- Music
Nada Siasat Vol. 1.8 - Harapan Terus Ada
Apa kabar semua? Pastinya baik dong. Tapi tidak dengan kondisi negara kita yang setiap harinya masih saja berkutat dengan persoalan wabah Covid-19. Cukup miris memang melihat keadaan yang ada, di satu sisi beberapa orang perlu melanjutkan roda kehidupan agar dapur terus mengebul, beberapa lainnya terus berjuang agar virus yang ada segera hilang. Seperti biasa, tak lelah untuk mengatakan kalau kesadaran kolektif sangatlah diperlukan, agar semuanya bisa kembali normal. Untuk musik sendiri, memang belum ada himbauan untuk bisa kembali menjalankan konser. Tapi bukan berarti pengkaryaan juga harus diam dan tidak ada apa-apa. Untungnya, di negeri ini, para musisi baik itu yang baru ataupun lama, semuanya kembali ke arena. Memberikan segala bentuk karya yang segar. Selalu saja ada nama baru yang sangat menarik hati. Bahagia bila selalu mendengarkan banyak musik baru dari segala penjuru negeri. Silahkan disimak daftar putar terbaru kami di bawah. Jangan lupa untuk menyelami lebih dalam bila kalian tertarik dengan salah satunya.
Sleep Shelter – Faults
Masa pandemi yang tak kunjung jelas kapan berujung, tidak menyurutkan kreativitas Sleep Shelter untuk terus menghadirkan karya baru. Setelah single debutnya yang bertajuk “Memory Lake” dirilis beberapa waktu kemarin, Sleep Shelter kembali merilis single terbarunya ini di masa pandemi yang belum kunjung usai di negeri ini. Masih seperti single debutnya, Sleep Shelter yang beranggotakan Fathia Izzati dan Pandji Dharma, juga mengusung genre psychedelic pop di single Faults ini. Namun dengan suasana yang lebih muram dan gelap. “Faults is a song about heartbreak. It is a moment of reflection for a severed relationship. A relationship which once was beautiful, raw and meaningful has come to an end.” Cerita singkat tentang single Faults. Entah pengalaman pribadi atau bukan, lirik dan musik di single “Faults” mampu mengobrak-abrik perasaan. Menurut Sleep Shelter, “Memory Lake” dan “Faults” adalah teaser menuju proyek yang lebih besar ke depannya. Single ini sendiri mereka kerjakan bersama label yang merilis single pertama, yaitu Palm House Records.
Iguh – Rayya
Moniker ini merupakan proyek solo bass dari seorang Iguh P. Putra yang berasal dari Lampung. Untuk musiknya, dia menyebutnya sebagai Instrumental Alternatif. Berkaitan dengan pandemi yang terjadi saat ini, tentu saja membuat lebih banyak waktu untuk berkarya mandiri, baik secara produksi musik, penulisan lagu, recording, mixing mastering, dilakukan sendiri di SAMMA Production Studio Musik yang dimiliki Iguh. Rayya adalah judul single yang yang diambil dari bahasa islami dengan arti cahaya. Karya ini memadukan groove bass, sound-sound electrical dan irama gitar yang funky. Melalui lagu ini Iguh ingin membuktikan bahwa musisi dari daerah juga bisa berkarya dan tidak kalah bagusnya dengan musisi ibukota atau kota-kota besar lainnya.
Mighfar Suganda – N for Nothin’
Setelah album Timeless dirilis bulan Januari. dan Single Dance on Fire dirilis bulan Mei, kini Mighfar Suganda merilis Single terbaru yang diberi nama “N for Nothin” yang memiliki arti pandangan atau pemikiran diri sendiri. Mighfar Suganda menceritakan bahwa Single terbarunya ini mengangkat tema tentang keresahan dan sudut pandangnya sendiri terhadap apa yang terjadi di tahun 2020, dimana album perdana nya dirilis di waktu Yang kurang tepat. Di masa pandemi ini. Dan tur nya yang harus ditunda. Single ini berbicara tentang bagaimana manusia terkadang harus menerima keadaan, saat rencana tidak sesuai dengan ekspektasi. Sejenak berdamai dengan kesalahan dan tidak melakukan apapun. Sebelum bangkit kembali menunggu momen Yang tepat sambil mempersiapkan diri. Hal yang menarik dari Single ini, mulai dari menulis lagu, rekaman di lakukan sendiri oleh Mighfar Suganda di apartemennya. Ini sebuah bukti bahwa selama pandemi, Mighfar Suganda tetap produksi untuk menghasilkan karyanya. Lagu ini ditulis Mighfar Suganda berdasarkan pengalaman pribadi yang mewakili perasaan orang- orang tentang banyak rencana yang gagal di tahun ini karena pandemi.
Bagus Purwodito – Gairah Distorsi
Gairah Distorsi adalah cara Bagus Purwodito bercerita tentang kegembiraan seorang korban “bullying” saat menemukan gitar dan distorsi sebagai persona yang dapat membuatnya bergairah dan merasa untuk layak hidup sebagai manusia. Secara garis besar, dirinya di sini mengangkat musik psychedelic rock Indonesia di era 70an, namun dibalut sedikit dengan nuansa blues di dalamnya. Untuk proses pengerjaan, semua dilakukan olehnya sendiri mulai dari penulisan lirik, produksi lagu, mixing & mastering sampai pengerjaan visual dari single ini. Bagus Purwodita adalah proyek solo yang dikerjakannya semenjak adanya wabah Covid-19 yang mana dalam kondisi tersebut dirinya banyak menghabiskan waktu di rumah. Untuk pemilihan warna musik, dia mengaku sangat ingin mengangkat warna musik psychedelic rock Indonesia di era 70an, yang mengambil referensi dari Black Brothers, Harry Roesli Gang,dan The Brims.
