- Food & Travel
Ketimpangan dalam Kebijakan Starbucks
Starbucks pada hari Jumat kemarin mengumumkan bentuk dukungan mereka terhadap fenomena yang sedang terjadi sekarang akibat terbunuhnya George Floyd. Dalam pengumumannya, mereka mengatakan bahwa para karyawan akan diizinkan untuk mengenakan segala bentuk atribut yang termasuk di dalamnya kemeja dan juga pin yang berdesain “Black Lives Matter”. Hal ini dilakukan atas akibat yang terjadi dari kebijakan awal mereka, di mana perusahaan saat itu melarang untuk menggunakan kata tersebut, karena dapat menimbulkan kerusuhan. Menyusul kebijakan baru yang akan diterapkan, perusahaan nantinya akan menyediakan 250.000 kemeja bertuliskan Black Lives Matter yang diberi logo Starbucks untuk para barista dan karyawan lain yang menginginkannya.
“Starbucks berdiri dalam sebuah solidaritas bersama mitra, komunitas, dan pelanggan Kulit Hitam kami, dan memahami keinginan untuk mengekspresikan diri. Kami terus mendengarkan mitra kami (karyawan) tentang bagaimana mereka ingin membela keadilan, sekaligus juga bangga dengan mengenakan atribut hijau khas perusahaan dan berdiri bersama dalam suatu kesatuan bersama.” Terang pihak Starbucks yang dilansir dari The Guardian.
Kebijakan awal yang diterapkan oleh Starbucks adalah sebuah bentuk pelarangan kepada para karyawan untuk menggunakan segala atribut yang membawa isu “Black Lives Matter”, baik itu pakaian, pin, dan aksesoris lainnya. Kebijakan ini memang sebuah peraturan dasar dari perusahaan yang mana segala sesuatu yang “mempromosikan kepentingan politik, agama, atau pribadi” sangat dilarang untuk digunakan. Hal ini kemudian bocor dan timbullah kecaman terhadap mereka. Keputusan dari Starbucks dirasa banyak pihak sangat berbanding terbalik dengan sebuah pesan yang mereka tuliskan di media sosial yang menyoal tentang dukungan terhadap karyawan mereka yang berkulit hitam dan berjanji akan menyumbangkan $ 1 juta untuk lembaga yang memperjuangkan antirasisme.
Dalam pengumumannya, mereka juga menghadirkan desain yang akan digunakan dalam kampanyenya yang menyangkut “Black Lives Matter”. Dirancang untuk mitra, oleh mitra, Starbucks Black Partner Network dan rekanan mereka dalam menciptakan desain t-shirt untuk memperlihatkan makna isu yang ada saat ini. Mereka juga mengklarifikasi bahwa sampai saat pakaian itu siap, para karyawan dapat mengenakan atribut berfrasa “Black Lives Matters” milik mereka sendiri. Segala atribut nantinya tidak akan dijual kepada pelanggan tetapi akan didistribusikan kepada karyawan yang ada di seluruh dunia.
“Bersama-sama, kami mengatakan: Black Lives Matter dan semua hal yang ada akan bersatu, bekerja bersama, dan terus melakukan banyak perubahan. Hal itu juga termasuk menggunakan kekuatan kami untuk menjadi sukarelawan di berbagai komunitas dan gerakan yang ada. Juga turut serta dalam beberapa bentuk demo yang damai, dan memastikan karyawan kami bisa mengerjakan apa yang mereka dukung. ” Terang Starbucks dalam situs resminya.
Teks: Adjust Purwatama
Visual: Arsip Starbucks
SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...
Keep ReadingInterpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...
Keep ReadingKembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...
Keep ReadingLuapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...
Keep Reading