Saya gak tahu persis apa yang dirasakan Raden & Jamil, sesakit apa mereka hingga membuat karya semarah itu. Menelusuri jejak albumnya terdahulu, mereka berdua nampak seperti manusia yang paling tersakiti dan berulang. Setelah ‘Lara’ berkumandang tak terkendali, kini duo asal Sukabumi Dialog Senja melepas single dengan tajuk “Dendam” saya ulangi dan bold ya “Dendam”!! 

Konon, puncak marah seorang musisi kalo karyanya terdengar seperti teror di telinga, setidaknya itulah yang saya rasakan ketika mendengar sebaris kata-kata yang terdengar seperti mantra di awal-awal lagu yang berputar mengawang ini. Seketika ambience yang menjadi kendaraan ‘gerombolan kalimat itu banyak pula yang berubah jika saya menilik dari segi instrumen, mereka menambahkan formasi lain di berbagai bagan lagunya seperti Drum, gitar electric delay dan reverb ditambah tumpukan suara ambience yang menurut saya unik, minim pengulangan dan sulit ditebak.

Jika Eka Kurniawan mengatakan “Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas”.

Dialog Senja punya cara lain untuk membayar dendam layaknya hutang, mereka bayar lunas melalui karya berdurasi 6 menit lebih, dengan energi marah namun tetap di koridor Pop Folk yang apik. Setidaknya mereka mampu membuat melodi vokal yang tidak clickbait namun perlahan melekat, ditambah bagian bonus puisi yang diisi oleh Wira Nagara membuat Dialog Senja belum meninggalkan sepenuhnya gelombang “Lara” (Lagu yang diambil dari album 2018).

Setidaknya mereka tidak kehilangan pendengarnya, alih-alih pendengar Dialog Senja akan meninggalkan, mereka justru mendapat pendengar baru, setidaknya saya dan rekan-rekan. Barangkali  lagu Dendam ini adalah salah satu seperangkat alat marah yang bisa kamu dengarkan di berbagai layanan musik digital.

Teks: Alkadri
Visual: Arsip dari Dialog Senja