- Music
[Review] Konser Hari Bersama Firstmoon
Jika saya boleh memilih, suasana dengan cuaca bersahabat di Makassar pada hari Minggu (28/1) kemarin sangat diwakili oleh Konser Hari Bersama dari Firstmoon. Mengapa? Karena setelah melalui banyak cerita, suka dan duka selama 11 tahun bersama-sama lamanya, Firstmoon akhirnya mengadakan konser yang merupakan peluncuran album perdana mereka yang juga bertajuk “Hari Bersama”.
MENJELANG KONSER HARI BERSAMA
Para personil Firstmoon yaitu Fadli (vokal/gitar akustik), Armando (gitar/vokal), Febrizal (bass/gitar), Chapunk (keyboard/synth) dan Kikoy (drum) memilih bentuk konser dengan konsep sederhana bertema piknik keluarga dan rekan-rekan yang duduk bersantai sambil menikmati musik yang ditampilkan. Sebelum konsepnya disetujui, seluruh personil mengajak rekan-rekannya yang bergabung dalam tim untuk mengobrolkan upaya membuat konsep konsernya menjadi nyata.
Untuk mewujudkan konsep tersebut, maka dipilih lokasi luar ruangan yaitu area danau, teras besar Prolog Art Building di Mall GTC Metro Tanjung Bunga, Makassar. Prolog Art Building sendiri merupakan ruang kreatif di Makassar. Bersama penampilan Firstmoon, konser Hari Bersama juga menampilkan Titik Bias, kelompok trio akustik dan Myxomata, musisi elektronik, yang kedua-duanya berasal dari Makassar.
Meskipun konsepnya terasa cukup mudah dilakukan, Konser Hari Bersama tidak selalu diberi kelancaran menjelang pelaksanaannya. Persiapan menuju Konser Hari Bersama yang hanya satu bulan menjadi tantangan tersendiri bagi Firstmoon dan tim konsernya. Mulai dari informasi tentang konser yang mesti segera dibagikan melalui berbagai media, menyusun rundown yang tepat hingga persiapan dekorasi panggung yang mesti disuguhkan istimewa sesuai dengan tema “hari bersama”.
Saya yang ditunjuk mengurus publikasi untuk Konser Hari Bersama, alih-alih merasa pesimis dengan konser ini bisa berjalan sesuai dengan direncanakan. Ditambah lagi, kesibukan masing-masing individu yang tergabung dalam tim, termasuk juga seluruh personil band Firstmoon.
Penyebaran informasi untuk konser Hari Bersama juga baru dimulai di awal bulan Januari 2018. Info awalan yang dibagi melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook, syukurnya bisa tersebar luas dengan respon dari teman-teman warganet yang me-repost infonya dengan cepat dan membagikannya di akun masing-masing. Kemudian, para personil Firstmoon mesti berkunjung ke media radio untuk berbincang mengenai persiapan konsernya, yang mesti diatur waktunya agar info tentang konsernya bisa pas didengarkan oleh banyak pendengar setia radio.
Menghadapi duka dan kendala untuk konser Hari Bersama adalah hal yang lumrah ditemui. Namun, kendalanya justru semakin sengit ditemukan tiga hari menjelang konser “Hari Bersama”. Juang Manyala pun mengakuinya. “Salah satunya seperti urusan izin yang sebelumnya dimudahkan dan juga izin yang tidak semestinya ada, malah muncul satu per satu pas mendekati hari konser,” ungkap Juang, yang juga menjadi rekan kerja saya di Prolog Art Building. Dan, beberapa hari sebelum konser dimulai, salah seorang tim dekorasi konser Hari Bersama berduka karena salah satu keluarganya berpulang ke sisi-Nya. Hal ini juga membuat persiapan untuk pengerjaan dekorasi panggung belum dimulai sesuai waktu yang direncanakan.
“HARI BERSAMA” AKHIRNYA TIBA
Hari Minggu untuk konser Hari Bersama pun tiba. Sambil berharap langit tidak membocorkan ‘pipa air’nya, proses dekorasi panggung juga masih terus dikerjakan oleh tim konser di menit-menit terakhir, bahkan para personil Firstmoon pun turun tangan. Kendala baru juga ditemui, seperti peralatan musik yang semalam sebelumnya mesti dicek suaranya mulai Minggu pagi, malah belum disediakan listriknya hingga siang hari karena izin pemakaian listrik belum disetujui oleh pengelolanya. Setelah melalui lobi cukup alot dengan pengelola listriknya, akhirnya listrik bisa tersedia dan sistem suara bisa segera dicek oleh penata suaranya.
Antusiasme yang besar untuk menyaksikan Konser Hari Bersama mulai terasa ketika penonton konser mulai berdatangan menjelang 16.00 WITA, padahal pintu masuk untuk konser diinfokan mulai terbuka pukul 17.00 WITA. Sesi cek suara Firstmoon dan Titik Bias yang belum rampung, mau tidak mau ditonton oleh beberapa penonton yang telah masuk setelah membeli tiket.
Selain itu, beberapa penonton juga malah masuk lewat pintu belakang Prolog Art Building, yang bukan merupakan pintu utama ke Konser Hari Bersama. Mengingat pintu masuk utama yang diatur juga tidak melalui pengamanan berlebihan. Ternyata meski bisa lolos menonton gratis, penonton Konser Hari Bersama tidak bermental ‘gratisan’. Mereka dengan sadar diri menuju ke stan yang menyediakan tiket, bahkan membeli merchandise berupa CD album Hari Bersama dan kaos resmi rilisan Firstmoon dan Patch Denim Makassar. Seperti diungkapkan Wawo, salah satu tim keamanan, “banyak yang masuk mi ke venue, tapi karena mungkin lupa, jadi pergi ki beli tiket.” Salut untuk mereka!
Selain penjualan tiket dan merchandise, ada juga pameran ilustrasi asli dari album “Hari Bersama” beserta ilustrasi tiap lagunya yang dibuat oleh illustrator Fandy bin Mahmud. “Saya senang dan bangga rasanya untuk Firstmoon yang sudah mempercayakan saya untuk pengerjaan artworknya. Semoga bisa berkolaborasi di kesempatan berikutnya” ujar Fandy mantap.
Selepas waktu Maghrib menjadi waktu yang tepat untuk memulai konser Hari Bersama setelah melalui beragam kendala yang dihadapi. MC Yudhi Ncit membuka acara dengan menyapa para penonton sebelum mengundang Titik Bias menjadi penampil pertama dengan membawakan lima lagu karyanya, seperti “Sajak Harapan” dan “Peristiwa”. Nisa (vokal), Amin (gitar/vokal) dan Rijal (xylophone) bersama Agustiawan sebagai violinist tamu, bersenandung dengan penonton membawa lagu-lagunya yang renyah didengarkan telinga.

