Bananach Bawa EP Panoptic Litter dalam Rangkaian Tur di Jerman

Tak lama dari perilisan nomor “Sick Mind”, Kwartet noise rock/post punk asal Bandung, Bananach, akhirnya resmi merilis album mini perdananya bertajuk “Panoptic Litter”. Dilepas ke dalam format kaset oleh label rekaman Disaster Records, mini album berisi lima trek ini juga dibawa ke dalam rangkaian turnya di Jerman yang sudah berlangsung sejak tanggal 28 Mei sampai dengan 7 Juni mendatang.

Sejak dibentuk sebagai grup musik riot grrrl oleh komposer Mojan Larasati dan seniman multidisipliner Karina Sokowati pada tahun 2013, Bananach hanya menunjukkan eksistensinya melalui beberapa rangkaian panggung DIY–yang dimulai setelah Fay Murray mengisi posisi drummer pada 2014–dan dua lagu yang terdapat dalam “Wasted Demo (2019)”.Beberapa kali melewati proses bongkar-pasang personel, mereka harus menghadapi pahitnya pandemi Covid-19 tak lama setelah membentuk formasi solid dengan bergabungnya Java Anggara sebagai bassist pada 2018.

Alih-alih terkekang dan larut dalam kemuraman pandemi Covid-19, keempat personel justru berhasil mencurahkan segala keresahan yang terpendam dalam diri mereka di sebuah sesi karantina bersama pada awal 2020. Kegusaran akan dunia yang kacau balau, keresahan akan berbagai masalah yang menimpa lingkungan sekitar, dan gairah bermusik yang membuncah dalam diri mereka terkoneksi dan teramplifikasi menjadi suara kegeraman yang jauh lebih keras dan lantang.

“Panoptic Litter” adalah testamen mengenai betapa kelamnya isolasi, baik dalam artian fisik maupun kultural. Berisikan lima lagu dengan durasi enam belas menit, mini album berbalut fuzz ini dibuka dengan “Lethal Messy”, track tempo rendah yang merekam kerasnya perjuangan masyarakat di berbagai penjuru dunia yang turun ke jalan untuk melawan penyalahgunaan kekuasaan, opresi, dan status quo. “Sick Mind” yang telah diluncurkan dengan video musik sebagai promo single untuk album ini, secara blak-blakan memberi jari tengah kepada individu atau kelompok yang merasa memiliki superioritas moral dan mentalitas holier than thou.

Pesta belum berakhir karena mereka segera berdansa secara agresif dalam alunan fuzz “Bigot Dance”. Tempo cepat dan agresivitas dalam track tersebut adalah peringatan akan betapa serius dan cepatnya fanatisme disebarkan oleh kaum puritan. Sebelum track penutup, mereka berjalan perlahan dengan “Doubt” dan merenungkan masalah paling lazim yang dihadapi hampir semua orang: patah hati, dan bagaimana rasa empati dan pengertian mampu membuat kita bertahan sampai saat ini.

Sebagai penutup “Virgin Fuckboy” kembali melaju sebagai track satir yang menyinggung predator seksual yang kerap berkamuflase dalam sirkel pertemanan. Karina sebagai penulis lirik menyebut “Panoptic Litter” didedikasikan bagi generasinya yang, “tak perlu membuktikan apa-apa kepada siapapun.” Sekaligus untuk merayakan mediocrity.

 

Visual: Arsip dari Bananach

Debut Kathmandu Dalam Kancah Musik Indonesia

Musisi duo terbaru di Indonesia telah lahir. Penyanyi bernama Basil Sini bersama seorang produser sekaligus multi-instrumentalist bernama Marco Hafiedz membentuk duo bernama KATHMANDU. Dengan genre Pop-Rock, KATHMANDU menyapa penikmat musik...

Keep Reading

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading