Mengulik Sisi Personal Manusia di Album Terbaru Kapal Udara

Usai melepas beberapa single di tahun 2021 lalu, di awal tahun 2022 ini akhirnya unit folk-rock asal Makassar, Kapal Udara, melepas album mininya yang ketiga dengan tajuk Suakajiwa. Digarap sejak tahun awal adanya pandemi, tentu album ini adalah momentum yang baik bagi Kapal Udara untuk terus memupuk harapan-harapan yang terhampar luas di depan

Pandemi memang membuat repot semua lini, tak terkecuali lini hiburan. Panggung pertunjukan sepi, ingar bingar dunia hiburan meredup. Namun dengan adanya pandemi juga kita semua diberi sedikit waktu luang untuk mengeksplor dan beradaptasi dengan banyak hal, dan hal itu juga yang dilakukan oleh Kapal Udara di mana situasi pandemi telah mempengaruhi mereka di album ini, baik secara lirik maupun musik.

“Proses album ini diawali dengan saling kirim demo via email dan ngobrol online. Ini merupakan hal baru bagi kami, karena di dua mini album sebelumnya, kami mengerjakannya dengan jamming atau ngulik secara langsung bersama-sama. Di album kali ini, kami memulainya di depan laptop dan handphone masing-masing” kata sang pembetot Bass, Dadang.

Pandemi memberi jarak pada masing-masing personil, namun sedikitnya memberi dampak positif juga pada proses berkarya Kapal Udara. Menurut Ayat (vokal), karena para personil Kapal Udara jarang bertemu, mereka menjadi sering nostalgia ke masa-masa awal terbentuknya Kapal Udara, dan membuka kembali rekaman-rekaman atau demo yang tercipta di masa itu.

“Dari demo-demo itu, ternyata banyak yang bisa dijadikan lagu baru.” Ungkap Ayat

Mengadopsi nama album dari dua diksi berbeda “Suaka” dan “Jiwa”, di album ini setidaknya Kapal Udara menyajikan delapan nomor dengan nuansa musik dan cerita yang beragam.

“Tiap orang punya masalah dengan jiwanya, baik kecil ataupun besar, terlihat atau tersembunyi. Terkadang orang ingin menyembuhkan masalah jiwanya dengan mencari suaka, tempat pelarian, atau pergi bersenang-senang”, ungkap Ale (gitaris).

Tema besar tersebut membuat album mini berdurasi 28 menit ini banyak membahas persoalan personal, mulai dari hubungan anak dan bapak (dalam lagu: Teka-Teki Bapak), pertemanan (Rumah Teman), keyakinan dan keraguan (Kasidah Ria), pertanyaan pada diri sendiri (Senandika), kecemasan berlebih (Titik Koma), liburan (Lagu Libur), keterasingan (Wahana Kota), hingga kematian (Kabar Duka). Lewat Suakajiwa pula Kapal Udara ingin menyampaikan sisi yang belum pernah diceritakan Kapal Udara di lagu-lagu sebelumnya.

“Jika sebelumnya kami lebih banyak bahas soal masyarakat, budaya, dan landskap perdesaan, di album ini kami mau pakai sudut pandang personal. Hal-hal yang langsung kami rasakan. Jadi subyeknya adalah diri sendiri”, kata Bobby (Drummer).

      Baca juga: Kapal Udara yang Bercerita tentang Rumah dan Hangatnya Kebersamaan dengan Teman

Secara musik, album Suakajiwa juga cukup berbeda dengan dua mini album Kapal Udara sebelumnya. Meskipun karakter pentatonik gitar ala Kapal Udara masih sering muncul di Album ini, namun secara tema lagu dan nuansanya kini lebih beragam.

“Semua gitar dan bass di delapan lagu ini kami rekam sendiri di rumahnya Ale, selebihnya, Vocal, Drum, dan intrumen tambahan lainnya kami rekam di Rucs Studio, dengan bantuan Chapunk (Abdul Chaliq) sebagai engineer”, kata Ayat (vokal).

“Proses produksinya bisa dibilang cepat, karena memang momentumnya tepat untuk membuat album. Apalagi kami betul-betul merasakan langsung apa yang diceritakan lagu-lagu ini”. Sambung Bobby (drum)

Kapal Udara adalah band yang terbentuk di tahun 2015, beranggotakan Muhammad Ayat, Saleh Hariwibowo, Mardhan Maing, dan Bobby Pramusdi. Keempat personil ini dulu berada di satu fakultas yang sama, yakni Fisip Unhas, di sana awal mereka bertemu dan membuat band mulai dari jamming hingga merilis EP pertama berjudul Seru dari Hulu di tahun 2017.

Teks: Dicki Lukmana
Visual: Arsip dari Suaka Jiwa

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading