- Arts
Pameran Tunggal Toxic Motel
Apa yang paling membuat bahagia bagi seorang seniman dalam berkarya? Jawabannya adalah berpameran. Baru saja, seorang seniman yang bernama Tomo berhasil menggelar pameran tunggalnya yang bertempat di Tokonama, Fatmawati – Jakarta Selatan. Tema yang diangkat untuk pameran tunggalnya ini adalah TOXIC MOTEL, nama ini diambil olehnya berdasarkan nama dan juga kegelisahan yang tertumpuk di dalam dirinya.
Bukan mainnya, ada cerita unik kenapa dirinya bisa terjun ke dalam dunia seni glitch ini. Dahulu saat dirinya sedang mengedit sebuah video, tanpa disengaja terjadi kesalahan saat proses encoding pada sebuah file video. Sejak itu, dirinya menemukan sebuah “keindahan dalam kehancuran” yang terus menjalar dan berkembang hingga akhirnya tertempel pada pola pikir dan rasa akan seni yang dimiliki olehnya. Dalam masa perjalanannya, Tomo perlahan mulai dikenal oleh masyarakat umum, bukan mainnya lagi, mereka bisa tahu pasti seni glitch ini adalah ciri khas yang dimiliki oleh Tomo sendiri.
“TOXIC MOTEL” sukses digelar pada tanggal 29 Februari 2020 sampai dengan 8 Maret 2020. Di sesi penutupan hadir sebuah diskusi bersama Toxic Motel a.k.a Tomo. Dikurasi oleh Ahadi Bintang dan diselenggarakan oleh SPAZE23, sebuah kolektif seniman yang diketuai oleh Alipjon, Sang Meteor yang lebih dulu menapakkan kakinya di industri kreatif, khususnya seni.
Merujuk pada tema yang dihadirkan yaitu “Toxic Motel”, Tomo secara tegas menghadirkan goresan tangan serta luapan kegelisaahannya yang pernah hinggap lama di pikirannya ke dalam 12 karya yang berbentuk cetakan, video hingga instalasi.
Ahadi Bintang yang berperan sebagai kurator di pameran ini pun mengatakan bahwa, 12 karya Toxicmotel dihadirkan dengan simbolisasi rantai, mata, dan makhluk yang absurd yang difinalisasi dengan manipulasi “glitch”, sebagai idiom-idiom pada karya yang muncul dari kegelisahan yang berlarut-larut. Barirul sebagai pengunjung pun mengatakan, “man, it’s so exhausting to feel his arts, i can relate to every piece of his arts, untungnya ada Supergetoi yang bikin goyang di rooftop tokonema, jadi santai lagi hehehe.”
Jelas setiap perupa memiliki keyakinan akan karya yang dihadirkannya, Tomo pun begitu. Dirinya meyakini pameran ini ada untuk menghadirkan kesadaran pada pengunjung agar jangan pernah sekali pun menyerah walau hidup sangatlah melelahkan. Dirinya juga mengambil secuil kutipan dari seorang penulis terkenal Chales Bukowski, yaitu “Goodness sometimes can be found in the middle of hell.”
Hingga saat ini, karya Toxicmotel telah dipamerkan hingga kancah internasional. Diantaranya yaitu Digital Art Biennale New York (De:Formal), Animaze Film Festival Art Video Screening Canada, Supervue Festival Belgium, Ideafest 2018, dan pameran kolektif Frame of Mind di Jakarta beberapa waktu lalu. Karya visualnya juga sering terlibat dalam pembuatan video musik untuk beberapa musisi yang dikenal baik secara lokal maupun internasional, termasuk Slank. Namun, ia mengaku bahwa itu semua bukanlah apa-apa, karena perjalanan Toxic Motel baru saja dimulai, ditandai dengan berakhirnya pameran tunggalnya.
Toxic Motel has a new desire, which is SLEEP. Have a deep sleep TOMO!
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip dari Pameran Toxic Motel
Karya Seni Thom Yorke dan Stanley Donwood Segera Dipamerkan

Siapa yang tahu, ternyata ikatan pertemanan bisa membawa kita ke suatu hal yang sangat jauh. Dengan teman, seseorang bisa dengan mudah untuk berkolaborasi, bersama teman pula kita kerap bertukar ide...
Keep ReadingNada Siasat: Bermimpi di Ujung Maret

Memasuki bulan Maret, pertunjukan musik secara langsung kini sudah diberi lampu hijau oleh para pemangku kebijakan. Gelaran musik dari yang skala kecil sampai skala besar kini sudah mulai muncul ke...
Keep ReadingGaleri Lorong Langsungkan Pameran Seni Bernama IN BETWEEN

Berbagai momentum di masa lalu memang kerap menjadi ingatan yang tak bisa dilupakan. Apalagi jika irisannya dengan beragam budaya yang tumbuh dengan proses pendewasaan diri. Baru-baru ini Galeri Lorong, Yogyakarta...
Keep ReadingRefleksikan Sejarah Lewat Seni, Pameran "Daulat dan Ikhtiar" Resmi Digelar

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengadakan sebuah pameran temporer bertajuk “Daulat dan Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Seni”. Pameran ini sendiri akan mengambil waktu satu bulan pelaksanaan, yakni...
Keep Reading