Sickobein – Ruang
Band Grunge asal kota Banda Aceh ini kembali mempertahankan eksistensinya setelah bulan Maret lalu telah merilis single perdana “Amnesia”. Hal itu dilakukan setelah sebelumnya mereka menelurkan EP “Misi Minor” pada tahun 2017 silam dan sempat hilang dari hingar bingar pergelutan musik di kota Banda Aceh pada 2018 lalu. Untuk proses kreatif penulisan lagu dikerjakan oleh Ayip sebagai Vokalis dan untuk kreatif instrumen Sickobein mengerjakannya bersama-sama. Almero sebagai Basis juga mengatakan cukup puas dari segi Sound di lagu ini, “ini sudah seperti Sound Grunge yg kami mau” lanjutnya menambahkan. Proses Recording, Mixing hingga Mastering dilakukan di Banana Town Records (Banda Aceh) tempat di mana single pertama mereka juga dibuat. Sejauh ini kerjasama antara Sickobein dan Banana Town Records sepertinya akan semakin serius lagi dengan rencana mengeluarkan EP pada tahun depan. Dengan dirilisnya single ini mereka juga berharap agar bisa dinikmati oleh pendengar musik khususnya para Grunge People. Dibalik semua itu tersisipkan pesan dan kode keras untuk para anak muda agar tidak membuang masa mudanya ke arah yang negatif. Banyak hal positif yang bisa dilakukan di masa muda, salah satunya adalah menghasilkan karya.
The Silent Love – Decade
Sejak Blossom Diary memulainya pertama kali di skena lokal, indiepop rasanya tak pernah berubah. Band-band terus bermunculan, timbul tenggelam, dan sesuka hati. Kecuali bagi mereka yang ingin mengejar stardom, itu lain cerita, tapi romantisnya menjadi band indiepop tetap private. The Silent Love adalah soal itu, proyek bermusik pribadi Ganesha M.N., berangkat dari beberapa lagu yang tidak terpakai oleh band dia yang lain, Funny Little Dream. Tahun 2009 dia berpikir untuk memakai nama moniker ini. Lagu-lagu ini dibuat Ganesh sebagian besar bertemakan cinta, atau lebih tepatnya lagi cinta yang bertepuk sebelah tangan. Setiap lirik dari album ini juga kebanyakan adalah cerita nyata dari kehidupan ganesha sehari-hari ketika itu. Ganesha adalah penggemar berat dari the Field Mice, Nixon, Blossom Diary, Pure Saturday,dan banyak band indie pop lainnya. Alhasil, The Silent Love adalah band indiepop.
Shama – Massa Buruh
Apakah kita menyadari? setiap jasa dan barang kebutuhan sehari-hari yang bersentuhan langsung dengan hidup kita seperti baju, celana, kaos kaki, sabun mandi, sepeda motor, ojek online, dan sebagainya merupakan hasil kerja para buruh. Yang kebanyakan harus bangun subuh dan mandi saat udara sedang dingin-dinginnya, yang harus berangkat dari rumah ketika gelap dan pulang ketika langit juga gelap, yang harus bingung menentukan apakah membeli baju baru ataukah melunasi hutang atau cicilan, dan yang tak henti dilanda kecemasan memikirkan pangan untuk keluarganya ditengah kondisi wabah belakangan ini. Bagi mereka, musik adalah bahasa universal yang mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, maka sarana ini yang dipilih untuk membangunkan kesadaran dan menyuarakan keresahan dalam hati maupun pikiran tentang realita-realita kehidupan buruh. Sehingga setelah muncul penyadaran yang disampaikan secara asik melalui lagu ini, kita dapat sadar bahwa kita ini buruh, dan dari hal yang sederhana, kita tidak mudah jengkel apabila jalanan macet akibat aksi unjuk rasa massa buruh yang memperjuangkan hak-hak kita bersama sebagai pekerja.
Fox Fort – Laga Laga
Lagu ini diciptakan oleh Arga (eks Vokalis) dan Valdyan (Gitaris) pada tahun 2018. Lagu ini terinspirasi dari kejadian yang dialami oleh Arga sekitar tahun 2016, saat dirinya tinggal di Jakarta setelah sebelumnya menetap lama di Bandung. Selain kejadian tersebut, hiruk pikuk lalu lintas dan cuaca yang meranggas juga menjadi gagasan awal Arga menulis lagu ini. Keluh kesah Fox Fort dalam lagu ini juga didasari pada kejadian-kejadian unik di jalan raya, seperti para pengguna motor yang menggunakan sein tidak sesuai fungsinya (sein kanan tapi belok kiri), lawan arah untuk menghindari jalur putaran, naik trotoar, berhenti di zebra cross, penggunaan sirine yang tidak seharusnya, sampai pengendara motor yang masuk jalan tol atau berkendara lewat JPO. Dari berbagai pelanggaran tersebut, salah satu dari kami pernah coba menegur, tetapi malah kami yang dimarahi dan mendapatkan balasan dengan emosi, sehingga timbul pertanyaan dan pernyataan “siapa yang salah, siapa yang emosi ya? Banyak laga-nya banget tuh orang”.
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip dari Berbagai Sumber
Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep ReadingCrushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...
Keep Reading