- Arts
- Tidbits
Berdialog: Madfire
Madfire adalah seorang anak rantau dari Yogyakarta yang tinggal, hidup dan bekerja di Jakarta. Nama aslinya Ahmad Muarif, juga dikenal sebagai Kancil. Karyanya banyak dipengaruhi oleh tengkorak dan skateboard dan juga pertemanan. Kuantitasnya banyak, acap kali sering kita lihat di mana-mana, mulai dari cover album, bumper video sampai dengan video lirik. Pemuda yang mengenyam pendidikan di ISI Yogyakarta ini, akan banyak bercerita bagaimana proses awal sampai menjadi sekarang dalam karirnya, melupakan sejenak Facebook, Instagram dan lainnya. Cek obrolannya di bawah.
Aspek apa yang mempengaruhi lo dalam proses berkarya? Ada seniman yang menjadi panutan?
Kebanyakan dipengaruhi kehidupan sehari hari, musik yang gue dengerin dan skateboarding. Karya gue bisa dibilang visualisasi dari gimana pola pikir dan karakter dalam menghadapi suatu masalah dan apa yang dirasain. Seniman yang menjadi panutan ada banyak. Gue bukan seorang yang fanatik sama satu atau dua orang idola, tapi lebih ke masing-masing seniman punya suatu hal yang bisa gue ambil sebagai panutan, entah itu karyanya atau pergerakannya.
Belakangan ini sering ada kerja sama dengan band kan, awalnya gimana sih?
Awalnya coba-coba, eh enak ternyata. Ya udah, lanjut. Hahaha. Kerjasama dengan Seringai berawal dari gue ikut Go Ahead Challenge (GAC). Gue dicomblangin kolaborasi sama visual mereka dan lanjut sampai sekarang. Berlanjut gue dipercaya sama Ardy Siji buat bikin cover album kompilasi RIC (Rock in Celebes) dan GAC yang merupakan pengalaman pertama bikin cover album. Terus karena gue sering submit poster buat Thursday Noise, Jimi Multhazam ngenalin gue ke Demajors buat bikin cover album kompilasi juga berjudul Sesari Selagu dan Unreleased Project. Karena dia juga akhirnya gue terlibat cover album band Rahasia Intelijen. Oh ada juga Naif, gue dipercaya untuk menggarap video lirik dari lagu mereka yang diambil dari album 7 Bidadari.
Sejauh ini karya lo erat dengan tengkorak dan skateboard, kenapa?
Karena saat orang udah jadi tengkorak semuanya sama. Hahaha. Karena gue suka aja dua-duanya.
Perkembangan dunia ilustrasi di Indonesia saat ini menurut lo gimana? Apakah bisa dijadikan mata pencaharian tetap?
Perkembangan ilustrasi di Indonesia bagus banget sih. Banyak ilustrator keren di Indonesia yang udah mendunia, banyak muka-muka baru juga yang bermunculan yang nggak kalah keren. Dan gue juga yakin, banyak lagi ilustrator yang masih semedi di gua mereka yang belum terlihat dunia luar. Dunia ilustrasi bisa banget jadi mata pencaharian, kuncinya adalah konsisten.
Untuk teknik, bagaimana lo bekerja ketika membuat suatu gambar?
Teknik gue biasa sih; brain storming ide trus eksekusi beberapa sketsa, baru kemudian difinishing. Kalau media tergantung kebutuhan ilustrasinya, ada yang gue eksekusi digital, ada yang manual. Kalau manual pake drawing pen, tinta india sama acrylic.
Pernah lihat karya lo dipajang di The Art of Skateboarding Exhibition di Oklahoma. Bisa ceritakan gimana awal mulanya?
Di tengah malem tiba-tiba gue di-dm di Instagram. Ada seorang kurator dari Oklahoma yang ngeliat karya karya gue, doi ngajakin gue pameran dengan tema skateboarding. Gue langsung bilang iya. Kemudian jadilah. Gue seneng banget, asli.
Pertanyaan ini umum ditanyakan kepada setiap ilustrator, gimana cara lo menentukan harga sebuah karya yang lo buat? Ada formula tersendiri kah?
Harga sebuah karya, dilihat dari bagaimana prospek project tersebut. Apakah komersil atau sosial, lama waktu pengerjaannya, gimana keakraban gue sama yang bikin project. Nggak ada formula khusus sih.
Nilai seperti bagaimana yang ingin kamu sampaikan di tiap karyamu?
Gue lebih bikin apa yang dirasain dan suka aja, tapi tetap tanggung jawab.
Ada yang ingin disampaikan untuk calon klien dan mantan klien?
Cek Instagram @mad.fire @madpersecond atau Behance Ahmad Muarif. Sini gue sikat project lo. Hahaha.
teks: Adjust Purwatama
foto/dok: Ahmad Muarif
Menyajikan Lebih Dari Musik!

Familiaxshow telah sampai pada seri ke-7 yang akan digelar pada 18 September 2022. Gig 3 bulanan sekali ini pertama kali digulir 6 Maret 2020 dengan fokus memberikan ruang bagi lineup...
Keep ReadingGeliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...
Keep ReadingMemaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...
Keep ReadingSemarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...
Keep Reading