Pameran Pertama Melati Suryodarmo di Museum

Museum MACAN di awal tahun ini kembali dengan dua program pamerannya. Konteks pamerannya adalah tentang peran penting dari sebuah video dan performans dalam suatu karya seni kontemporer. Kedua pameran ini akan menghadirkan perupa yang berasal dari Jerman dan juga Indonesia. Salah satunya adalah Melati Suryodarmo dalam tajuk “Why Let the Chicken Run?”.

Melati Suryodarmo adalah salah satu seniman Indonesia yang sangat unik. Dirinya dikenal berkat karya-karya yang berani menantang fisik dan juga memiliki durasi yang panjang. Dalam praktiknya, dirinya banyak dipengaruhi oleh seni teater tari Butoh, hasil studinya di Jerman dan juga tradisi Jawa. Karya-karyanya tersebut menantang ketahanan tubuh baik secara fisik dan psikologis, bagian dari sebuah proses mencapai kesadaran spiritual pribadi yang lebih mendalam. Pada tahun 2016, Marina Abramovic sempat menulis tentang 10 seniman provokatif yang karyanya wajib dicermati. Nama Melati Suryodarmo di posisi ketiga, berdampingan dengan nama-nama yang melegenda bukan main di dunia seni. Perkenalan Melati dengan Marina terjadi saat dirinya tengah belajar di Jerman selama kurun waktu 1997 hingga 2003.

“Why Let the Chicken Run?” adalah pameran tunggal perdananya di dalam sebuah musem. Dirinya akan menampilkan beberapa karya penting dari praktik berkeseniannya selama lebih dari 20 tahun. Juga termasuk di dalamnya 12 performans yang memiliki durasi antara 15 menit hingga 12 jam. Dalam jangka waktu 13 minggu, beberapa karyanya yang paling menantang dan membuatnya dikenal, artefak dari performans sebelumnya, karya dokumentasi berbentuk foto dan video yang memiliki historis juga ditampilkan. Pameran ini akan membuka dialog tentang tubuh, memori dan penjelajahan mendalam tentang makna menjadi manusia.

Melati akan menampilkan beberapa karyanya yang paling dikenal, termasuk Why Let the Chicken Run? (2001), di mana sang seniman akan mengejar seekor ayam jantan hitam di area galeri, menyimbolkan proses manusia dalam mengejar hal-hal yang ia inginkan dalam hidup. Karya lain yang akan ditampilkan adalah Exergie – Butter Dance (2000), salah satu karya Melati yang paling populer. Di akhir pekan pertama pameran, sang seniman akan menampilkan karya berdurasi 12 jam yang berjudul I’m A Ghost in My Own House (2012), sebuah kesempatan untuk audiens mengalami perjumpaan emosional dengan Melati, juga mempertunjukkan ketahanan tubuh dan mentalnya. Bertepatan dengan penampilan istimewa ini, museum akan dibuka lebih lama – dari pukul 09.00 hingga 21.00 WIB. Selama periode pameran, pengunjung dapat menikmati performans harian, beberapa di antaranya akan ditampilkan oleh seniman yang telah dipilih dan melalui pelatihan khusus. Pengunjung akan menjumpai sisi berbeda dari praktik artistik Melati Suryodarmo di setiap kunjungan. Untuk mengakomodasi kunjungan berulang, museum menawarkan Akses Tahunan melalui program keanggotaan. Jadwal lengkap performans dan program dapat diakses di website resmi dari Museum MACAN.

Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip Museum MACAN

Karya Seni Thom Yorke dan Stanley Donwood Segera Dipamerkan

Siapa yang tahu, ternyata ikatan pertemanan bisa membawa kita ke suatu hal yang sangat jauh. Dengan teman, seseorang bisa dengan mudah untuk berkolaborasi, bersama teman pula kita  kerap bertukar ide...

Keep Reading

Nada Siasat: Bermimpi di Ujung Maret

Memasuki bulan Maret, pertunjukan musik secara langsung kini sudah diberi lampu hijau oleh para pemangku kebijakan. Gelaran musik dari yang skala kecil sampai skala besar kini sudah mulai muncul ke...

Keep Reading

Galeri Lorong Langsungkan Pameran Seni Bernama IN BETWEEN

Berbagai momentum di masa lalu memang kerap menjadi ingatan yang tak bisa dilupakan. Apalagi jika irisannya dengan beragam budaya yang tumbuh dengan proses pendewasaan diri. Baru-baru ini Galeri Lorong, Yogyakarta...

Keep Reading

Refleksikan Sejarah Lewat Seni, Pameran "Daulat dan Ikhtiar" Resmi Digelar

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengadakan sebuah pameran temporer bertajuk “Daulat dan Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 Melalui Seni”. Pameran ini sendiri akan mengambil waktu satu bulan pelaksanaan, yakni...

Keep Reading