Penampilan Titik Bias yang juga berencana melepas album perdananya di tahun 2018 ini lalu disambut dengan tepuk tangan yang hangat dari penonton yang masih setia menanti ‘kejutan’ konser selanjutnya. Menutup penampilannya, Titik Bias pun menyampaikan ucapan selamat kepada Firstmoon atas dirilisnya album Hari Bersama.
Selepas MC mengadakan kuis dan bertanya pendapat tentang Konser Hari Bersama ke penonton, pemutaran dokumenter di balik layar pembuatan album Hari Bersama menjadi rangkaian acara berikutnya. Mata penonton pun diajak beralih dari panggung ke layar putih di belakang penonton untuk menyaksikan dokumenter pendek yang diambil oleh personil Firstmoon ini dirangkum dan diedit oleh tim publikasi video. Suasana gelak tawa penonton menyambut ketika melihat tingkah laku yang penuh canda dari personil Firstmoon dalam dokumenter tersebut. Tidak hanya pembuatan album, persiapan menjelang konser “Hari Bersama” juga dimuat cuplikannya, dan mengambarkan sekilas proses tim bekerja dalam mewujudkan konser.

Ternyata pemutaran dokumenter tersebut juga berhasil mengalihkan penonton dari persiapan Firstmoon di panggung yang sudah siap tampil dan memainkan intro lagu Kita Mulai Lagi ketika dokumenter selesai diputar. Spontan saja, penonton langsung bertepuk tangan dan semakin padat merapat ke bibir panggung untuk menyaksikan Firstmoon dari dekat. Sampai-sampai beberapa penonton mesti berdiri karena tidak kebagian posisi tempat duduk yang nyaman.

Setelah Kita Mulai Lagi yang menjadi pembuka, berturut-turut Tampil Feminin, Sahabat Harmoni, Layaknya Kemarin, Dunia Pagi, Tenggelam, Malu, Tanda Tanya, kemudian lagu penuh keceriaan Ratup Igal menjadi repertoar selanjutnya dari Firstmoon. Para penonton pun terbawa untuk bersenandung menyanyikan lirik di tiap lagu. Seperti Viny, personil Ruangbaca yang terlihat sangat bersemangat ikut menyanyikan bait-bait lirik lagunya Firstmoon dari penonton.

Di sela-sela penampilan Firstmoon membawakan lagu-lagunya di Konser Hari Bersama dengan tata suara yang mumpuni dan dekorasi panggung yang melebihi ekspetasi, para personilnya yang sering melemparkan canda justru terlihat lebih kalem dan khidmat bila dilihat dari raut muka dan gestur para personil terlihat lelah karena efek dari ikut mengurus persiapan konser. Namun, personil Firstmoon berusaha mengalihkan kelelahan itu menjadi semangat yang tersampaikan lewat lirik setiap lagunya.
Konser Hari Bersama seolah-olah menjadi ajang reuni bagi rekan-rekan lama Firstmoon yang baru sempat berkumpul lagi. Fadli pun menyapa satu per satu nama yang hadir maupun terlibat di Konser Hari Bersama. “Mohon maaf kalau ada yang saya lupa sebut nah,” ucapnya melalui mikrofon di atas panggung.

