Sekelompok pemuda bergabung mendirikan band electro indiepop. Sejak 2017, mencoba peruntungan. Baru saja merilis debut album Retrospective di bulan Februari 2019 yang lalu.

Band yang beranggotakan Hariz Lasa (vokal/ synth), Muhammad Rizky (vokal/ gitar), Fasya Suryadini (vokal/ keyboard) dan Satrio Adi Nugroho (drum) ini, dibentuk di Bandung. Nama mereka, diambil dari sebuah kondisi di dalam dunia audio yang bernama Ping Pong Effect. Kondisi ini adalah sebuah efek perpindahan suara dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya di dalam sebuah rekaman stereo. Sebelum merilis Retrospective, Ping Pong Club telah merilis tiga buah single lepasan. Judulnya Venetian Blinds, Skylights dan Ecstatic.

Band ini, bisa dibilang lumayan produktif. Tiga rilisan single dan sebuah album penuh bisa diselesaikan dalam interval dua jalan tiga tahun. Retrospective sendiri merupakan sebuah album yang terinspirasi dari konsep Past, Future dan Present. Sesuai dengan pengertian judulnya, album ini mewakili masa lalu.

Secara khusus, mereka mencoba memasukkan kembali beberapa referensi musik yang berasal dari musik-musik indiepop yang sempat menjadi trend di tahun 90-an. Dari dekade 80-an, mereka memasukkan new wave dan sophistipop yang lazim dimainkan di Inggris Raya pada eranya.

Dari departemen lirikpun, pendekatan ini juga dilakukan. Mereka mengadopsi cara band-band britpop 90-an yang absurd nan abstrak.

Setelah merilis karya dalam bentuk fisik dan digital, saat ini Ping Pong Club sedang merencanakan sebuah pesta perilisan album dan tur. Semoga segera kejadian. (*)

Teks: Adjust Purwatama
Foto: Dokumentasi Ping Pong Club