- Arts
Obrolan Seputar Hak cipta di Program Goethe Institut
Pada Kamis 30 Juli besok, Goethe-Institut Indonesien mempersembahkan dua program yang disiarkan melalui kanal-kanal media sosialnya. Seri seminar daring Retas Budaya akan tayang Kamis siang dan akan membahas akses terbuka dan hak cipta bagi institusi GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum). Selanjutnya, dalam program BINGKIS, perwakilan dari dua komunitas pembelajar/peneliti, yakni Akademi Prakerti dan KUNCI Study Forum & Collective, akan berbincang tentang eksplorasi makna-makna baru “belajar bersama” dan “ruang belajar”. Tema kali adalah “Mengetahui Ketidaktahuan”, merespon atas keadaan yang saat ini terjadi akibat adanya wabah Covid-19, yang mampu membuat masyarakat dunia semakin sadar bahwa kondisi ini bisa hilang bila semuanya bekerja sama untuk mengatasi krisis global yang ada. Hal ini pun sejalan dengan apa yang kita lihat bahwa banyak pihak masih belum tahu atau paham tentang kondisi pandemi ini, dan diharuskan untuk terus belajar dan mencoba banyak usaha.
Akademi Prakerti sendiri adalah sebuah wadah untuk belajar dan latihan bersama akademisi lintas disiplin dan memiliki sebuah program kerja khusus yang bernama civitas punkademika. Dalam pemahaman Akademi Prakerti, punkademika adalah orang-orang yang ingin terus mengeksplorasi berbagai potensi pengetahuan, peneliatian, dan inteligensia kerja kolektif yang ingin melewati jangkauan ranah akademik dan masuk ke dalam ragam ranah perlintasan sehingga dapat mendorong transformasi sosial. Dalam berbagai kegiatannya, Akademi Prakerti juga berupaya memberi nilai atas kerja reproduktif masyarakat yang umumnya dianggap cuma-cuma seperti membaca, belajar, dan merintis gagasan. Program Akademi Prakerti antara lain pelatihan literati dan Open punkademia yang dijalankan berbasis inisiatif atau agenda belajar para punkademia. Akademi Prakerti juga bekerja sama dengan jejaring GCAS (Global Center for Advanced Studies) untuk terus mengembangkan pendidikan dan penelitian para pelajar maupun pengajarnya.
KUNCI Study Forum & Collective dalam praktek kerjanya selalu bereksperimen dengan metode produksi dan berbagi pengetahuan melalui aktivitas belajar bersama-sama yang dibentuk oleh persilangan antara kerja-kerja afektif, manual, dan intelektual. Sejak didirikan pada 1999 di Yogyakarta, KUNCI terus bertransformasi dalam struktur, cara, dan wahana kerjanya. Berawal sebagai kelompok belajar kajian budaya, kini praktik KUNCI menitikberatkan pada kolektivisasi belajar, termasuk di antaranya: pengelolaan ruang, diskusi, perpustakaan, penelitian, penerbitan, percetakan, dan pengorganisasian sekolah. KUNCI melintasi dan menghubungkan batas-batas institusi, disiplin, serta lokalitas. Keanggotaannya berbasis persahabatan dan informalitas, serta berprinsip swa- organisasi dan kolaboratif. Pada kesempatan ini, Akademi Prakerti akan diwakili Cecil Mariani (salah satu pendiri dan pengelola). Adapun perwakilan anggota KUNCI yang akan hadir adalah Brigitta Isabella, Fiky Daulay, Gatari Surya Kusuma, Rifki Akbar Pratama, dan Syafiatudina.
Seminar Daring Retas Budaya akan berjalan via YouTube Goethe-Institut Indonesien, dan di edisi keempat seri seminar daring Retas Budaya ini menghadirkan sebuah tema berjudul “Akses Terbuka & Hak Cipta”. Ari Juliano Gema selaku Staf Ahli Menteri bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengupas tentang masalah hak cipta yang umumnya ditemui institusi GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum). Seri seminar daring ini akan disiarkan secara langsung di kanal YouTube, Facebook, dan Twitter Goethe-Institut Indonesien. Dalam seminar daring yang dipandu Bhredipta Socarana (Creative Commons Indonesia) ini, Ari Juliano Gema akan membahas tentang aspek-aspek legal yang harus diperhatikan sebelum suatu koleksi bisa menjadi akses terbuka, bagaimana menentukan status hak cipta dari suatu koleksi, serta bagaimana memilih lisensi yang tepat. Selain itu, ia akan menyampaikan mengapa koleksi domain publik sebaiknya dibuka aksesnya.
Retas Budaya merupakan sebuah program yang mempertemukan institusi GLAM dengan pelaku industri kreatif dan pegiat teknologi demi menghasilkan kolaborasi dan inovasi dari data budaya terbuka. Pada November mendatang, Retas Budaya akan hadir dalam bentuk festival kreator yang mengajak publik mengubah data budaya menjadi cerita, games, ataupun karya seni. Program Retas Budaya adalah kerja sama antara Goethe-Institut Indonesien, Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia, Wikimedia Indonesia, Asosiasi Game Indonesia, dan PT Elex Media Komputindo.
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip Goethe-Institut Indonesien
Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...
Keep ReadingSisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep Reading