- Tidbits
Berdialog: Annisa Maharani
Duo noise asal Samarinda, Sarana, pelan-pelan mulai menulis cerita yang seru. Perjalanan karirnya melaju. Salah satunya, adalah keterlibatan mereka di CTM Festival di Berlin, Jerman. Festival itu adalah salah satu festival penting untuk musik elektronik di dunia.
Sarana terdiri dari Annisa Maharani dan Sabrina Eka Felisiana. Di ranah personal, masing-masing orang juga punya kisahnya sendiri. Berdialog minggu ini, mengajak kita semua berbincang dengan Annisa Maharani, salah satu personil Sarana. Di kesehariannya, ia merupakan salah satu media officer klub sepakbola kebanggaan Samarinda, Borneo FC.
Borneo FC yang berlaga di Liga 1, kompetisi tertinggi di Indonesia, merupakan salah satu ikon kota yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari Samarinda. Kompetisi sepakbola yang ketat, ternyata bersanding dengan musik noise. Menarik, bukan?
Ceritain dong awal mula kamu tertarik dengan sepakbola…
Awal mula tertarik sama sepakbola itu sekitar tahun 2009. Ingat banget dulu pernah diajak sama kakak nonton bola di stadion. Waktu itu nontonnya pertandingan Persisam Putra Samarinda (sekarang udah jadi Bali United) vs Persitara Jakarta Utara. Waktu itu, jatuh cintanya karena ngeliat atmosfer selama pertandingan sih. Beda banget sama kalau nonton di tv. Terus, makin suka lagi pas di 2010 ada AFF Cup dan euforia mendukung timnas lagi panas-panasnya. Sampai sekarang, mimpiku adalah kepengen nonton timnas di Stadion Gelora Bung Karno. Bakal nangis sih kalo sampe terwujud, haha. Soal fans klub bola, kalo lokal ya sukanya Borneo FC. Kalau luar, aku suka AC Milan sih. Tapi udah jarang nonton pertandingan bola luar lagi.
Pengalaman paling berkesan selama menonton bola? Pernah nggak mengalami hal yang kurang mengenakkan hanya karena kamu cewek tapi jadi suporter bola?
Dulu banget pas awal-awal suka bola dan nonton ke stadion, pernah kena lempar botol air mineral yang masih penuh. Sampe benjol gitu. Kalau kejadian yang kurang mengenakan karena aku cewek selama nonton sih nggak pernah. Alhamdulillah. Jangan sampai lah.
Bagaimana kamu bisa bergabung sebagai media officer Borneo FC?
Jadi, aku dulu sempat kerja di salah satu start up di Samarinda. Medio 2016 udah mulai nggak jelas nih. Terus, ada salah satu teman yang juga dulunya kerja di start up itu nawarin gabung. Pertamanya nggak gabung sebagai official, tapi jadi LOC pertandingan. Nggak lama, baru aku ditawarin buat gabung buat jadi official. Tapi sempat takut karena lingkungannya cowok semua, untungnya teman-teman yang lain suportif sekali sampai sekarang.
Pekerjaannya ngapain aja sih?
Jadi aku di Borneo FC itu jadi media officer. Karena tugasnya media officer itu banyak, jadi kami yang ada di divisi media ini pada bagi-bagi tugas. Aku kebagian ngurus konten di website dan copy writing di media sosial media klub. Kalau offlinenya, aku ngedata wartawan dari luar klub. Kalau misalnya lagi pertandingan di kandang, aku ngurusin registrasi masuk dan mengawasi kawasan kerja mereka selama pertandingan berlangsung.
Di Indonesia, ada banyak rivalitas klub. Misalnya, Jogja-Sleman, Malang-Surabaya, Jakarta-Bandung. Samarinda kan dikenal juga punya rivalitasi dengan Balikpapan. Kendati sekarang nggak satu divisi, ada rumor yang mengatakan bahwa permusuhan kedua tim itu sudah sejak era 70-an. Awalnya, konon dimulai antara pemain lantas merembet ke suporter sampai ke luar stadion. Yang kamu tahu, versi tim Samarinda awalnya bagaimana?
