Memaknai Lebih Dalam Matahari Bersama Culture Project

Culture Project, unit musik asal Palu, Sulawesi, kembali dengan karya terbarunya. Kali ini kelompok yang diisi oleh Zhul Usman (vocal) , Umariyadi Tangkilisan (guitar dan vocal) serta Ayub Lapangandong (Bass vocal) dan Riyan Fauzi Azhari (Gitar, synthesizer, Vocal) ini telah merilis sebuah video musik untuk lagu yang bertajuk “Matahari”.

Dalam rilisannya kali ini Culture Project berupaya untuk merespon sebuah lagu dengan judul yang sama milik band bernama Plisit, yang sejatinya lagu tersebut telah dirilis tahun 1996. Untuk idenya sendiri, Culture Project mencoba memaknai lebih dalam tentang sinar matahari yang saban hari menerangi kota Palu. Mereka menyebut kelebihan sinar matahari di Palu ini merupakan suatu hal yang membuat kota ini menjadi istimewa dan lebih berwarna.

“Ide lagu ini sendiri diambil dari fenomena Matahari di Palu yang sangat terang dan menyengat. Dalam artian positif, kelebihan sinar yang diberikan mampu membuat suasana di Palu lebih berwarna dan menyenangkan.” tulis dalam siar pers.

Barangkali apa yang dikatakan oleh Culture Project bisa kita baca dalam setiap penggalan liriknya yang memiliki pesan “Matahari kita melimpah”. Konteks kelimpahan Matahari ini mendorong Culture Project merasa lagu ini akan tetap relevan dengan kota Palu bahkan dengan kondisi global saat ini yang mengalami krisis energi.

Videoklip ini sendiri akan dirilis Rabu malam (20/10/2021), tepat di jam 21.00 WITA di kanal YouTube milik Culture Project, dan juga akan ada sesi pemutaran sekaligus pertunjukan spesial dari mereka. Sebagai catatan, videoklip ini sendiri hanya akan tayang selama 12 jam saja. Hal ini dilakukan karena nantinya Culture Project sendiri akan melakukan beberapa perhelatan khusus untuk mempromosikan videoklip tersebut.

Dalam video klip ini, Adi Tangkilisan (Culture Project) dan Yusuf Radjamuda (Halaman Belakang Film) mengatur siasat untuk membawa marwah Matahari ke ranah yang lebih luas dan lebih memiliki arti.

Konsep dan tim kreatif sudah matang, perjalanan untuk membuat visual dari lagu “Matahari” pun dilakukan. Segala proses produksi videoklip dilakukan oleh tim Halaman Belakang, untuk kebutuhan artistik pun dilakukan oleh Rifai Mardin (seorang dosen di Fakultas Teknik Universitas Tadulako), yang menyediakan properti solar panel.

Seperti kita tahu kota Palu sendiri merupakan salah satu wilayah di Sulawesi yang memiliki rentang dan jejak sejarah yang cukup kaya. Untuk lokasi produksi, Yusuf Radjamuda menawarkan lembah Behoa sebagai lokasi syuting, yang dirasa sangat cocok untuk tema dari lagu tersebut. Alasan besar kenapa lembah ini dipilih adalah karena lembah yang berjarak lebih dari 200 kilometer dari Palu ini, memiliki nilai sejarah yang telah berumur ribuan tahun. Terdapat 52 situs Megalitik tertua di Indonesia, yang mana Lembah Behoa adalah satu dari tiga lembah yang memiliki situs serupa.

Lembah Behoa sendiri saat ini tercatat memiliki 900 artefak zaman Megalitikum, terbanyak diantara 3 lembah yang ada. Ke 900 artefak ini tersebar di 52 titik (situs), itu pun belum semuanya tercatat. Saat banjir datang seringkali artefak yang sebelumnya tertimbun muncul ke permukaan, tak jarang artefak muncul ini berukuran raksasa. Behoa bisa menjadi refleksi mendalam sejarah peradaban manusia di nusantara dan bagaimana Matahari mengiringi peradaban kita sejak nenek moyang hingga hari ini. Dengan memilih Pokekea, Culture Project sudah menentukan kedalaman perenungan Matahari dan bagaimana pesannya bisa menggema lintas generasi dan lintas zaman. Culture Project dalam lagu “Matahari” ini ingin mengingatkan bagaimana kita sebagai manusia selalu abai dengan kekayaan alam yang ada dan juga selalu menggasak habis apa yang ada, tanpa memanfaatkan dengan baik dan sepantasnya.

“Di lagu ini kami ingin bercerita tentang abainya kita, durhakanya kita pada sumber kekuatan yang tak pernah sungguh-sungguh kita manfaatkan. Bahwa di sela kesibukan kita, di tengah perdebatan kita tentang krisi energi, tentang kualitas lingkungan yang terus memburuk, Matahari masih ada di sana, kokoh pada posisinya, masih tersenyum seperti biasanya, tidak menuntut, tidak lelah, dan tidak pernah mengeluh. Project Matahari dari band Culture Project yang berlangsung di minggu akhir Oktober 2020 ini adalah bagian dari usaha untuk mengingatkan bahwa sejauh apapun eksplorasi peradaban, kita masih melakoni peradaban Matahari. Mari kita serap kebijaksanaanya, sumber kekuatan yang tak pernah habis.” Tutur Culture Project.

Teks: Dicki Lukmana
Visual: Arsip dari Culture Project

Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...

Keep Reading

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading