- Arts
Pameran Karya Baru di Sotheby's Online
Saat melihat sebuah karya seni, biasanya fokus tertuju pada tekstur, warna, dan materi-materi lainnya daripada tangan / orang sebenarnya yang menciptakan karya tersebut. Nah, atas dasar hal itu, baru-baru ini dilakukan sebuah lelang karya fotografi edisi terbatas di Sotheby oleh Aubrey Mayer, yang menangkap potret enam seniman kontemporer yang sedang bekerja di studio mereka, menghadirkan pemandangan di belakang layar yang intim ke dalam proses artistik dari Ed Ruscha, Raymond Pettibon, Jonas Wood, Jacqueline Humphries dan Mark Grotjahn. Karya yang masuk ke dalam “Aubrey Mayer: New Portraits” ini sama sekali belum pernah dipamerkan atau ditawarkan untuk dijual hingga saat ini.
Dicetak di atas aluminium, kertas, linen, dan kadang-kadang sebagai monograf, foto-foto tersebut memperlihatkan ruang dan cara kerja dari masing-masing seniman. Komposisi multi-gambar Mayer, yang ia sebut sebagai “contact sheets”, dapat meningkatkan format dari sebuah potret tradisional dan mendokumentasikan tahapan penciptaan dari para seniman. Dalam karya-karya yang luar biasa ini, Mayer menangkap lukisan Wood di sebuah kanvas besar yang disangga pada peti berwarna-warni dan Humphries melukis lukisan hitam-putih abstrak dari tangga pendek.
“Saya telah mengambil potret fotografis seniman lain selama 15 tahun terakhir, dan seiring dengan perkembangan karya saya, saya mulai melihatnya berkembang sebagai potret ganda dan arsip saya sebagai bahan sumber untuk mengeksplorasi minat saya sendiri sebagai seorang seniman. Sejalan dengan itu, format lembar kontak menjadi evolusi alami dari potret, saat saya mulai mengambil lebih banyak foto, dengan perasaan bahwa saya tidak ingin melewatkan momen dalam sebuah proses dari para seniman. Yang mengejutkan saya, mereka mengambil peran dan narasi mereka sendiri, dan telah menjadi seperti Warholian – di mana gambar-gambar itu diulangi lagi dan lagi.” Terang Mayer.
Rumah lelang internasional Sotheby’s telah mengumumkan pendapatannya untuk tahun 2020 sejauh ini, laporan tersebut adalah penjualan sebesar $ 2,5 milyar USD hingga akhir Juli kemarin. Namun sebagai catatan penting mereka, jumlah ini turun 25% dari periode yang sama di tahun lalu, hal tersebut secara langsung juga memperlihatkan angka yang lebih baik dari perkiraan terhadap gangguan yang disebabkan oleh Covid-19 dan mereka terus menunggu langkah-langkah apa yang akan diambil oleh pemerintah selanjutnya. Salah satu kekuatan pendorong di balik kinerja ini adalah peningkatan penjualan online di sepanjang tahun. Dengan lebih dari 180 penjualan online, dan juga volume naik hingga 540%, Sotheby membawa lebih dari $ 285 juta USD melalui saluran ini, untuk pertama kalinya ini adalah sebuah hal yang menakjubkan di mana penjualan online bisa menghasilkan lebih dari 10% dari total penjualan.
Menurut Pi-eX (sebuah perusahaan analisis pasar seni di London), meskipun mereka menunjukkan kinerja penjualan online yang kuat, penurunan pendapatan keseluruhan ini disebabkan oleh penurunan 42 persen dalam penjualan lelang secara langsung, yang sejauh tahun ini hanya menghasilkan $ 1,6 miliar (£ 1,2 miliar). Sebagian besar keberhasilan Sotheby dalam mensukseskan program lelang di tahun yang sangat berat ini dihubungkan dengan inovasi yang memungkinkan mereka untuk lebih mudah beradaptasi, tetapi sebenarnya pendapatan dari lelang secara langsung tetaplah menjadi pemegang kunci dalam keberhasilan rumah lelang di seluruh dunia.
Selain keberhasilan penjualan virtual, Sotheby juga memperkenalkan inisiatif baru untuk penjualan, seperti Sotheby’s Gallery Network. Aliran pendapatan baru ini adalah bagian penting dari strategi Sotheby untuk menarik kolektor seni yang baru dan yang lebih muda. Bersamaan dengan inisiatif baru tersebut, Sotheby juga mengadakan dua lelang global secara langsung. Secara keseluruhan, nilai lot rata-rata untuk penjualan digital dan langsung lebih dari $ 20.000 USD, dua kali lipat lebih besar sejak 2019. “Meskipun didorong oleh kebutuhan, jelas bahwa minat dan kepercayaan klien kami terhadap teknologi telah berubah secara mendasar,” kata Stewart.
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip Sotheby’s
SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep ReadingInterpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...
Keep ReadingKembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...
Keep ReadingLuapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...
Keep Reading