Nah, kalau ini, setauku udah lama banget sih. Kalau awalnya aku kurang tahu juga gimana, tapi ya rivalitas antar kota kayak gini di nggak cuma di lingkup sepakbola aja. Lingkup sosial pun juga berpengaruh. Dan mungkin karena dulu dua tim ini sering bertemu, ya rivalitas itu dilampiaskan di sepakbola. Di lapangan panas, di tribun juga panas. Dulu sampe pernah ikut twit war pas masih zaman Persisam Samarinda masih ada gara-gara diejek-ejek. Tapi kalau rivalitas nggak ada, sepakbola nggak rame. Tapi ya, rivalitasnya yang wajar lah, nggak usah pake gontok-gontokan.
Ikrar damai pernah dilakukan kedua suporter dengan menandatangani kesepakatan bersama antara Pusamania, Balikpapan Suporter Fanatik (Balistik) dan Persiba Fans Club (PFC) tahun 2017. Ada nggak imbas dari ikrar damai tersebut, apakah kedua suporter masih panas atau sudah aman?
Alhamdulillah sih sampai sekarang aman-aman aja. Paling ya sebatas nyinyir-nyinyir doang. Malah, selama aku liat sih, hubungan suporter di Kalimantan jalinannya jadi makin erat. Silahturahminya juga terjaga di luar lapangan.
Banyak musisi Balikpapan dan Samarinda yang ngefans dengan klub sepakbola kotanya. Apakah rivalitas tim bola ini juga berimbas juga dengan skena musik Balikpapan dengan Samarinda?
Sejauh yang aku liat dan rasakan sih, nggak berimbas ke musik sih. Aman-aman aja.
Ceritain dong, band atau musisi di Samarinda yang benar-benar fans garis keras Borneo FC. Atau mungkin juga band yang bikin lagu tentang Borneo FC.
Kalau ini ada banyak sih. Ada Novi Umar (dia juga sekarang masuk ke dalam manajemen Borneo FC, jadi Chief Marketing Officer dari yang dulunya jadi dirigen buat Pusamania), terus ada Conan DX yang sampai sekarang aktif banget bikin lagu-lagu tentang Borneo. Conan DX juga pernah berkolaborasi dengan Jak Boyz (Jakmania) di lagu Salam Satu Oren. Yang lain ada Paman Doblang, Tiara Bintang. Beberapa teman dari Pusamania dan Pusamanita juga ada yang bikin lagu buat Borneo FC. Dan kayaknya hampir semua lagu dinyanyikan pas di lapangan dan digunakan juga sebagai backsong dari video-video Borneo FC di medsos.
Pusamania punya tradisi khusus nggak dalam merayakan sesuatu untuk Borneo FC?
Ya cukup banyak sih. Kayak perayaan ulang tahun atau konvoi di jalan. Tapi ya tradisi paling magis adalah datang di setiap pertandingan, bikin koreografi dan kasih semangat buat pemain. Itu priceless moment sekali. Dan selalu merinding sih ketika mereka dan para pemain itu sing along nyanyi anthem di akhir pertandingan.
Ada tips dan pesan untuk sesama perempuan yang suka dengan sepakbola?
Nggak usah takut untuk datang langsung ke stadion dan dukung tim favorit di lapangan, karena sensasinya bakal beda banget dengan nonton di tv doang. Banyak banget kok suporter perempuan yang datang langsung ke stadion, bahkan ada yang jadi dirijen juga mimpin suporter-suporter lain di atas tribun. Karena sepakbola adalah untuk siapa aja, tidak memandang kamu cewek atau cowok. (*)
Wawancara: Indra Menus
Teks: Felix Dass
Foto: Fachrul Bachri Pratama
Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...
Keep ReadingMemaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...
Keep ReadingSemarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...
Keep ReadingHead In The Clouds Balik Lagi ke Jakarta

Perusahaan media serta pelopor musik Global Asia, 88rising, akan kembali ke Jakarta setelah 2 tahun absen karena pandemi pada 3-4 Desember 2022 di Community Park PIK 2. Ini menandai pertama...
Keep Reading