Tur Culture Project: Menyebarkan Matahari di Tarikan Lurus 3 Altar Musik

Menyenangkan! Itulah satu kata yang layak disematkan saat mengetahui bahwa Culture Project akan menjajaki kaki dan karyanya di tanah Jawa. Tak main-main, mereka tampil di salah satu Festival Internasional mentereng di Jakarta, dan secara mengejutkan lagi Rock In Celebes pun menyambut kuintet ini dengan menyambungkan mereka ke 3 kota 3 tempat. Bandung, Jakarta, dan Tangerang Selatan, adalah rumah singgah bagi Culture Project selama perjalanan turnya. Tentu saja Rock In Celebes mengambil keputusan untuk membuatkan Satellite Show Tour ini, karena melihat gerak serius dari mereka. Tercatat, band yang dibentuk di tahun 2008 tersebut, selalu aktif memproduksi dan beraktivitas. Di masa pandemi saja, bila beberapa band hanya duduk termangu menanti keajaiban, mereka malah membuat banyak program menarik untuk menghibur orang banyak.

Pasti banyak yang bertanya bagaimana bisa band ini mendapatkan akses untuk tampil di perhelatan Internasional tersebut, kemudian dibuatkan tur 3 kota oleh Rock In Celebes. Jawabannya adalah jaringan. Karya yang bagus, ditambah dengan jaringan yang oke, kesempatan baik pasti akan datang. Menurut Hilwa Humayrah (manager Culture Project), mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk manggung di Festival itu dan dibuatkan tur oleh Rock In Celebes, tak lain dan tak bukan karena usaha mereka yang dibarengi dengan jaringan yang dikenal. Tidak ada salahnya memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk sesuatu yang baik di masa depan. Culture Project memperlihatkan hal itu kepada khalayak ramai. Berjejaringlah yang luas, kelak dari mereka-mereka tersebut, jalan besar untuk musikmu akan membentang luas.

Kembali ke perhelatan tur. Suara indah Folk Progressive dibawakan secara menarik oleh Zhul Usman (vokal), Umariyadi Tangkilisan (gitar dan vokal), Ayub Lapangandong (bass dan vokal), dan Riyan Fauzi Azhari (gitar, synthesizer, vokal). Citra etnis Kaili kental yang dipadukan dengan warna Pop, menambah keindahan suara-suara yang diracik oleh mereka. Ini bukanlah pujian yang dibesar-besarkan, akan kalian rasakan nanti bila suatu saat menyaksikan penampilannya. Rasa merinding disertai senyum kecil, hadir tanpa sadar di setiap set lagu yang dibawakan. Ada rasa yang berbeda memang ketika melihat band dari kota sendiri, unjuk diri di kota lain dengan sangat bagus. Panggung tur memanglah tidak semegah seperti di festival. Tapi, mereka bisa memaksimalkan hal sederhana menjadi sesuatu yang menakjubkan. Ruang kecil yang serba terbatas bisa menampung lima instrumen dan menghasilkan suara yang sangat sopan untuk  masuk ke telinga. Tidak berlebih dan kurang, takarannya sangat pas. Hal ini juga terjadi berkat peran penting dua tangan ajaib dari Haris dan Pator yang memegang tahta mixer dengan telaten dan sempurna. Menyoal penampilan, rasa-rasanya mereka cukup menguasai 3 panggung kecil dengan penuh ekspresi.

Kalau bicara perihal asing, para penonton yang hadir pasti merasakannya. Wajar, begitulah musik bekerja. Dari yang tidak akrab, ketika bertemu secara dekat, akan menghasilkan hubungan yang intim dan  personal. Bukti nyatanya ada ketika para penonton mulai berbisik-bisik penasaran terhadap apa yang mereka lihat dan dengarkan. Ketiga tempat memiliki atmosfir yang berbeda, semuanya memiliki energi positif buat Culture Project agar bisa membuat para calon penyembuh untuk bergoyang mengikuti irama-irama yant ada. Tur dadakan ini terasa tidak melelahkan dan membosankan. Hal-hal semisal kesalahan teknis pun hampir jarang ditemui. Kalaupun ada, bukanlah sesuatu yang besar dan bisa segera diselesaikan. Semua merasa senang dengan pengalaman dan pertemanan yang hadir menyertai. Begitulah adanya, bermusik memang menyoal tentang penciptaan. Baik itu karya ataupun jaringan baru. Hal baik akan selalu menghampiri untuk mereka yang mengamini dan menjalani dengan serius.

Oh ya, tak bisa dipungkiri kalau titik terakhir di earHouse, Tangerang Selatan, adalah yang paling menyenangkan buat kami (penonton), penyelenggara, dan juga bagi Culture Project tentunya. Karena di sini, Endah Widiastuti (pemilik tempat dan juga personil Endah n Rhesa) turut ambil bagian dalam pertunjukan kecil-kecilan bersama, saat Culture Project tampil. Endah diberi mandate secara dadakan untuk memainkan bagian-bagian solo gitar milik Umariyadi Tangkilisan, tanpa latihan dan hanya melihat, sosok satu ini dengan piawai memetik senar dengan penuh semangat dan wajah sumringah. Riuh tepuk tangan dan teriakan menjadi pertanda akan kesuksesan tur di 3 kota oleh Rock In Celebes ini.

Akankah kita bisa berjumpa kembali dengan Culture Project di panggung megah Rock In Celebes 2022? Mari kita aminkan bersama.

Teks: Adjust Purwatama (Bring Archive History)
Visual: Muh Husain (Uceng)

 

SKJ'94 Kembali Menghentak Lantai Dansa

Penamaan genre musik rasanya sudah menjadi hal umum sekarang ini. Sama seperti grup musik yang pernah mewarnai hiruk pikuk industri musik Indonesia era 2000 awal yang mengkategorikan musiknya sendiri ke...

Keep Reading

Interpretasi Pendewasaan Bagi Prince Of Mercy

Terbentuk sejak 2011 silam di kota Palu, Prince Of Mercy lahir dengan membawa warna Pop Punk. Digawangi oleh Agri Sentanu (Bass), Abdul Kadir (Drum), Taufik Wahyudi (Gitar), dan Sadam Lilulembah...

Keep Reading

Kembali Dengan Single Experimental Setelah Setahun Beristirahat

Setelah dilanda pandemi covid-19, tahun 2023 sudah semestinya menjadi momentum bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berpesta dan bersuka ria. Di sinilah momen ketika Alien Child kembali hadir dan menjadi yang...

Keep Reading

Luapan Emosi Cito Gakso Dalam "Punk Galore"

Setelah sukses dengan MS. MONDAINE dan BETTER DAYZ yang makin memantapkan karakter Cito Gakso sebagai seorang rapper, belum lama ini ia kembali merilis single terbarunya yang berjudul PUNK GALORE yang single ke-3...

Keep Reading