- Music
Nada Siasat: Gelombang Pop Melayu yang Masih Pasang
Melayu pernah jadi gelombang musik yang merajai Indonesia. Ada saat-saat di mana semua band terasa punya nuansa sama, vokal mendayu dan lirik cinta. Stasiun televisi juga hampir selalu menampilkan musisi-musisi macam ini di acara musik pagi hari, di mana penonton (bayaran) menari dengan selaras. Bagai meneken perjanjian dengan setan, lagu mereka selalu bisa dinyanyikan orang-orang yang masih SD hingga SMA pada 2000-an, masa-masa jaya Melayu, terkadang tanpa harus tahu judul lagu atau siapa yang menyanyikannya. Sayangnya, tidak ada yang ingin melanjutkan tongkat estafet mereka di gig-gig kolektif anak muda masa kini (setidaknya sebelum pandemi).
Untuk pernyataan terakhir di paragraf sebelumnya, mungkin akan sulit karena Melayu Wave punya stigmanya sendiri. Mereka sempat ada di masa terlalu “banyak” hingga menjadi banal dan akhir dari suatu yang banal adalah ditinggalkan, tergantikan oleh kebanalan lainnya. Efek Rumah Kaca (ERK) mungkin punya andil dalam runtuhnya Dinasti Melayu di Tanah Air.
“Lagu cinta melulu. Apa memang karena kuping Melayu. Suka yang sendu-sendu,” nyanyi Cholil dalam chorus hit ERK, “Cinta Melulu”, yang masuk dalam album selftitled mereka pada 2007. Lagu ini menyiratkan kekesalan terhadap musik Melayu secara lumayan harfiah dan memberi pendengar Indonesia pilihan atas lirik yang ternyata tidak harus selalu tentang cinta.
“Atas nama pasar semuanya begitu banal.”
Kesalahan utama Melayu Wave mungkin bukan musik dan lirik mereka, tapi kebanalan yang sudah dibahas sebelumnya. Buktinya saat pamor musisi macam ini turun (di beberapa kalangan) dan menjadikan mereka lelucon adalah banal (juga di beberapa kalangan), Oomleo, salah satu sosok panutan kalcer masa kini, malah mengangkat mereka di program karaokenya. Ia bahkan sempat membawa Radja, Kangen Band, Wali, dan Setia band ke Synchronizefest 2019, yang kalau dilihat dari segi pasar mungkin akan kurang masuk dengan nama-nama itu. Penonton mereka bejibun, bernyanyi bersama dengan ikhlas bagai penonton (bayaran) di acara televisi pagi hari, entah karena memang penggemar, teringat nostalgia, atau menikmati komedi (karena kadang kita tergelitik saat orang, dari sisi manapun termasuk selera, lebih rendah dari kita, Chaplin yang menyiksa diri sendiri terlihat lucu bukan?). Saat Charly (Setia Band) melemparkan sweater dan kaos yang ia gunakan kepada penonton di akhir penampilannya, terdengar “ih enggak mau, bau, pede banget” dari mulut-mulut kecil entah milik perempuan mana di tengah kerumunan.
Jadi, apa yang terjadi kepada Melayu Wave saat (beberapa/sebagian/sempat banyak) orang berbondong-bondong mengarah ke ke-“indie”-an ERK di masanya? Mereka masih ada dan jaya, nampaknya. Lihat saja Radja yang hampir menembus satu juta penonton di Youtube untuk rilisan terakhir mereka hanya dalam satu hari.
Radja – “Kavir (Kamu Viral)
Diciptakan untuk orang-orang yang kebelet tenar di media sosial, lagu ciptaan Moldy (gitar, kidal pula) ini membuktikan bahwa lagu Melayu tidak perlu “cinta melulu”. Menggabungkan sinisme ala “Punk Hari Ini” milik Superman Is Dead dan ormas-ormas “kampret”, Ian Kasela cs berhasil membuat kritik sosial yang dikemas secara ringan tanpa meninggalkan khas Melayu mereka.
“Seseorang yang tidak bisa lepas dari gadget, terutama handphone, karena handphone menurut dia adalah segalanya, mulai dari curhat, eksis, update berita dan lain-lain sampai menjadi viral pun semua lewat handphone. Segala macam di-posting lewat handphone bahkan enggak peduli sama moral asal bisa viral, kerjaannya tiap hari posting karena berharap trending,” ujar Moldy tentang lagu terbaru yang judulnya merupakan singkatan dari “kamu viral” ini.
Kangen Band – “Sesaknya Dada”
Band yang sempat menjadi lambang perjuangan antarkelas bagi beberapa orang sekaligus polusi telinga bagi beberapa yang lain ini baru saja melepas single dengan judul “Sesaknya Dada”. Walaupun tidak seheboh Radja sebelumnya, lagu ini mendapat hampir 800 ribu view di klip videonya dalam waktu seminggu.
