- Music
Menilik Sisi Lain Charlie Watts dan Latar Belakang Jazznya
Penggebuk drum The Rolling Stones, Charlie Watts, baru saja dikabarkan meninggal dunia Selasa (24/8) kemarin di usia 80 tahun. Ia dikenal sebagai salah satu anggota terlama di band legendaris tersebut, terhitung hampir enam dekade menabuh drum di sana. Namun, ternyata hasrat bermusik Watts tidak se-rock & roll band yang membesarkan namanya. Ia memulai ketertarikannya kepada musik melalui jazz.
Teman masa kecil sekaligus tetangga Watts saat itu, Dave Green, mengatakan bahwa sahabatnya memiliki banyak sekali koleksi piringan hitam, melansir The New Yorker.
“Kami sering datang ke kamar Charlie dan mengeluarkan rekamannya,” tutur salah satu pembetot bass jazz asal Inggris tersebut. “Jelly Roll Morton dan Charlie Parker. (Watts) juga punya satu rekaman berisi (Thelonious) Monk dan The Johnny Dodge trio. Charlie berada di depanku untuk masalah mendengarkan dan akuisisi.”
Ini mungkin menjelaskan gaya traditional grip Watts yang biasa ia gunakan bersama The Rolling Stones. Ia memegang stik untuk menabuh snare dengan tangan kiri terbalik, mirip Kenny Clarke, Jo Jones, Buddy Rich, atau Andrew Neiman dari Whiplash. Watts juga mengatur snare-nya agar sedikit mengarah ke badannya untuk mendukung gaya bermain ini. Coba lihat penampilan The Rolling Stones di Hyde Park pada 1969 di bawah ini.
Watts mengaku ia tidak pernah mengikuti kelas drum, biarpun akan lebih baik jika iya. Ia belajar bermain drum dengan melihat orang lain bermain, dan yang sering ia tonton saat masih remaja pun adalah pemain jazz.
“Saya tidak pernah belajar bermain (drum). Saya belajar dengan melihat. Saya seharusnya sekolah (musik) untuk belajar bermain drum. Atau lebih tepatnya kelas,” tuturnya di salah satu wawancara berjudul “Charlie Watts ‘If It Ain’t Got That Swing'”, semacam dokumenter yang diunggah di akun Youtube resmi The Rolling Stones, mengutip judul dari salah satu standard jazz dari Duke Ellington. “Saya melihat pemain drum hebat dari London dan pemain Amerika saat mereka datang. Saya bahkan ke sini saat berusia 17 tahun. Bukan untuk melihat (pemandangan kota London). Saya datang untuk melihat Bud Powell dan Kenny Calrke.”
Watts pun memiliki beberapa proyek jazz. Sekitar 1990-an, ia lumayan aktif bersama Charlie Watts Quintet, yang dari namanya saja sudah jelas jazz. Bersama kuintet ini, Watts menelurkan beberapa album, From One Charlie, Tribute To Charlie Parker, Warm And Tender, dan Long Ago And Far Away. Keempat album tersebut banyak berisi gubahan ulang standard-standard jazz Amerika seperti “Bewitched”, “Time After Time”, “In A Sentimental Mood”, “All or Nothing at All”, dan tentunya, karya salah satu pengaruh besar Watts, Charlie Parker, yang dirangkum dalam sebuah album tribut.
Di Charlie Watts Quintet, Watts mengajak salah satu vokalis latar additional The Rolling Stones, Bernard Fowler. Fowler juga muncul hampir di setiap proyek solo setiap personel grup berpengaruh asal Inggris tersebut.
Selain kuintetnya, Watts juga sempat aktif bersama The A, B, C, & D of Boogie Woogie. Nama kuintet ini diambil dari inisial setiap pemainnya, duo pianis (A)xel Zwingenberger dan (B)en Waters, (C)harlie Watts sendiri, dan teman masa kecil Watts, (D)ave Green.
Watts membawakan boogie woogie bersama proyeknya yang ini. Boogie woogie merupakan perkembangan dari blues yang dimainkan cepat dengan tempo ala ragtime yang nantinya akan menjadi salah satu akar dari musik seperti rock & roll dan rockabilly. Biarpun tidak begitu jazz, permainan Watts di drum hampir sama masih punya unsur swing jazz 1930-an, diambil dari sisi ragtime.
Charlie Watts di Luar Musik
Dikenal sebagai drummer rock & roll dan tumbuh dengan jazz, ternyata bukan musik saja bakat dari Charlie Watts. Sebelum bergabung bersama The Rolling Stones, ia merupakan seorang desainer grafis di beberapa agensi periklanan. Agensi dan musik, Charlie Watts lumayan menggambarkan musisi yang tinggal di Ibu Kota masa kini. Coba lihat saja Eka Annash dari The Brandals, Ghina Salsabila dari The Adams, atau Awan Feast. dan Kuya The Panturas yang dulunya sering kerja di industri semikreatif itu. Yang terakhir nampaknya akan lebih bisa terasosiasi.
Untuk masalah grafis, kemampuan Watts lumayan terpakai di bandnya. Contohnya, ia pernah menyumbang seni grafis dan strip komik untuk salah satu The Rolling Stones, Between the Buttons. Bahkan judul dari album tersebut diambil saat Watts ingin memberi judul strip komiknya kepada produser mereka saat itu, Andrew Loog Oldham. Watts menanyakan kepada Oldham akan dinamakan apa album tersebut dan sang produser menjawab “between the buttons”, perumpamaan Inggris untuk “belum ditentukan”. Lalu, Watts menuliskan itu di strip komiknya dan akhirnya berakhir menjadi nama album.
Selain itu, Watts juga dikenal sebagai pria yang niat dalam berpakaian. Beberapa media memasukkannya ke dalam kategori semacam World’s Best Dressed Men atau International Best Dressed Hall of Fame.
Jadi, apa hubungannya Charlie Watts dan Kuya The Panturas? Mereka sama-sama drummer, jelas, sama-sama traditional grip pula. Mereka sama-sama desainer grafis, Kuya pernah secara profesional menjadi pengarah grafis di beberapa perusahaan kreatif dan memang pengarah grafis utama di bandnya. Selain itu, jika Watts diakui setelannya secara internasional, Kuya juga patut dihargai niat bersetelannya, setidaknya jika dibandingkan teman satu bandnya.
Teks: Abyan Nabilio
Visual: Victoria Will/Invision via AP
Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...
Keep ReadingSingle Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...
Keep ReadingSajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...
Keep ReadingCrushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...
Keep Reading