Berdialog: Rumata Artspace

Mari berkenalan dengan Rumata Artspace. Ruang aktivasi yang terletak di bilangan Jl. Bontonompo, Makassar ini mulai mencuat namanya ketika Makassar International Writers Festival edisi pertama pada tahun 2011 sukses diselenggarakan.  Ya, rumah itu memang inisiator dari gelaran tahunan yang memiliki tujuan untuk menyebarkan kegembiraan bersastra tersebut.

Berbekal harapan agar tempat kelahirannya mampu muncul dalam percakapan intelektual di berbagai forum internasional, Riri Riza yang dikenal sebagai sineas kenamaan Tanah Air pun menyulap rumah masa kecilnya menjadi atap yang dapat menaungi beragam inisiatif seni di Kota Makassar tersebut. Dalam membangun Rumata Art Space, ia didampingi oleh seorang sahabatnya yaitu Lily Yulianti Farid.

Pada bulan 18 Agustus 2019 lalu, saya berkesempatan untuk menyambangi Rumata Artspace dan berhasil berbincang bersama salah satu pengurusnya yaitu Ita. Berikut ini adalah catatan dari obrolan kami:

Jadi, Rumata Artspace ini berdiri sejak kapan?

Sebagai wadah bertemu dan berkolaborasi para stakeholder di ranah industri kreatif Kota Makassar yang efektif, rumah ini mulai berdiri sejak tahun 2009. Inisiatornya adalah Riri Riza dan Lily Yulianti.

Apa semangat yang melatari pembangunannya?

Di Makassar kan ada banyak komunitas yang berdiri sendiri, nah kami ingin sekali menciptakan ruang dan momen bagi mereka berkumpul agar dapat bergerak bersama dalam membangun sesuatu, itu juga kami rasa bisa membuat nama dan aktivitas mereka dapat menggaung lebih besar lagi di luar Makassar.

Bagaimana situasi sektor kreatif di Kota Makassar hari ini?

Sepenglihatan saya, perkembangannya cukup bergerak baik. Dari komunitas di akar rumput hingga yang sudah mapan sama-sama bergerak secara positif. Masing-masing sudah mulai paham kalau mereka perlu membangun sebuah jaringan kolaborasi. Ego sektoralnya telah terkikis sedikit demi sedikit.

Kegiatan komunitas di Kota Makassar juga sedang sering digelar, dalam hal literasi misalnya, dan event-event tersebut seringkali merupakan hasil kolaborasi dari banyak komunitas.

Apa saja event-event unggulan dari Rumata Art Space?

Rumata Artspace memiliki dua kegiatan besar. Pertama, ada Makassar International Writers Festival yang pertama kali digelar pada tahun 2011. Melalui event budaya literasi tersebut, kami ingin merubah image Kota Makassar yang sebelumnya identik dengan kekerasan, menjadi lebih bagus lagi di kancah nasional maupun Internasional.

Lalu ada juga South East Asian Screen Academy (SEAScreen Academy) yang pertama diselenggarakan pada 2012. Inisatornya  sendiri adalah Riri Riza, event tersebut merupakan wadah capacity building bagi para sineas Indonesia, khususnya Indonesia Timur agar bakatnya bisa terasah secara baik.

Sebagai informasi, semua event yang kami garap murni dilakukan secara volunteerism dan independent.

Bagaimana caranya bila ingin meminjam space di Rumata?

Gampang, tinggal mengirim surat pengajuan kepada kami melalui email. Selain dengan menyewa, kami juga membuka kemungkinan untuk bekerjasama.

Bagaimana respon masyarakat Makassar terhadap kegiatan-kegiatan Rumata?

Awalnya memang sempat ada antipati, karena seperti yang saya jelaskan sebelumnya, dulu ego sektoral antar komunitas di Makassar ini cukup kuat. Tapi lambat-laun, respon masyarakat pun membaik, hingga kita bisa menerapkan volunteerism pada setiap kegiatan.

Terkait SEAScreen Academy, bisa beri gambaran tentang kondisi para sineas di Indonesia Timur?

Mereka ada dan berkembang, tetapi kondisinya masih stuck. Mereka masih belum paham sepenuhnya soal banyak hal, semisal  bagaimana cara menggalang dana dan membangun kerjasama dengan para stakeholder yang bisa mendukung karya mereka.

Melalui SEAScreen Academy, kami berharap agar event tersebut dapat mencetak banyak sineas-sineas unggulan, khususnya yang berasal dari Indonesia Timur

Teks: Rizky Firmansyah
Visual: Arsip Dari Rumata Artspace

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading

Semarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...

Keep Reading

Head In The Clouds Balik Lagi ke Jakarta

Perusahaan media serta pelopor musik Global Asia, 88rising, akan kembali ke Jakarta setelah 2 tahun absen karena pandemi pada 3-4 Desember 2022 di Community Park PIK 2. Ini menandai pertama...

Keep Reading