bisa mengamati perkembangan musik di luar Makassar. Kami juga mempelajari siasat bertahannya band-band di dalam dan luar Makassar. Melalui media sosial juga kami selalu melakukan riset kecil-kecilan untuk memutuskan apa yang akan Kapal Udara lakukan.Untuk ide-ide kreatif yang ada di Kapal Udara, kebanyakan lahir dari teman-teman yang justru aktif di bidang selain musik. Teman-teman kami banyak bergelut di bidang visual, literasi, aktivis, peneliti, mereka memberikan banyak ide yang sulit bila kami pikirkan sendiri. Misalnya dalam mempertimbangkan visual untuk promosi, pemilihan kata dalam lirik, unsur keberpihakan dalam narasi lagu, atau pun aksi Kapal Udara di atas panggung, mereka sering memberikan saran. Dan di bagian itulah, kami mendapatkan hal baru.
5. Menurut kalian, scene musik lokal di Makassar seperti apa sih kondisinya sekarang ini?
AY: Skena musik di Makassar terus berkembang. Meskipun gig-gig komunitas sering terhadang oleh masalah produksi alat, panggung, fee, dan lainnya, namun geliat pelaku musik dan orang-orang yang mendukung berkembangnya skena musik di Makassar makin meningkat. Makassar sedang berada di masa sekat-sekat skena antar genre mulai terkikis. Gig-gig di Makassar menampilkan band-band lintas genre. Musisi lintas genre sering nongkrong bersama. Kolaborasi semakin marak dilakukan, baik sesama musisi maupun antar musisi dengan seniman lainnya.
AL: Beberapa teman mulai menyuarakan “Membangun industri musik di kota Makassar”. Isu-isu produksi, distribusi, sampai investasi di bidang musik semakin sering didiskusikan.Makassar mungkin butuh momentum, entah apa, yang bisa membuat pergerakkan skena semakin progresif. Kami melihat contoh skena film di Makassar, geliatnya semakin meningkat setelah film Uang Panai membooming. Atau skena literasi semakin menggeliat setelah puisi di film AADC #2 ditulis oleh Aan Mansyur. Skena musik juga harus menciptakan momentum.
6. Apa hal terbaik di musik Makassar yang harus diketahui oleh orang banyak di luar kota ini?
AL: Makassar punya cerita kebudayaan yang menarik, bahkan tertulis dengan aksaranya sendiri. Beberapa band berhasil mengangkat cerita kebudayaan tersebut. Beberapa band yang lain juga ada yang fokus mengemas isu-isu kontemporer. Intinya band Makassar mulai menyadari bahwa isu di dalam lagu tak kalah penting dengan musiknya. Secara musik, Makassar punya band dengan genre yang beragam. Saya telah mendengarkan hasil rekaman dan menyaksikan penampilan di panggung berbagai band Makassar, dan menurut sayaband Makassar penting untuk didengar dan saksikan oleh orang di luar. (*)
Kapal Udara adalah salah satu band yang masuk 10 besar Siasat Trafficking – Europe Calling yang digagas oleh Siasat Partikelir. Simak kelanjutannya di www.siasatpartikelir.com
Teks dan wawancara: Felix Dass
Foto: Dede Rahmady/ Dokumentasi Kapal Udara
Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep ReadingCrushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...
Keep Reading