Kolaborasi dan Inovasi Segar Primata Lewat NFT

Klub rok instrumental, Primata, mencoba hal baru dalam perilisan nomor terbaru milik mereka yang berjudul “Ambivalensi”. Mereka merilis nomor tersebut sebagai aset NFT. Non-Fungible Token (NFT) memang sedang marak dijadikan eksperimen oleh seniman-seniman masa kini, termasuk musisi, dalam memasarkan karya. Primata sendiri megaku tertarik dengan cara ini karena ekosistem pasar aset NFT yang terdesentralisasi, tanpa perantara, dan transparan.

“Ambivalensi” sendiri merupakan single kedua dari album debut Primata yang tertunda. Sebelum masa pagebluk tiba, trio beranggotakan Rama Wirawan (gitar), Adhitomo Kusumo (bas), dan Ria Antika (drum) ini memang sudah merencanakan merilis album. Lagu berdurasi enam menit ini pun merupakan kelanjutan dari “Sebelum Terlalu Mati” yang dirilis awal tahun lalu, sebelum pandemi melanda. Mereka berencana menggarap dan merilis album penuh perdanan ini tahun lalu, namun proses rekamannya, tidak bisa dihindari, terganggu.

Selain merilis lagu dalam bentuk aset NFT, Primata juga bekerja sama dengan seorang ilustrator sekaligus mantan drummer mereka yang memakai nama pena Space Wombat. Dalam penggarapan ilustrasi sampul artwork “Ambivalensi” ini, Primata membebaskan ilustrator tersebut sepenuhnya untuk menginterpretasikan lagu bernuansa progresif itu ke dalam karya seni visualnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Space Wombat (@ossidias)

Lagu “Ambivalensi” dan karya visual Space Wombat berbentuk motion graphic akan dijual sebagai aset NFT sebanyak 222 edisi melalui laman Hic Et Nunc (H?N) milik Space Wombat (dapat diakses di sini) sejak Kamis (21/10). Adapun per eksemplarnya akan dihargai 0,2 Tezos (XTZ) atau setara Rp18.806,- (per 20 Oktober 2021 pukul 18:00 WIB).

Primata menyadari crypto dan blockchain belum terlalu dekat dengan sementara masyarakat Indonesia. Namun, band yang terbentuk pada tahun 2014 itu juga percaya NFT dapat menjadi alternatif penjualan musik yang transparan dan sekaligus pembuka jalan ke pasar global. Menurut mereka, yang terpenting saat ini adalah turut membuka selebar-lebarnya jalan baru bagi ekosistem musik Tanah Air. Sehingga, ke depannya ekosistem musik digital tidak melulu bergantung pada satu model bisnis.

Kini, Primata sedang sibuk mempersiapkan album penuh mereka yang tertunda. Album tersebut direncanakan rampung pada awal 2022.

Ini bukan pertama kalinya musisi Tanah Air merilis karya sebagai aset NFT. Sebelumnya, Harlan Boer sempat melepas klip video untuk “Siapa Saja Merekam Pop” sebagai aset NFT bekerja sama dengan Cycojano. Selain itu, HollyKillers juga memanfaatkan NFT untuk memasarkan albumnya, Squalor.

Teks: Abyan Nabilio
Visual: Arsip dari Primata

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading