- Music
Reid Voltus yang Muncul Lagi ke Permukaan
“Mungkin ada benarnya, jika Nirvana tidak meledak, band-band indierock dengan berbagai macam formula musik tak akan membanjiri katalog musik di periode 1990an. Kemudian menjadi hantu yang gentayangan di relik rilisan fisik usang, dan juga di kanal streaming musik demi nostalgia.” Penggalan kalimat tersebut adalah sepotong lirik yang ada di sebuah lagu yang terdapat di dalam album “b-sides & rarities” milik Reid Voltus, band indierock Bogor yang memang lama tidak aktif di kancah musik Indonesia. Mungkin karena kecintaan yang besar terhadap musik yang membuat dua pendiri band ini masih ingin mencoba keluar dari dalam goa. Mereka adalah Deni Taufik Adi dan Andi ‘Idam’ Fauzi. Keduanya merasa harus menyelesaikan apa yang tertunda selama bertahun-tahun yang ada di dalam tubuh band ini.
“Bagi kami Reid Voltus adalah monumen yang tak bisa digusur dari skena Bogor. Kancah kota hujan yang nggak peduli dengan kerennya balada kancah Jakarta, dan bersenang-senang sendiri dengan sederetan band macam The Kuda, Sex Sux, The Jansen, Rrag, Texpack, dan aneka macam lainnya, plus label-label lokal macam Trogmagnon atau Hujan! Rekords.” Terang keduanya.
2005 adalah masa di mana band ini hadir, di masa tersebut kancah Jakarta sedang panas-panasnya perihal Pensi. Banyak yang mengatakan bahwa musik mereka sangat tidak cocok untuk panggung-panggung ini. Band ini jauh lebih penting secara musik ketimbang band-band tersebut. Menjadi lo-fi terkadang cara terbaik untuk tidak terjebak dengan hingar bingar, memainkan musikmu di gig-gig kecil, dan ditonton oleh segelintir orang yang jauh lebih peka soal musik yang bagus. Dan mereka secara tidak langsung atau mungkin langsung menjadi hantu-hantu yang melahirkan band indierock keren macam Texpack atau Rrrag. Album ini berisi delapan track dengan lagu Ballads #2 menjadi single utama. Delapan lagu yang dibuat Deni dan Idam tanpa pretensi atau ambisi untuk menjadi bintang di kotanya. Simpelnya, band ini justru membuat orang-orang di Jakarta untuk datang ke Bogor untuk menonton mereka, atau malah mengundang mereka main di kota terlalu banyak masalah ini.
Jangan sekali-sekal berpikir apakah Bogor itu semacam Seattle-nya Indonesia kah dengan band-band tersebut, karena ini hanya memberikan validasi judul album Reid Voltus ini adalah benar adanya. Tapi jangan kebakaran jenggot, judulnya juga plesetan dari Hayao Miyazaki, animator Jepang, “Anime was a mistake, it’s nothing but trash”. Reid Voltus hanya bermain-main apa yang mereka suka. Tarsius Records merilis digital album “Indie Rock was a Mistake, It’s Nothing But Trash” di berbagai layanan musik dalam jaringan, dan silahkan nikmati sajian 8 materi yang ada.
Visual: Arsip dari Tarsius Records
SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep ReadingInterpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...
Keep ReadingKembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...
Keep ReadingLuapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...
Keep Reading