Dan, lebih istimewanya lagi, mereka mengundang Yudha—salah seorang personil mereka yang sempat memperkuat Firstmoon di tahun 2008, untuk tampil membawakan lagu Tenggelam. Penampilan Yudha dengan Firstmoon seolah memberikan pesan secara tidak langsung kepada saya maupun penonton lainnya, bahwa rasa persaudaraan personil Firstmoon yang sebenarnya diwujudkan tidak mengenal batasan masa dan peristiwa.

Entah mengapa, kedua mata saya pun berkaca-kaca saat melihat Firstmoon akhirnya bisa tampil malam itu, sembari khusyuk mengingat kembali beragam memori saya bertemu dengan para personil Firstmoon, seperti ingatan ketika menyaksikan penampilan Firstmoon untuk pertama kalinya di tahun 2010. Saya lalu merekam sejenak dengan kamera gawai saat mereka tampil membawakan lagu “Malu” sebagai kenang-kenangan pribadi.
Penampilan Firstmoon semakin sempurna ketika lagu Hari Bersama menjadi penutup repertoar mereka mampu membuat penonton meminta mereka untuk bermain sekali lagi. Namun apa daya, waktu yang tersedia semakin menipis. Myxomata yang didaulat menjadi penutup konser kemudian tampil memainkan serta mengawali DJ set-nya dengan ucapan selamat kepada Firstmoon atas rilisan album barunya.
Album Hari Bersama yang juga diluncurkan di konser tersebut juga serupa rangkuman dari perjalanan kebersamaan Firstmoon selama 11 tahun dalam menghadapi berbagai peristiwa yang dialami oleh mereka bagai roda kehidupan manusia; kadang-kadang berada di atas dan di bawah. Album yang telah dinanti-nanti oleh Firstmoon dan penikmat musik yang telah mendengarkan lagu-lagunya mereka.
Lagu-lagu di album Hari Bersama tidak hanya mewakili perasaan dan perjalanan Firstmoon, namun juga banyak bercerita tentang orang-orang di sekitar mereka seperti sahabat, kekasih, dan keluarga. Termasuk Ian Hamzah yang merupakan ketua tim konser. “Terlepas dari ada dan tidaknya album ini, saya ingin berterima kasih (kepada Firstmoon) sudah mengajak saya “berpetualang” bersama kalian selama ini. Inilah kebanggaan kami (Firstmoon),” ungkapnya sambil tersenyum.
PELAJARAN PENTING DARI KONSER HARI BERSAMA
Dari Firstmoon dengan Konser “Hari Bersama”-nya, saya juga belajar satu hal esensial yang sulit dijelaskan secara tulisan dan lisan. Namun, ternyata hanya bisa dirasakan dengan perasaan, yaitu kebersamaan. Kebersamaan Firstmoon yang menjadi kunci utama dan kiat menjaga konsistensi untuk berkarya memang terasa mudah diucapkan.
Namun, cara-cara Firstmoon dalam menjaga hal tersebut selama 11 tahun hingga terlaksananya Konser Hari Bersama kemarin sepatutnya menjadi contoh untuk saya dan teman-teman musisi di Makassar yang seringkali menghadapi problematika rumit dalam menjalani hal tersebut bila berada dalam sebuah grup musik. Saat komitmen terhujam dalam proses “menjaga kebersamaan” maka hal ini merupakan keputusan yang besar dan sungguh tidak mudah. Karena tantangan ke depannya, bukan lagi mengenai diri sendiri melainkan kepentingan bersama.
Proses yang dilalui oleh Firstmoon bersama tim konsernya yang akrab disebut Rekan Hari Bersama setelah sukses menyelenggarakan konser Hari Bersama kemarin, membuat saya juga semakin menyakini pepatah awam seperti “proses tidak akan mengingkari hasil” memang terbukti benar adanya. Maka beruntunglah orang-orang yang bisa hadir dan terlibat mengalami ‘proses’ di konser Hari Bersama. Karena terlalu banyak momen membahagiakan yang ingin diceritakan dan bisa menjadi refleksi diri dari beragam proses melaksanakan konser ini.
Sekali lagi, saya mengucapkan selamat untuk Firstmoon dengan Hari Bersama-nya. Mari menantikan momen-momen kejutan berikutnya dari Firstmoon. Adakah?
teks: Achmad Nirwan
foto: dok. Andi Ahmad Hasan Tenriliweng
Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep ReadingCrushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...
Keep Reading