Mereka yang Berkarya dari Balik Jeruji

MoMA PS1 akan menghadirkan pameran besar yang mengeksplorasi karya dari para seniman yang ada di penjara AS dan pusat penahanan terhadap seni dan budaya kontemporer. Karya-karya tersebut akan dipamerkan mulai 5 April hingga 23 Agustus 2020. Menampilkan seni yang dibuat oleh orang-orang di penjara dan karya seniman (yang tidak dipenjara) yang terkait persoalan penindasan, penghapusan, dan tahanan negara.  Marking Time: Art in the Age of Mass Incarceration akan menampilkan lebih dari 35 seniman, termasuk di dalamnya seniman asal Amerika yaitu, Tameca Cole, Russell Craig, James “Yaya” Hough, Jesse Krimes, Mark Loughney, Gilberto Rivera, dan Sable Elyse Smith. Berjalan bersamaan dengan pameran, serangkaian program publik, inisiatif pendidikan, dan proyek yang sedang berlangsung di MoMA PS1 akan mengeksplorasi dampak sosial dan budaya dari penahanan massal.

Jika dilihat di seluruh galeri yang terdapat di lantai dua PS1, Marking Time menampilkan karya-karya yang menjadi saksi atas berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para seniman, yang mana mereka menata kembali dasar-dasar kehidupan — waktu, ruang, dan materi fisik — mendorong kemungkinan ide-ide dasar dari pengalaman sehari-hari mereka untuk menciptakan estetika baru. Pekerjaan yang dihasilkan memang sering melelahkan dan memakan waktu, karena seniman yang dipenjara mengelola waktu hukuman melalui pekerjaan mereka dan bereksperimen dengan berbagai kendala material yang membentuk pembuatan karya tersebut di dalam penjara. Pameran ini juga mencakup karya yang dibuat oleh seniman yang tidak dipenjara – baik seniman yang sebelumnya dipenjara dan yang secara pribadi terkena dampak sistem penjara di Amerika.

Para seniman ini merancang strategi untuk memvisualisasikan, memetakan, dan membuat secara fisik dampak dan skala kehidupan di bawah kondisi yang ada, kemudian mereka mencoba untuk memperlihatkan bagaimana penjara dan kehidupan di dalamnya mampu membentuk budaya kontemporer. Pameran ini menampilkan karya oleh Carole Alden, Mary Enoch Elizabeth Baxter alias Isis tha Saviour, Sara Bennett, Conor Broderick, Keith Calhoun dan Chandra McCormick, Daniel McCarthy Clifford, Tameca Cole, Larry Cook, Russell Craig, Amber Daniel, Nereida García-Ferraz, Maria Gaspar, Dean Gillispie, GisMo (Jessica Gispert dan Crystal Pearl Molinary), Ronnie Goodman, Gary Harrell, Brian Hindson, James “Yaya” Hough, Ashley Hunt, Michael Iovieno, Jesse Krimes, Susan Lee-Chun, William B. Livingston III, dan banyak lainnya.

Marking Time diorganisir oleh kurator tamu yang bernama Dr. Nicole R. Fleetwood, Profesor Studi Amerika dan Sejarah Seni di Rutgers University, yang mengabdikan hidupnya selama satu dekade untuk berdedikasi dalam penelitian, analisis, dan pengarsipan seni visual dan praktik kreatif dari seniman dan seni yang dipenjara yang menanggapi penahanan massal. Pameran ini juga bertepatan dengan rilisnya buku baru Fleetwood yang berjudul, Marking Time: Art in the Age of Mass Incarceration (Harvard University Press, 2020). Pameran ini disertai dengan serangkaian program publik, pertunjukan, dan inisiatif pendidikan yang diselenggarakan bersama kolektif yang terdiri dari seniman, pendidik, aktivis, dan akademisi: Russell Craig, Dr. Nicole R. Fleetwood, Che Gossett, Michelle Jones, Jesse Krimes, Julia Lourie, Tyra Patterson, Presiden Jean-Michel, Sable Elyse Smith, dan Calder Zwicky. Mitra program termasuk Kelompok Kerja Studi Karier di Universitas Rutgers; Die Jim Crow, Institute of African American Affairs & Center for Black Visual Culture, New York University; the Justice Arts Coalition; The Museum of Modern Art’s Department of Education; Mural Arts Philadelphia; Pens to Pictures; Schomburg-Mellon Humanities Summer Institute; Young New Yorkers; and Worth Rises.

Dikembangkan dalam kemitraan dengan organisasi dan aktivis anti-penjara, proyek ini meneliti dampak penjara terhadap lingkungan lokal Astoria, Long Island City, dan wilayah Queens — dari lembaga seperti Lembaga Pemasyarakatan Queensboro, Pusat Penahanan Queens, dan Rumah Sakit Penjara Elmhurst ke struktur-struktur carceral yang ada di seluruh ruang publik. Dalam rencananya, kegiatan ini tidak hanya mencakup sebuah pameran, lebih dari itu proyek ini juga akan melibatkan diskusi yang berfokus pada penciptaan komunitas dan lembaga sehat yang tidak bergantung pada penjara. Hasil dari inisiatif ini akan disajikan dan diarsipkan oleh MoMA PS1. Untuk melihat berbagai karya yang dihasilkan, silahkan mengunjungik situs dari MoMa PS1.

Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip MoMA

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading