- Music
Sikap Paris Hasan dalam "Skiffle n’ Blues"
Mari kita berkenalan dengan musisi asal Lombok kelahiran 10 November ini. Musisi yang sempat saya singgung namanya dalam tulisan sebelumnya sebagai bagian dari Lapisan Baru Generasi Musik di Lombok. Paris Hasan melalui sebuah lagu berjudul “Skiffle n’ Blues”
Tak bisa dipungkiri, kemunculan Paris Hasan dalam gelanggang musik lokal maupun nasional membawa corak baru yang akhirnya membuat kita tersentak, bahwa telah hidup musisi dengan keberanian kreatif merakit lagu dalam formula Skiffle dan Blues.
Selama sependengaran saya di musik nasional, dibandingkan blues, jarang atau mungkin nyaris tak ada musisi dalam format skiffle seperti Paris Hasan. Kendati demikian, dalam sebuah perbincangan kami, Paris Hasan berharap ia tak terjebak pada genre tertentu. Artinya, memang akan agak sulit bagi kita untuk mengidentifikasi bentuk karyanya, sekalipun kesan-kesan yang muncul dari hasil citra bunyi lagu “skiffle n’ blues” misalnya, secara tidak sadar mengingatkan kita pada musik-musik ala Bob Dylan atau Lead Belly.
Sikap di antara skiffle dan blues ini bukan berarti juga bisa dimaknai sebagai “ketiadaan kelamin” musik Paris Hasan. Dalam sebuah tulisan, Gilang Sakti Ramadhan membaca bahwa apa yang ditawarkan Paris Hasan dalam skiffle n’ blues adalah usaha musisi tersebut dalam menemukan otentisitas karyanya. Yang rasanya perlu saya artikan lagi sebagai ‘cara’ alih-alih ‘usaha’.
Sebab ‘usaha’ dalam konteks ini lebih bersifat “kebeluman” yang tidak mencapai tahap progresif, sementara ‘cara’ memiliki karakter tertentu dengan pergerakan bunyi yang lebih jelas. Cara yang saya maksud adalah bagaimana Paris Hasan memadukan instrumen musiknya (Gitar, Drum bass, Harmonika) dalam garis perkusif dengan ritme bernuansa folk.
Namun sekalipun demikian, melalui “skiffle n’ blues” Paris Hasan justru mengajak kita untuk memecah kebingungan itu; “I’ve been told how to rock and roll / but I got mine / said get your kicks / even act like a dick / or going crazy / but it’s something between skiffle and blues / and all you gotta do / and all you gotta do / is feel.”
Sementara kecurigaan tetaplah kecurigaan yang selalu meninggalkan hasrat ingin menyelidiki. Aliran skiffle pada kisaran abad sembilan belas dan dua puluh, hadir dalam gerakan yang kritis terhadap berbagai tindak-tanduk industrial. Konon hal ini yang membuat skiffle dianggap sebagai wujud perlawanan terhadap industri musik yang terlalu memonopoli pasar-pasar di Amerika-Afrika. Dalam blok sejarah jazz misalnya, skiffle terkadang disebut jazz pedesaan sebagai vis-a-vis musik perkotaan yang telah mencemari estetika bunyi dengan laku-laku modernitasnya.
Saya tidak hendak mengatakan secara langsung bahwa musik-musik Paris Hasan memiliki kaitan yang erat dengan sejarah tersebut. Namun dari bagaimana kesan sinis yang tampak dari lagu skiffle n’ blues yang seolah-olah hendak melerai perdebatan; mana paling skiffle dan mana paling blues; memaksa saya berpikir demikian: bahwa Paris Hasan dengan skiffle n’ blues berada dalam sikap yang independen di antara keduanya.
Hal menarik lainnya mengenai Paris Hasan bahwa ia adalah seorang pegiat visual yang memang secara formal pernah menempuh pendidikan DKV. Lagi-lagi saya tidak bermaksud mengaitkan sejarah blues yang penuh akan bayangan melankolik saat menjadi anti-tesa dari keterpurukan psikis manusia Amerika, tetapi sayang, Paris Hasan telah menorehkan gambaran semacam itu. Komentar banyak pendengar tentang betapa Paris Hasan memiliki musik yang country, cowboy, folk, ballads, bukanlah hal baru baginya. Dan entah bagaimana, visualisasi yang muncul ketika mendengar skiffle n’ blues misalnya, sesaat memang seperti mendorong imajinasi kita hingga tenggelam pada kata-kata kunci tersebut, dengan segala pemandangannya. Sengaja atau tidak, sepertinya status Paris Hasan sebagai seorang desainer grafis telah memengaruhi kerja-kerja kreatifnya dalam bermusik, terutama saat menentukan rangkaian peta warna (dan transisi) bunyi yang sudah lama terjebak dalam identitas musik daerah tertentu.
Jelasnya, saya merekomendasikan anda untuk mendengarkan musik-musik yang ditawarkan Paris Hasan. Sebab sebagaimana skiffle dan blues yang sejak kemunculannya telah menjadi perbincangan hangat – yang sampai hari ini sulit menemukan titik temu dalam soal definisi – dan selalu menarik untuk diikuti transformasinya.
“Something between skiffle and blues / now you hear me play it through / come along you got nothing to lose / strange dancing like nobody sees you / one, two, three, four, what are you waiting for?” – Paris Hasan.
Teks: Robbyan Abel Ramdhon
Visual: Arsip dari Paris Hasan
Warna Dan Formasi Baru Hailwave Dari Kancah Musik Aceh

Unit pop-punk dari Aceh, Hailwave, menawarkan warna, karakter, serta formasi barunya dengan single yang diberi tajuk “Out Of Reach”. Lagu yang menggambarkan percintaan remaja, menceritakan tentang seseorang yang berusaha menemukan...
Keep ReadingGAC Kembali Dengan Semangat Baru

Terhitung nyaris empat tahun grup vokal yang diinisiasi oleh Gamaliél, Audrey, dan Cantika ini mengumumkan vakum dari industri musik Indonesia untuk rehat dan mengeksplorasi diri, serta merilis proyek solo mereka...
Keep ReadingSemarak Festival & Konferensi Evoria 2023!

Kabar gembira! Memeriahkan Hari Musik Nasional yang akan jatuh pada 9 Maret mendatang, Diplomat Evo berkolaborasi dengan M Bloc Entertainment dan Alive Indonesia akan menyelenggarakan Evoria Festival & Conference 2023....
Keep ReadingSKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep Reading