“Sesaknya Dada” nampaknya menjadi nomor pertama Kangen Band setelah kembalinya vokalis mereka yang hilang, Andika. Setelah beberapa mengganti pentolan (sempat ada dua orang di belakang mikrofon), Andika akhirnya kembali mengisi posisi tersebut tahun lalu. Warna vokalnya membuktikan bahwa band yang memprokalamsikan diri sebagai “The King Pop Of Melayu” (dalam siar pers) bukan lah Kangen Band jika tidak ada dia.
Wali – “MAMAS (Mati Masuk Surga)”
“MAMAS (Mati Masuk Surga)” merupakan nomor terbaru dari unit Melayu satu jari, Wali. Mereka merilis tembang tersebut pada bulan Ramadhan tahun ini. Dalam waktu empat bulan, penonton klip video lagu ini hampir mencapai lima juta. Biarpun liriknya sedikit kontroversial, dilihat dari sisi salah satu budaya, mereka tetap menyampaikan pesan ilahi ke pendengarnya.
Dalam dekade terakhir, Apoy dkk memang produktif membuat tembang religi. Lirik-lirik mereka selalu dekat dengan masyarakat Indonesia, sedikit menyerempet nuansa realisme mistik khas tulisan Eka Kurniawan atau Gabriel García Márquez.
Hijau Daun – “Sandiwara Cintamu”
Juni lalu, Hiijau Daun merilis sebuah single dengan tajuk “Sandiwara Cintamu”. Lagu tersebut diciptakan oleh pencipta hit Sunda, Dose Hudaya. Ini merupakan rilisan pertama mereka setelah sekitar setengah dekade. Biarpun begitu, tahun lalu mereka sempat merilis album akustik dari beberapa tembang mereka seperti “Ilusi Tak Bertepi”.
“Kisah dari lagu ‘Sandiwara Cintamu’ ini adalah sebuah perjalanan cinta seseorang yang sudah setengah mati untuk membahagiakan pasangannya. Tapi segala perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya sia-sia karena dikhianati dan disakiti dengan apa yang sudah ia lakukan,” tutur Dide (vokal) tentang lagu tersebut.
Armada – “Aku di Matamu”
Armada mencoba membuat gebrakan awal tahun ini. Februari lalu, unit pop asal Palembang ini merilis lagu berjudul “Aku di Matamu”. Uniknya, mereka merilis lagu tersebut dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea. Selain itu, Armada juga melepas versi instrumentalnya di waktu bersamaan.
“Aku Di Matamu” sebenarnya sudah dibuat sejak 2019. Lagu tersebut bercerita tentang seseorang yang ditinggalkan begitu saja dan tanpa alasan oleh orang terkasih, serupa fenomena ghosting yang banyak dijumpai muda-mudi masa kini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Vagetoz – “Hanyalah Untukmu”
Vagetoz merilis “Hanyalah Untukmu”, Maret lalu. Lagu tersebut terdengar lebih mewah dibanding beberapa karya mereka yang lain. Lagu tersebut terdengar sedikit lebih megah dengan tambahan unsur string dan orkestra di tengah hingga akhir lagu. Single milik Vagetoz ini bercerita tentang laki-laki yang baru saja patah hati. Kehadiran seorang perempuan baru ternyata mampu membuatnya tersenyum kembali. Lagu “Hanyalah Untukmu” ini sengaja dikemas cukup sederhana, sehingga liriknya pun mudah dicerna.
“Hanyalah Untukmu” sebenarnya bukan lah lagu terbaru dari Vagetoz tahun ini. Saat memasuki masa-masa puasa, mereka juga sempat melepas lagu religi dengan judul “Ya Rasulallah”. Sejak 2019, band asal Sukabumi ini tidak pernah kosong karya. Mereka melepas sejumlah lagu yang beberapa di antaranya merupakan lagu religi.
Setia Band – “Kenangan Terindah”
“Makan gorengan mah makan saja. Tenggorokan kita jangan dimanja,” tutur Charly van Houten (Setia Band, eks ST12) saat diwawancarai salah satu program di televisi nasional pada 2000-an. Pernyataan itu begitu menohok dan menginspirasi, ternyata jadi penyanyi tidak perlu begitu jaga makanan amat, dan buktinya suara Charly pun punya cirinya sendiri.
Charly (vokal) dan Pepeng (gitar) sempat meninggalkan Pepep (drum) di ST12 pada 2011. Keduanya pun membentuk Setia Band tahun depannya. Sejak saat, itu duo ini terbukti lumayan produktif, sempat mengeluarkan dua album penuh, Satu Hati (2012) dan Bintang Kehidupan (2017). Bulan lalu, Setia Band merilis gubahan ulang dari “Kenangan Terindah”. Suara khas Charly membuat tembang yang pernah dipopulerkan oleh Samsons itu menjadi seperti lagunya sendiri.
Teks: Abiyan Nabilio
Visul: Arsip dari berbagi sumber
Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep ReadingCrushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...
Keep Reading