- Music
Pemaknaan Ulang Jirapah Melalui Re: Planetarium
Selalu menyenangkan mendengarkan musik dengan sentuhan baru. Musik lama yang dikemas dalam komposisi baru tentu bakal membuat kita memiliki pemaknaan baru pula. Seperti halnya dalam EP teranyar bertajuk “Re: Planetarium” dari Jirapah. Di mana karya mereka ini dibongkar dan dimaknai ulang dengan melibatkan banyak kolaborator.
Jirapah, kuartet indie rock eksperimental asal Jakarta, pada Senin (23/11) mengumumkan “Re: Planetarium”, sebuah proyek kolaboratif lintas disiplin yang berupaya untuk menampilkan suatu hal yang berbeda dari “Planetarium” versi sebelumnya. Proyek yang menampilkan Cholil Mahmud dan melibatkan produser dan musisi elektronik Tomy Herseta, seniman visual Natasha Tontey, serta empat penulis pengantar Teguh Wicaksono, Dimas Ario, Gisela Swaragita, dan Raka Ibrahim ini berhasil menggubah dan memaknai ulang karya yang bercerita tentang alam semesta itu.
Re: Planetarium bermula dari penampilan Jirapah pada gelaran Joyland Festival tahun lalu. Saat itu Jirapah mencoba mengajak Cholil Mahmud untuk turut bernyanyi dalam nomor “Planetarium”, selama kolabrasi berjalan Jirapah merasa lagunya tersebut berhasil memantik emosi dan sangat cocok dinyanyikan oleh Cholil, dan vokalis Efek Rumah Kaca itu pun sangat menikmati kolaborasi itu. Kemudian wacana mendaur dan memaknai ulang “Planetarium” pun berlanjut di studio rekaman.
“Dalam Re: Planetarium, Jirapah, Cholil Mahmud, dan Tomy Herseta berhasil menyajikan dua nomor yang mengajak kita membayangkan masa depan alam semesta dalam nuansa yang gelap, dingin, dan kelam namun dengan pengalaman audio yang unik dan berbeda” tulis Jirapah dalam rilis persnya.
Re: Planetarium dirilis oleh Kolibri Rekords dan bisa didapatkan secara eksklusif pada toko musik digital The Store Front seharga Rp35.000. Semua hasil dari rilisan ini akan didistribusikan kembali kepada pekerja lintas sektoral yang mata pencahariannya terkena dampak buruk pandemi COVID-19 di Indonesia melalui platform Bagirata.
Dari sisi musikalitas, pada nomor pertama, Jirapah yang diisi Ken Jenie (vokal/gitar), Mar Galo (bass), Yudhistira (gitar), dan Nico Gozali (drum) ini merombak ulang musiknya untuk kemudian Cholil mengisi vokal. Lagu yang mulanya dibuat dengan nuansa atmosferik dengan nada dasar yang biasa dinyanyikan oleh Ken Jenie, seketika berubah saat dikirimkan kepada Cholil, pasalnya materi dasar tersebut terlalu rendah untuk Cholil dengan suara vokal yang tinggi. Beberapa penyesuaian pun dilakukan.
“Namun dalam proses konversi nada dasar, lagu versi awal yang atmosferik berubah menjadi glitchy. Tapi glitch tersebut ternyata membuat lagu ini terdengar lebih dingin dan malah menjadi unsur penting bagi lagu baru versi Cholil. Penampilan vokal Cholil pun berhasil melipatgandakan emosi akan rapuhnya kehidupan dalam lirik Planetarium,” terang Jirapah
Sementara pada nomor kedua tangan dingin Tomy Herseta bekerja. Ia merombak total “Planetarium” menjadi seperti sebuah skoring film bertemakan apokaliptik. Lagu berdurasi enam menit ini akan membawa kalian masuk ke dalam sebuah perjalanan waktu yang sepi dan mencekam sambil seolah diajak membayangkan jika film dan skoring ini beralur maju ataukah justru sebaliknya. Sebuah nomor yang cukup membuat kita memiliki gambaran dan bayangan tentang bagaimana alam semesta bekerja dalam sebuah musik.
Di departemen visual, “Planetarium” mendapat sentuhan dari tangan Natasha Tontey, ia menginterpretasikan “Planetarium” ke dalam bentuk grafis menyeluruh pada desain sampul yang terlihat futuristik namun gelap, digital booklet tulisan pengantar, dan sebuah merchandise eksklusif. Selain merilis EP, “Planetarium” pun dikemas ke dalam digital booklet. Empat tulisan pengantar rilisan ini dirangkum dalam sebuah digital booklet di mana Teguh Wicasono, Dimas Ario, Gisela Swaragita, dan Raka Ibrahim masing-masing menuangkan kegelisahan personal mereka terhadap, mengutip Jirapah, “gelapnya masa depan yang menunggu.”
Kalian bisa membeli “Re: Planetarim di sini.
Teks: Dicki Lukmana
Visual: Arsip dari Jirapah
Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...
Keep ReadingSisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep Reading