Menyimak Dokumentasi Selebrasi Dua Dekade Festival Coachella

Yang namanya musibah apalagi wabah, siapa yang akan menduga kedatangannya. Mau tidak mau semua harus bersiap atau pun menunda semua yang sudah dijadwalkan di jauh hari. Seperti  kita ketahui, banyak sektor yang sedang mengalami kemunduran dikarenakan wabah saat ini. Salah satunya adalah sektor musik, khususnya konser. Mulai dari skala kecil hingga besar, semua dilibas oleh wabah CoVid-19. Banyak yang ditunda, tak sedikit pula yang membatalkan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Salah satu yang menunda dan mengundur jadwal acaranya adalah Coachella Valley Music and Arts Festival. Seharusnya, festival tahunan ini telah selesai digelar pada 10 sampai 19 April kemarin. Tapi Karena kondisi sekarang, festival ini diundur menjadi 9 hingga 18 Oktober 2020.

Cukup sedih memang melihat kondisi sekarang, tapi kesedihan itu bukan berarti mengakibatkan kita tidak berbuat sesuatu agar kondisi ini semakin membaik. Tahun lalu, Coachella menginjak usianya yang ke-20 Tahun. Sebagai tanda perayaan 2 dekade tersebut, pihak panitia bekerja sama dengan Youtube Original untuk merilis sebuah dokumenter perjalanan 20 Tahun festival besar yang sudah menjadi budaya dunia ini. Filmnya pun telah dirilis di tanggal 11 April kemarin. Bagi yang belum pernah ke sana, inilah waktunya untuk mengetahui seluk beluk festival besar ini dari mulai terbentuk hingga seperti sekarang. Film ini berdurasi 1 jam 34 menit. Berjudul Coachella: 20 Years in the Desert, kalian akan  serasa dibawa ke masa periode 1999 hingga 2019, yang mana akan hadir berbagai fakta yang mungkin belum pernah diketahui oleh publik.

Di dokumenter ini kita akan mengetahui fakta bahwa festival ini sendiri hadir di saat setelah kerusuhan besar yang terjadi pada festival Woodstock di tahun 1999. Sebuah kejadian yang tak akan pernah terlupakan di industri musik dunia hingga saat ini, dan akan dikenang sebagai “Hari Kematian dekade 1990-an”. Lalu, seperti festival pada umumnya yang baru digelar pertama kali, dokumenter ini turut membeberkan kenyataan yang mana pada saat itu Coachella hanya mampu menghadirkan kurang dari 20.000 orang selama dua hari gelarannya.

“Ya, kami mengumumkan Coachella di hari Senin, tepat sehari setelah kejadian Woodstock berakhir. Kemudian banyak orang bertanya kenapa kami melakukan hal ini? Sangat tidak mungkin menjual tiket di saat seperti ini. Bahkan seluruh kota juga sedang tidak ingin ke mana-mana.” Terang Paul Tollet yang adalah inisiator dari Coachella.

Coachella pertama diisi oleh musisi seperti Beck, Tool, dan juga Rage Against the Machine. Saat itu, promotor dari festival ini yaitu, Goldenvoice merugi sampai dengan $1 juta. Dan mengakibatkan tidak dilangsungkannya festival tersebut di tahun berikutnya. Dalam film ini juga mengatakan bahwa Marc Geiger – salah satu pendiri festival Lollapalooza – turut membantu kesusahan yang dirasakan oleh Goldenvoice pada waktu itu. Butuh sekitar 3 tahun untuk mereka bisa benar-benar mendapatkan keuntungan dari penyelengggaraan festival ini. Lalu pada tahun 2007, Coachella merubah sistem penyelenggaraan 2 hari menjadi 3 hari dan tercatat mampu mendatangkan 186.000 orang. Juga, di tahun yang sama, mulai banyak berdatangan artis-artis papan atas yang menandakan bahwa gaung festival ini sudah sampai ke tahap tertinggi yaitu enjadi kultur pop dunia.

Kalian akan melihat ketika pemilik Goldenvoice yaitu Gary Tovar berbicara tentang masa-masa awal Coachella yang bergerak sebagai promotor gigs punk rock, dan menyebut festival itu “melanggar” peraturan ketika Radiohead menjadi band utama pada tahun 2004. Ketika Tollett dan timnya menemukan formula untuk menyatukan kembali band-band alternatif rock klasik, seperti Pixies, yang sangat dinantikan oleh orang banyak. Coachella di tahun 2000-an adalah sesuatu yang sangat berbeda dari Coachella di tahun 2010-an. Hal itu sangat didorong oleh permintaan genre musik rock khususnya indie rock yang menjadi favorit.

Yang menarik lagi dalam cerita perjalanan Coachella adalah saat mereka berkembang menjadi sebuah festival yang dihelat selama dua pekan di tahun 2012, dan pada saat itu untuk pertama kalinya mereka menghadirkan sosok Tupac Shakur dihidupkan kembali sebagai hologram yang hingga saat ini tidak akan pernah terlupakan. Film ini juga menampilkan pertunjukan memukau dari Kanye West yang membawakan Sunday Service di tahun 2019 silam, Morrissey dan Prince, Swedish House Mafia, Billie Eilish yang baru berusia 18 tahun ketika dirinya tampil di Coachella tahun lalu. Dan juga Lorde yang memegang rekor artis solo wanita termuda yang pernah tampil di festival ini, tercatat dirinya berusia 17 tahun ketika dirinya tampil di Coachella pada tahun 2014. Lebih lanjut lagi, banyak fokus diberikan ke perubahan generasi penampil yang mana hal itu banyak mengubah hal-hal dalam beberapa tahun terakhir. Salah dua contoh seperti penampilan dari Blackpink yang notabene berasal dari luar lingkup kebiasaan dan banyak mendapat sorotan. Dan penampilan Beyonce pada tahun 2018 yang benar-benar merubah wajah festival ini secara keseluruhan.

“Hologram Tupac menjadi titik balik akan persepsi orang untuk melihat beberapa peristiwa menarik terjadi di atas sebuah panggung festival musik. Hingga 8 Tahun kemudian – 2020 Ed. – orang-orang masih saja membicarakan peristiwa itu.” Ujar Raymond Leon Roker, mantan direktur strategi konten Goldenvoice.

Dokumenter ini dengan sangat baik menampilkan impresi baru tentang Coachella di balik layar, serta pengaruhnya ke dunia luar, terutama musik. Banyak musisi yang memiliki impian besar dalam karir mereka untuk bisa tampil di festival ini. Kronologi masa lalu hingga masa sekarang, semua mengalir dengan sangat apik ditampilkan. Keberhasilan luar biasa Coachella telah banyak dirasakan di seluruh dunia dan menginspirasi munculnya festival lain yang ingin mengikuti jejak mereka. Seperti festival KAABOO yang memulai debutnya pada tahun 2015 di Del Mar Fairgrounds, sang produser merekrut mantan tim promosi  Coachella dan  juga memberikan sedikit arahan gaya yang sama seperti Coachella lakukan untuk para penonton yang akan datang.

Rated: 8,5/10

Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip Goldenvoice

Menyajikan Lebih Dari Musik!

Familiaxshow telah sampai pada seri ke-7 yang akan digelar pada 18 September 2022. Gig 3 bulanan sekali ini pertama kali digulir 6 Maret 2020 dengan fokus memberikan ruang bagi lineup...

Keep Reading

STUC Merepresentasi Mood Yang Acak Dalam 'Spin'

Kuartet math-rock dari Bandung yang mantap digawangi Dida (Drum), Wisnu (Gitar), Ades (Gitar), dan Ojan (Bass) merilis single kedua bersama Humané Records pada tanggal 26 Agustus 2022 dengan tajuk ‘Spin’....

Keep Reading

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading