Cerita Wake Up Iris! dari Jalanan Sumatera

Wake Up Iris! berkesempatan untuk menjajal perjalanan sepanjang kurang lebih 2776 km dari ujung Banda Aceh hingga Bandar Lampung bersama Navicula, Rasamala Film dan Siasat Partikelir dalam project Siasat Calling on The Road x Road to Soundrenaline 2018. Secara keseluruhan, tur ini akan berkunjung setidaknya ke 18 kota di Indonesia. Kami kebagian jalan di Sumatera, memainkan 8 panggung dalam 15 hari.

Sebagai band baru, tur kali ini membuat kami bersemangat sekaligus nervous kendati pengalaman tur bukan jadi yang pertama. Kami menyukai perjalanan darat. Adrenalin Rush saat menyetir kendaraan di tengah malam, menyeberangi selat, berhenti sejenak di beberapa tempat dan berjumpa dengan teman-teman baru, sungguh sangat adiktif.

Tapi, tur darat lintas Sumatera punya cerita yang lain. Kami sering mendengar dari teman-teman di Jambi, Palembang dan Medan mengenai betapa menantangnya menempuh jalan darat di pulau mereka. Selain jalan yang tidak selalu rata, kami juga mendengar tingkat kriminalitas yang lumayan di beberapa titik dan supir yang bernyali super, menyetir bak fast and furious versi lokal. Akhirnya kami berkesempatan mencicipinya juga.

Saya dan Bie percaya, kita diberi insting yang kadang diabaikan begitu saja. Dalam perjalanan ini, kami belajar dan semakin yakin kalau insting tersebut memang harus diikuti. Saat packing peralatan, Bie sempat memiliki perasaan ia harus membawa toolbox nya. Baik dari solder, glue gun, kabel-kabel, semua hal yang sebenarnya tidak musical namun dalam kondisi ‘jaga jaga saja’.

Benar saja, peralatan itu sangat berguna saat ada trouble teknis soundsystem di Medan yang memakan hampir setengah hari untuk soundcheck kedua band, Navicula dan Wake Up Iris!. Begitu pula saat biola saya mengalami trouble di Lampung. Bie dapat segera memperbaikinya tanpa menunggu banyak hal.

Sebaliknya, ada cerita juga di mana saya yang tidak mengikuti insting untuk membawa headscarf andalan. Pakaian untuk di jalan sudah sangat banyak dan memakan tempat, namun insting saya memaksa saya membawa benda itu. Saya tahu, di Aceh bisa saja saya harus memakai penutup kepala, namun saya berasumsi kali ini peraturan pasti akan lebih lunak. Saya tolak insting itu, dan saya menerima getahnya saat di Aceh. Sesampainya di Aceh, saya mendapat kabar bahwa performer perempuan harus menggunakan tudung, headscarf, atau lebih baik lagi hijab saat manggung. Sesal sudah tidak berguna, saya tidak memiliki persiapan. Kebiasaan menggerai rambut agar tampil gahar di Aceh harus di tahan dulu. Beruntunglah, Putri Indonesia Aceh 2018, Wiwik, dapat datang dan membantu saya menyiasati model baju dadakan dan penutup kepala yang cocok untuk saya. Untuk pertama kalinya saya manggung menggunakan aksesoris penutup rambut.

Perjalanan darat sangat menyita banyak waktu dan tenaga. Setengah dari waktu kami selama tur dihabiskan di mobil saat melaju dari satu kota ke kota lainnya. Tantangannya ternyata paling besar ada di sini. Dari Aceh ke Medan kami menempuh perjalanan sekitar 13 jam.

Setelah manggung di Aceh, kami berangkat ke Medan pukul 2 pagi sehingga terpaksa harus tidur di sepanjang jalan hingga sampai sore harinya. Perjalanan terberat adalah dari Medan ke Pekanbaru yang ditempuh hampir 16 jam. Beruntung ada Oom Leo (RuRu Radio) yang hadir dan membuat kami bersemangat kembali dengan kegilaannya. Dari Pekanbaru, kami menambah perjalanan mampir ke Payakumbuh, Bukitinggi dan Padang. Perjalanan hanya 5-7 jam sehingga tidak seberat sebelumnya. Kurangnya istirahat di jalan  membuat badan cukup rentan sakit dan lelah. Bie dan saya sempat bergantian ambruk dari perjalanan Pekanbaru hingga Jambi.

Sampai di Jambi, kami berkesempatan rileks sejenak. Ingin rasanya berkeliling menikmati kota namun saat itu istirahat di hotel menjadi sebuah kemewahan yang tidak akan kami sia-siakan. Sehingga kami tinggal di hotel dan mengumpulkan tenaga untuk perjalanan berikutnya. Selanjutnya, dari Jambi ke Lampung, kami sempatkan mampir ke Palembang demi empek-empek dan Jembatan Ampera. Kami harus berangkat dari Palembang menuju Bandar Lampung cukup pagi demi menghindari kejadian yang tidak diinginkan di sebuah daerah yang konon banyak begal dan kriminal.

Bahkan tim On The Road tahun lalu, Bottle Smoker, Jason Ranti dan Mondo Gascaro harus menemui ‘begal alus’ di tempat tersebut. Sampai di Bandar Lampung, kami memulihkan tenaga sehari baru setelah itu melanjutkan perjalanan ke Metro sebagai titik terakhir di Sumatera. Jarak dan kondisi tempuh darat di Sumatra sangat menantang. Walaupun beberapa kali diserang kelelahan namun energi yang kami dapatkan di setiap panggung memberikan tenaga ekstra yang membuat kami selalu bersemangat.

Kesempatan untuk tur darat dan berkolaborasi dengan band lain tidak selalu hadir setiap saat. Tetapi jika kesempatan itu datang, pastikan kita bisa memaksimalkannya. Kali ini kami berkesempatan tur dengan Navicula.

Di setiap kota, kami bertemu dengan teman-teman yang sehari-hari beraktivitas di kota-kota yang kami datangi. Menambah teman baru adalah hal yang sangat menyenangkan dan paling kami tunggu dalam setiap perjalanan. Di Padang, kami menyempatkan mampir ke Ruang Fine Art Vila A yang dikelola oleh Kapten Moed di pinggir Pantai Parkit. Di pinggir pantai itu juga kami merekam sebuah video kolaborasi musik dengan Navicula. Navicula sempat memanfaatkan waktu dengan secret gig di Studio 3AM. Kami bertemu dengan banyak band setempat seperti Nayanika, Frys dan Lajur. Walaupun tidak ada di jadwal on the road kali ini, Padang begitu berkesan. Hal-hal yang tiba-tiba inilah yang harus dimanfaatkan saat kita mengadakan tur darat. Sebuah kemudahan untuk mampir ke tempat-tempat yang tak terduga menjadi kesempatan ekstra yang harus kita maksimalkan.

Yang juga penting adalah untuk selalu mendokumentasikan perjalanan dan jika memungkin kita dapat memberikan update secara live. Beberapa orang yang kami temui di beberapa kota sengaja mampir dan menyapa karena mengetahui lokasi kami dari media sosial. Walaupun sedikit menguras tenaga namun setimpal dengan cerita dan pengalaman yang akan kita rasakan dan dapat kita ceritakan ulang. Kami memiliki “Gadabout” di youtube untuk merekam jejak langkah Wake Up Iris! di berbagai kota. Sedangkan Navicula rutin membuat Navilog- vlog pribadi perjalanan di youtube  di setiap kota yang mereka kunjungi. Jangan melewatkan momen!

Pada akhirnya, perjalanan apapun itu selayaknya memang harus dinikmati. Walaupun lelah, kadang bosan melanda di tengah jalan, badan yang kurang fit di sela-sela perjalanan, soundsystem yang kadang bermasalah dan cuaca yang tidak bersahabat. Semua adalah warna dalam perjalanan kita, baik tur darat, udara maupun jika mengunakan kapal.

teks: Vania Marisca
foto/dok: Kornelius Renata

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading

Crushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...

Keep Reading