- Music
Kolaborasi Baru Peraukertas dan Tuan Tigabelas
Selain dampak negatif, ternyata pandemi ini juga ada dampak positifnya loh. Apa itu? Tentu saja ide-ide kreatif untuk berkarya dong. Hal ini diamini oleh trio bernama Peraukertas. Atas dasar kangen dengan panggung konser offline, ketiganya pun mengeluarkan ide-ide liar untuk dibuatkan sebuah lagu yang bercerita tentang anak band yang rindu suasana konser. Lagu yang dibuat pun menceritakan tentang musisi-musisi yang terus berinovasi agar bisa selalu memberikan hiburan kepada orang banyak, walaupun itu semua dilakukan secara online, asalkan bisa main musik, terus bertahan, dan tetap eksis, dijalankan saja. Pada awalnya pun, lagu ini hanya dibuat untuk keperluan konten di Instagram mereka, dan hanya berdurasi 1 menit. Merasa belum puas, ketiganya mencoba untuk mencari sosok yang bisa membuat lagu ini menjadi lebih luas lagi ke khalayak ramai.
Dari beberapa nama teman-teman musisi, Tuan Tigabelas akhirnya didapuk untuk mengisi kekosongan yang mereka rasakan. Kolaborasi ini adalah jawaban atas pertemuan yang terjadi di tahun 2018 silam, saat mereka satu panggung di sebuah acara. Seperti kata pepatah, kalau sudah jodoh memang tak ke mana. Setelah memendam rasa yang cukup lama, tapi tak kunjung berjodoh, akhirnya keempatnya dipertemukan di dalam single yang berjudul “Adaptasi atau Mati”. Selain mereka berempat, lagu ini juga diisi dengan beberapa permainan gitar oleh Bagus Pandu dari Delika dan isian vokal latar oleh Tj Abdillah mantan personel Softcase.
“Gw suka banget vibes lagunya. Kok kepikiran sih Adaptasi Atau Mati?. Tapi, gimana kalo liriknya kita buat yang lebih general? Gw sebenernya menghindari bahas corona ini sih, sebel gw ngelunjak corona dibahas orang-orang takut gede kepala. Jadi, gw lebih general aja emang situasinya lagi susah, tapi bukan berarti kita nyerah. Situasinya berengsek, sistemnya berengsek, kenyataan hidupnya berengsek. Tapi, mau ga mau harus adaptasi. Kita semua emang harus adaptasi kalo nggak ya mati.” Respon Tuan Tigabelas saat pertama kali dikirim materinya oleh Candra.
Respon itu disambut dengan penuh antusias dan semangat yang membara oleh Peraukertas. 3 Bulan tidak manggung off air seolah-olah bukan suatu problema lagi setelah mendapatkan sebuah tantangan dan respon menarik dari Tuan Tigabelas. Butuh waktu sekitar 2 minggu hingga akhirnya lirik Adaptasi Atau Mati dengan konteks yang lebih general ini rampung. Pada saat merubah konteks dari yang personal hingga general Candra mengakui tidak hanya ingin asal menulis dengan keadaan yang belum sepenuhnya dipahami. Candra butuh waktu untuk meresapi, merespon, melihat sendiri dan juga mendengar curhatan orang-orang terdekat.
“Terpaksa berteman dengan keadaan meski terkadang sangat menyebalkan”. Kalimat itulah yang pertama kali terpikirkan oleh Candra dalam membuat benang merah di lagu ini. “Siapa yang bertahan bisa angkat piala. Berhenti bukanlah opsi, bukan juga negosiasi. Hanya ada satu pilihan. Yaitu Adaptasi Atau Mati. Adaptasi atau kita akan tertinggal. Ya, mau gamau”, saut Hardi yang sudahmenyempurnakan lirik di lagu ini. Komposisi drum cukup berbeda dengan lagu- lagu Peraukertas sebelumnya yang cukup variatif, kali ini diisi dengan cukup simple. “Drum sengaja gw buat simple, karena liriknya menurut gw juga agak beda dari lagu-lagu sebelumnya. Adaptasi Atau Mati ini dalem banget dan pesannya dapet banget menurut gw, department lirik pun dengan bahasa yang cukup gamblang. Jadi gw gamau mengganggu pesan di liriknya karena isian drum gw yang terlalu ribet”, Manjoy.
Selain konteks judul dan juga ceritanya, lagu ini pun terus beradaptasi dari segi lirik maupun aransemen. Dari konten 1 menit sampai menjadi lagu seutuhnya, dari irama yang slow/medium hingga tensi meninggi dan membara. Sebuah kolaborasi jarak jauh yang sangat mendalam, penuh eksperimen, penyesuaian yang terus beradaptasi serta magis. Itulah yang dirasakan oleh anak-anak Peraukertas. Konsep dasar, judul dan vibes lagu ini terbentuk pada Mei 2020 dan baru saat ini akhirnya jadi dan bisa rilis.
Tanpa kehadiran sosok Tuan Tigabelas, lagu ini tidak akan sampai menjadi seperti sekarang. Sebuah takdir dan jodoh yang sangat magis. Karena sibuknya jadwal Tuan Tigabelas dan juga jarak yang lumayan epik (Bekasi – Jakarta Barat), proyek ini dilakukan secara daring. Peraukertas dan Tuan Tigabelas berharap lagu ini bisa berlayar jauh sejauh-jauhnya dan berlabuh di banyak tempat serta memberikan inspirasi bagi orang yang mendengarnya. Memberikan aura positif, semangat, percaya diri dan rasa pantang menyerah walau keadaan dan situasi yang sedang selalu sangat absurd dari era ke era. Adaptasi Atau Mati, beradaptasi atau kita yang tertinggal, berevolusi atau kita yang diam di tempat. Beradaptasi dengan hal-hal dan praktek yang positif.
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip dari Peraukertas
SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep ReadingInterpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...
Keep ReadingKembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...
Keep ReadingLuapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...
Keep Reading