Outsider yang Menemukan Jalannya Sendiri

Mungkin belum banyak yang sudah mendengar kiprah band metalcore Cloudburst asal Jogjakarta. Band ini terbentuk pada tahun 2011 dan telah menghasilkan sebuah demo dan split album dengan Warmouth serta debut album penuh berjudul Crying of Broken Beauty pada 2016.

Cloudburst diperkuat oleh Ridho (bas), Yogi (gitar), Okta (vokal) dan Yudha Bogex (drum). Orang-orang di balik wajah Cloudburst bukanlah anak kemarin sore di scene musik Jogjakarta. Okta, misalnya, ia juga terlibat di dalam Goddess of Fate serta LKTDOV. Bogex dikenal juga sebagai drummer sejuta umat di mana banyak band menggunakan jasanya, seperti This Heart, Wound, LKTDOV, Last Kiss Goodnight dan sejumlah band lain.

“Cloudburst sebelumnya memang berasal dari beberapa band. Tapi posisinya sekarang sudah berubah menjadi sebuah band yang lain. Lebih serius dari sekedar side project,” cerita Okta.

“(Dengan band ini) ya gimana caranya bisa membagi waktu saja. Nggak begitu susah, kalau yang lain sedang fokus bikin album atau tur, ya band yang ini mengalah dulu,” lanjutnya.

Titik balik Cloudburst mulai terlihat ketika mereka merilis single Strange Acrobat di Oktober 2018 yang lalu via Bandcamp. Lalu, dengan mengejutkan, seluruh isi album mereka ditayangkan secara streaming oleh Decibel Magazine pada bulan Januari 2019 yang lalu. Decibel Magazine sendiri merupakan salah satu majalah bergengsi di ranah metal dunia.

Peristiwa ini, terjadi tidak lepas karena cara pandang berbeda yang diterapkan Cloudburst secara kolektif.

“Yang saya pelajari mengenai mekanisme promosi band di kancah internasional itu, sebelum merilis album si band sudah woro-woro dulu enam bulan sebelumnya. Lalu baru rilis single yang diambil dari kantong album itu, setelahnya pergi tur untuk mempromosikan albumnya. Kebanyakan di Indonesia hanya merilis dan menyebar press release tanpa memerhatikan timeline,” timpal Yogi.

“Cloudburst itu bukanlah sesuatu band yang istimewa. Starting pointnya mungkin karena Cloudburst berasal dari kalangan outsiders, bukan band yang sering disinggung media di sini,” kata Okta.

Masih menurutnya, media di Indonesia cenderung lebih suka mengangkat band yang populer, yang sering bermain di berbagai macam pertunjukan dan sudah mendapatkan pengakuan dari skena serta industri musik. Sementara Cloudburst sendiri malas dan tidak punya keinginan untuk melewati jenjang seperti itu. Jadi yang mereka lakukan adalah mengulik sejumlah website musik lokal, nasional dan internasional, cari kontaknya lalu kirim press release ke kontak media tersebut.

“Nah kenapa Decibel sampai tertarik itu ya hasil dari kirim press rilis tersebut,” terang Okta.

Ketidakberpihakan media juga kemudian terjadi dalam kisah Cloudburst. Paska beredarnya kabar album mereka disediakan secara streaming oleh Decibel Magazine, minat media lokal pelan-pelan datang.

“Awalnya saya mengirim press release ke media lokal, nasional ataupun luar. Anehnya malah media luar dulu yang mengekspose kami. Baru setelah Decibel Magazine, media lokal dan nasional terpancing untuk membahas keberadaan Cloudburst,” ucap Okta setengah mengeluh.

Yogi menambahkan, “Seharusnya yang mensupport duluan mestinya media lokal karena kedekatan geografis, baru nasional dan kemudian internasional.”

Ada bara yang terus dipiara. Begitulah Cloudburst yang sampai hari ini masih memposisikan diri sebagai outsider dalam menembus industri musik yang besar. Album self titled berisi sembilan lagu mereka sudah beredar luas dalam bentuk cd dan dirilis oleh Samstrong Records. (*)

 

Teks: Indra Menus

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading