Menjelang Festival Musik Rumah 2019

Gotong royong bisa dibilang sudah menjadi budaya Indonesia sejak dulu kala, tujuannya untuk membangun sikap kolektif dengan sesama dan juga bekerja sama untuk menyelesaikan suatu hal yang jadi persoalan bersama. Konsep ini turun temurun dipraktekkan, di musik pun konsep ini sangat relevan ditemui di mana-mana.

Salah satu yang menarik dicermati dan menganut konsep gotong royong dalam geliatnya adalah Festival Musik Rumah (FMR). Konsep dari festival ini adalah berkegiatan musik bersama tuan pemilik rumah dan penampil yang menggelar acaranya di sebuah rumah, semangatnya tentu saja kebersamaan. Sifat dari acara ini berbentuk partisipatoris dan non profit.

Sebutan rumah pun menjadi kata pengganti dari tempat tinggal, tampat layanan publik dan ruang komunitas. Tahun lalu tercatat 42 tuan rumah menyelenggarakan acara ini, ratusan partisipan mulai dari pemusik hingga penggiat seni lainnya berkumpul dan tentu saja meninggalkan kesan yang sangat baik. Rumah-rumah ini sendiri tersebar di berbagai tempat, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi bahkan hingga ke Kamboja dan Jerman.

Pencetus dari acara ini adalah Petrus Briyanto Adi (personil Bonita & The Hus Band), biasa dipanggil Adoy. Konsep awalnya datang dari gelaran home concert Live At RUMAHBONITA yang digelar sejak tahun 2015 dan juga dari tur mandiri mereka yang bertajuk Be Nice To Each Other (2015) dan Belong To Each Other (2017).

Dari hal-hal itu, Adoy berpikir kalau musik bisa menjadi ruang berjumpa dan tempat untuk saling berbagi energi baik. Keberagaman yang menjadi objek utama untuk merayakan kegiatan ini, membuat kebersamaan denga nmusik untuk menjadi penawar tentang isu pengkotak-kotakan antar masyarakat saat ini.

“Jika tahun lalu bertema Merayakan Kebhinekaan dan Merawat Kebersamaan, FMR tahun ini bertema Merayakan Kebhinekaan, Merawat Kebersamaan, Menjalani Kebahagiaan. Menjalani Kebahagiaan ditambahkan dalam tema FMR tahun ini untuk menguatkan kesadaran bersama bahwa kebahagiaan bukanlah semata tujuan, lebih dari itu: pilihan menjalani hidup,” jelasnya panjang lebar.

Tahun ini ada Azmyl Yunor dan kawan-kawan yang berasal dari Malaysia yang akan turut serta. Selain tampil di FMR, mereka juga nantinya akan melakukan tur di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. FMR menyarankan agar setiap konser dapat disiarkan secara langsung di dunia maya atau setidaknya didokumentasi dan dibagi tautan daringnya kepada umum.

“Live streaming dan dokumentasi online dari masing-masing konser akan membantu khususnya yang tidak bisa hadir langsung menikmati konser. Namun tetap perlu diingat bahwa hadir dan menikmati langsung konser rumahlah yang utama. Di sana kita akan bersama banyak belajar menyimak, mengapresiasi, menjamu, bertamu, guyub, mempersiapkan, berbenah, luwes, santun, membantu, melayani dan sebagainya,” terangnya lagi tentang perlakuan teknis yang diterapkan.

Tahun ini festival akan diselenggarakan di tanggal 16 hingga 17 Agustus 2019, informasi dan tata cara untuk turut serta menjadi partisipan baik itu musisi atau tuan rumah sudah dibuka. Mereka menyarankan untuk yang ingin jadi tuan rumah harus tahu kapan dan siapa yang akan tampil di rumahnya nanti, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini jelas pihak penyelenggara akan membantu pengaturan jadwal bagi kedua belah. Info detilnya bisa cek di laman website mereka di festivalmusikrumah.id. (*)

Teks: Adjust Purwatama
Foto dan video: Gevi Noviyanti dan Festival Musik Rumah

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading

Semarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...

Keep Reading

Head In The Clouds Balik Lagi ke Jakarta

Perusahaan media serta pelopor musik Global Asia, 88rising, akan kembali ke Jakarta setelah 2 tahun absen karena pandemi pada 3-4 Desember 2022 di Community Park PIK 2. Ini menandai pertama...

Keep Reading