Imajinasi Fantasi Sayiba Kelelawar Malam Di Gloom Wanderer

Berbicara tentang Sayiba Bajumi, publik musik tanah air – khususnya ranah musik alternatif – mungkin lebih mengenalnya sebagai sosok gitaris dan vokalis dari band metal/punk horor, Kelelawar Malam. Menjalankan label rekaman, Grieve Records, yang juga adalah sebuah record store yang menjual album rekaman musik band-band ajaib nan obscure, Sayiba juga terlibat sebagai orang di belakang layar dari sebuah tempat pertunjukan bernama Rossi Musik di bilangan Fatmawati di Jakarta. Dari aktivitas kesehariannya tersebut jelas bisa dibilang dirinya adalah termasuk pelaku yang punya porsi peranan cukup esensial dalam kancah musik bawah tanah di Jakarta.

Baru-baru ini, tersiar kabar bahwa Sayiba ternyata sedang mengerjakan sebuah proyek solo. Tapi itu bukan berarti alih-alih dirinya banting setir menjadi seorang solois sebagai penyanyi dan penulis lagu, seperti proyek solo personil grup musik kebanyakan. “Memang belakangan ini gua lagi suka mengerjakan proyek sendiri atau minimal berdua lah. Mungkin lagi ingin mencoba membuat sesuatu yang seminimal mungkin tidak bergantung dengan orang lain,” tutur Sayiba akan inisiasi proyek solonya. Eksplorasi solo dirinya itu mewujud dalam bentuk entitas musik bernama Gloom Wanderer. Dari penjelasannya ternyata sudah hampir setahun dirinya mengerjakan proyek musik sampingannya itu.

Mengulik musiknya, Gloom Wanderer mengeksplorasi dungeon synth yang merupakan subgenre dari musik dark ambient yang secara aura dan warna bisa jadi semacam musik latar role playing game fantasi. Jenis musik ini bisa dibilang masih cukup awam dan belum terlalu luas dinikmati penggemar musik tanah air.  “Untuk Gloom Wanderer memang dalam perjalanannya gua menemukan sebuah genre yang semacam mendedikasikan dirinya sebagai musik latar film atau game fantasi. Mungkin karena gua juga penggemar hal-hal itu tadi, gua jadi lebih ingin mendalami genre itu,” papar Sayiba akan ketertarikannya terhadap musik dungeon synth.

Terpapar dengan dunia role playing game dari melihat ayahnya bermain The Legend of Zelda di kala kecil, penggemar J. R. R. Tolkien dan Conan the Barbarian itu menyatakan bahwa sebenarnya kreasinya di Gloom Wanderer tak sepenuhnya soal genre musik yang dimainkan. “Gua lebih menempatkan diri dari suasana apa yang gua rasakan disaat gua main role playing game, itu yang gua pindahin ke lagu. Jadi lebih natural saja, enggak memaksa setiap lagu harus menjadi gelap atau depresif. Seperti di lagu ‘Orcs Village’, gua mencoba menggambarkan suasana sehari-hari di desa para Orc dengan kegiatan mereka masing-masing. Mencoba melihat dari kacamata karakter yang gua buat, jadi semacam bikin musik latar untuk dunia imajiner mereka lah kira-kira.” Terang Sayiba akan proses kreatifnya di Gloom Wanderer yang baru saja melepas mini album debut berjudul Pathway to The Unknown pada 18 April lalu.

Terlepas dari itu, prosesnya untuk berkarya bukan berarti tanpa referensi musikal. Sayiba menyebut Fief, Old Tower, Lord Lovidicus dan Burzum album Dauði Baldrs sebagai beberapa elemen musik yang punya pengaruh besar terhadap kreasinya di Gloom Wanderer. “Itu sebagai guide secara musiknya dan lebih ke teknis musiknya bagaimana saja,” tambahnya akan peran referensi dalam musik proyek solonya.

Membahas soal proses produksi mini album perdananya, Sayiba menjelaskan bahwa semua aspek inti dalam Gloom Wanderer memang hampir semua dikerjakannya sendiri. “Untuk instrumen gua pakai Yamaha PSR 2100 dan plugin VST Korg M1 yang gua rekam ke DAW – digital audio workstation Ed. – di komputer. Mixing juga gua kerjakan sendiri, hanya untuk proses mastering gua lempar ke Eky Banbaroesa,” papar Sayiba akan aspek teknis dari mini album Pathway to The Unknown yang juga memakai karya pelukis Thomas Cole sebagai ilustrasi sampul.

Untuk distribusinya sementara ini Pathway to The Unknown hanya tersedia di platform Bandcamp. Sayiba mengatakan bahwa rilisan musik dalam format fisik dari mini album itu akan segera menyusul untuk diproduksi. “Tadinya gua mau rilis sendiri dalam format kaset tapi kondisi sedang tidak kondusif. Tapi waktu gua lepas di Bandcamp malah ada yang respon dan berminat untuk rilis fisiknya.” Terangnya akan tawaran dari sebuah label mancanegara yang berniat merilis mini albumnya dalam format kaset. “Kita lihat saja nanti karena masih dalam tahap pembicaraan,” begitu ujarnya soal label rekaman yang belum bisa diutarakan informasi mendetilnya.

Yang jelas, Sayiba memang tidak terlalu ngotot atau berambisi besar dengan Gloom Wonderer, walau dirinya memasukkan festival musik dungeon synth Northeast Dungeon Siege di Amerika Serikat dalam wishlist-nya.  Ia pun mengutarakan bahwa sementara ini Gloom Wanderer masih dikonsepkan hanya sebagai proyek untuk rekaman. “Belum kepikiran bagaimana untuk live-nya. Tapi ke depannya enggak tahu juga mungkin saja dipanggungkan.” Tukasnya.

Soal keasyikan menjalani proyek solonya, frontman Kelelawar Malam ini berseloroh bahwa cukup menyenangkan untuk punya porsi kontrol kerja dan waktu yang lebih besar dan santai di Gloom Wonderer. Di sisi lain, band utamanya Kelelawar Malam malah agak mengalami hambatan untuk mulai mengulik materi baru yang niatnya hendak dikebut tahun ini. Alasannya adalah anjuran pembatasan aktivitas sosial di ibu kota, Jakarta. Tak ayal lagi mereka pun tak bisa sering bertemu muka, termasuk untuk sesi latihan. “Sekarang kan kita lebih banyak waktu di rumah. Lihat saja nanti bagaimana, gua bisa manfaatin atau enggak. Apakah nanti Kelelewar Malam akan sempat garap lagu dan merilis album, atau Gloom Wanderer duluan atau yang lainnya.” Pungkasnya.

Jadi, bila butuh musik latar untuk menemani membaca buku seri The Lord of the Rings, mungkin Pathway to The Unknown dari Gloom Wanderer adalah pilihan yang bisa dicoba.

Teks: Farid Amriansyah
Visual: Hafitz Maulana

Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...

Keep Reading

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading