- Music
Merangkum Fenomena 5th Wave of Emo
Musik seperti alternative rock, emo, shoegaze, grunge, hardcore dan pop punk serta fusi
keenamnya mengalami fase paling menggairahkan pada 2010. Tidak bisa dipungkiri, hingga 2020 pun musik semacam ini masih menjadi salah satu pilihan yang susah ditolak. Memasuki 2022, bisa dikatakan kita telah memasuki era atau fenomena “5th wave” of emo, dimana elemen-elemen vintage 90an mulai terasa kental di band-band independen Indonesia terutama di Jawa-Bali. Merespon masih ramainya fenomena tersebut, Haum Entertainment melepas 5 way split yang bertajuk “The things That Shaped Us Together” yang berisi 5 band dari Jawa dan Bali. Masing-masing band akan memasukkan 2 single unik yang belum pernah dirilis sebelumnya untuk “The things That Shaped Us Together”.
Band pertama berasal dari Malang, yaitu Write The Future yang terbentuk sejak tahun 2009 dan telah merilis debut EP “Reason” tahun 2012. Write The Future menunjukkan nafas sesungguhnya dengan
EP “Bury My Trace Someone Will Take My Place” (2014), disusul split EP “Couch to Couch” pada tahun yang sama. 3 tahun kemudian Write The Future merilis album LP “Changing Pace” (2017) yang berhasil menerjemahkan emosi young adult ketika dihadapkan pilihan krusial bagi masa depan, bukan lagi cerita suka duka masa remaja. Dengan personil tetap yang tersisa yaitu Dandy Gilang (vokal, gitar), Risang Candrasa (vokal 2, Gitar) dan Gusti Agung Wirahutomo (drum), Write The Future yang memasuki tahun ke 13nya ternyata masih menorehkan tinta masa depannya serta tidak ada tanda-tanda istirahat dengan partisipasi dalam split ini. Elemen pop-punk, dengan emotive songwriting dan agresivitas melodic hardcore masih dipegang oleh band ini. Revival is still revolving in Malang.
Band kedua yaitu Settle dari Kuta, Bali. Band yang terdiri Indra Purnama (vokal), Yudi Septyan
(bass), Bayu Kribz (gitar), Agung Pranata (gitar), dan Gungde Yudistira (drum) ini hadir mendeskripsikan musik yang mereka mainkan sebagai hasil perpaduan dari kemarahan musik
hardcore yang berpadu dengan vibe sejuk musik ambient rock dan ansietas songwriting dari musik
emo. Berdiri sejak 2016 dari eks member Modern Guns, Ice Cream Attack, King Of Panda, Good Morning Sunrise, dan Anolian, ini pernah juga berpartisipasi di kompilasi emotive rock asia “Emotional Too” rilisan oleh Sweaty & Cramped Records nantinya akan dirilis dalam format
kaset bekerja sama dengan label rekaman Qii Snacks Records (China), dan Sango Records (Japan). Settle bisa dibilang merupakan act yang sering beredar dalam kancah musik punk rock-emo di Bali dan konsisten berkarya hingga melahirkan 2 chapter EP “Unpleasant Feelings” di tahun keenamnya, 2021. Kini memasuki 2022, tahun ketujuh, Settle semaking settling their footing to the scene.
Depok menjadi salah satu tempat perkembangan band pop-punk bernafaskan emo yang disegani,
salah satunya adalah Displacement yang terdiri dari Yakub Yoel (Vokal) Dennis Mandalyca (Gitar), Darryl Muhammad (Drum), Moh Sultan (Bass). Vokal Yakub yang seakan mengingatkan kita akan desahan Chino Moreno dari Deftones yang fusion dengan dry vocal Jeremy Enigk era 94 menjadi ciri keunikan band ini. Tidak hanya itu, mereka juga memasukkan lead guitar ala hard rock di beberapa lagunya. Musiknya yang heavy lebih menunjukkan musik Displacement ke arah alternative/grunge walaupun ada pula elemen pop-punk terutama di album 2021 nya. Debut mulai 2018 dengan EP Things We Never Said dan dilanjutkan album penuh “Only Lost Will Tell” pada 2021, Displacement is putting its place firmly in the scene.
Dari Jakarta ada band keempat kompilasi ini yaitu Nervous Strain yang terdiri dari member
band-band yang bisa dibilang bertaji di kancah hardcore yaitu Final Attack, No Excuse, A Thousand Punches, ZIP. Nervous Strain terdiri dari Kevin (Guitar, Vocal), Indra Chino (Guitar), Eddxyouth (Bass), Fadhil (Drums). Evolusi post-hardcore yang salah satunya menjadi elemen dari keluarga besar grunge menjadi nafas dari Nervous Strain. Bass dengan elemen chorus yang tebal memberi aksen heavy pada band ini. Band yang baru saja merilis single “I Don’t Belong” di Bandcamp di tahun 2021 ini masih terbilang baru tumbuh namun sudah mempunyai materi yang solid. Nampaknya Nervous Strain, tidak nervous sama sekali untuk menunjukkan karyanya pada pendengar Indonesia.
Terakhir yaitu band kelima, dari Surakarta yaitu Car Crash Coma. yang hadir sejak Maret 2019
dengan demo “Prologue”. Car Crash Coma bisa dibilang berawal sebagai proyek solo dari Antonio Dandy Kurniawan, yang kini menjadi berlima yaitu Dan (lead vocalist/guitarist), Jatikusuma (guitarist), Dzul Fahmi (bass/back vocal), yang dilengkapi oleh FIdellis Altara (guitarist) dan Albi Kautsar (drum). Fidellis Altara (ex Senja Dalam Prosa) juga bertindak sebagai produser yang memulai sentuhannya di lagu “Bloom As You Please”. Bernafaskan musik alternatif 90an dan emo-grunge era 2010an, Car Crash Coma sedikit mengingatkan kita pada era kejayaan Sense Field, Piebald, Nada Surf dan Third Eye Blind yang bertemu Balance and Composure serta Real Friends. Tidak hanya menggeber sound system dengan distorsi basah, ternyata CCC lihai meramu lagu yang sangat pop yaitu “Perfume” yang rilis Februari 2022 lalu. Visual rilisan yang mulai dari geometrik, street art vandal sampai minimali flamboyan mencerminkan bahwa band ini sangat fleksibel dalam meramu karya. Kerennya, Car Crash Coma melakukan mixing-mastering lagu Poison Garden di Inggris via teman Adly Afandhy yang sedang menempuh tugas akhir di Music Engineering School di studio legendaris Abbey Road. Sebuah keberuntungan lagu mereka menjadi tugas akhir dan diberi treatment di Abbey Road. Saking produktifnya, Car Crash Coma saat ini sedang menggarap LP yang berjudul “Sedative” dan bahkan di sela dengan menggarap EP “The Worst of The Worst”.
5 nama dalam “The Things That Shaped Us Together” yang hadir sebagai representasi dari kancah musik masing-masing; emo, pop punk, hardcore, alternative rock maupun shoegaze. Semuanya diramu sedemikian rupa sehingga memiliki nilai tambah dan memiliki dampak positif bukan hanya band, melainkan lingkungan sekitar mereka.
Editor: Brandon Hilton
Visual: Arsip dari Haum Entertainment
Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...
Keep ReadingSisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep Reading