Antartick: Berjalan Menuju Album Perdana

Antartick, sebuah band rock asal Bogor, memulai karirnya dengan memperkenalkan single debut berjudul Kebas yang menampilkan Wisnu Adji dari Monkey to Millionaire sebagai kolaborator. Peristiwa itu terjadi tahun 2017. Selang dua tahun, pada bulan Mei 2019, Antartick meminang Noh Salleh, musisi asal negeri jiran Malaysia untuk ikut berkolaborasi di single baru berjudul Hujan.

“Sebelum memulai ‘kerjasama bilateral’ ini, sebenarnya kami sudah kenal dan mengikuti sepak terjang Noh, baik sebagai vokalis band Hujan maupun sebagai seorang penyanyi solo. Saat proses menciptakan atau penyusunan materi lagu Hujan, kami belum berani mimpi untuk mengajak siapapun untuk berkolaborasi, termasuk dengan Noh. Lalu kami memberanikan diri untuk approaching ke Noh setelah kami melakukan proses workshop dan mulai merekam lagu ini. Ternyata setengah matengnya lagu ini sudah cukup membuat kami sendiri tercengang. Dan kami berpikir, lagu ini musti ada sentuhan musisi yang berkarakter kuat,” ungkap mereka tentang keputusan untuk mengajak Noh Salleh berkolaborasi.

Gayung bersambut, Noh Salleh pun sepakat untuk turut andil dalam single Hujan. Bagi mereka, sosok Noh Salleh memiliki karakter kuat. Antartick menilai bahwa ada dua sisi yang bersebrangan dari musisi ini: ketika menjadi solois dan saat mengisi vokal di Hujan. Dia bisa memposisikan diri secara baik pada dua proyek berbeda.

“Hal lain yang membuat kami menaruh respek pada seorang Noh adalah bahwa ia juga seorang aktivis kemanusiaan dan orang yang sangat dermawan. Jadwal rekaman yang kami peroleh dari Noh untuk take vokal lagu ini kami dapatkan di sela-sela kunjungan untuk menyalurkan bantuan para korban bencana alam di Nusa Tenggara dan Palu beberapa bulan lalu. Hal tersebut yang membuat kami melihat dia sebagai sosok yang special,” lanjut mereka.

Antartick sendiri pertama kali dibentuk 2016, dengan formasi Joean Lasta (vokal), Anang (gitar) serta Helvi (bass). Embrionya muncul dari kebiasaan Jamming Joe dan Anang yang rajin mengcover lagu-lagu kesukaan mereka.

“Well, memang dari ketiga personil Antartick yang masih bener-bener baru terjun ke industri musik adalah Joe. Baik Anang maupun Helvi sebelumnya tergabung di band yang masih aktif rekaman maupun manggung. Tadinya Anang dan Joe yang kebetulan masih ada hubungan keluarga, iseng-iseng cover lagu-lagu yang biasa didenger oleh Joe selama ini. Ternyata lama-lama jadi asyik. Lalu Anang kepikiran, kenapa nggak coba bikin band yang materi-materi lagunya berbeda dengan band yang dulu? Lalu Anang dan Joe sempat menghubungi Jagad (ex-drumer Vegan) dan Rheza (ex-bassist Vegan) untuk mengajak jam session,” jelas mereka tentang proses terbentuknya Antartick.

Dari jam session itu akhirnya diketahui, bahwa mereka sangat menikmati prosesnya dan berencana serius untuk mendeklarasikan band baru, namun niat tersebut tidak kunjung terealisasi karena kesibukan Rheza serta Jagad yang kebetulan adalah tim content creator di sebuah perusahaan. Singkat kata, dua orang pelopor tersebut melanjutkan project Antartick berdua sembari mencari-cari personil lainnya.

“Kemudian seorang teman merekomendasikan Helvi, seorang drummer yang menguasai beberapa instrumen sekaligus. Termasuk bass. Karena posisi drum masih kosong, lalu kami mengajak teman lainnya, Opay (drum) yang kebetulan berada di komunitas musisi Bogor. Lalu kami mulai jam session. Nah, dari sekali jam session ini kami langsung sepakat untuk mendirikan band, meskipun Opay saat itu hanya berkomitmen sebagai additional drum karena juga masih tercatat sebagai drumer band Rasvala. Lalu kami menamai band ini dengan Antartick,” kata mereka.

Kini, mereka tengah disibukkan dengan proyek album perdananya. Single-single yang mereka rilis adalah jembatan untuk menuju hal tersebut. Lagu terbaru juga sedang dipersiapkan untuk perkenalkan dalam waktu dekat.

“Saat ini kami tengah mengebut penyelesaian album perdana kami. Sebenarnya, single-single yang kami rilis adalah road to album. Jadi sekali dayung, dua pulau terlampaui. Proyek jangka pendek jadi sekaligus proyek jangka panjang. Karena bagaimanapun juga, kami perlu merilis karya secara periodik. Karena menurut kami, musisi memang harus terus berkarya dan membagikan karya yang berisi ide musikal tersebut ke pendengar,” tutur mereka. (*)

Teks: Rizki Firmansyah
Foto: Arsip Antartick

Sisi Organik Scaller Dalam "Noises & Clarity"

Kabar baik datang dari Scaller yang baru saja merilis live session (8/7/23) yang kemudian diberi tajuk “Noises & Clarity”. Dalam video ini, grup musik asal Jakarta tersebut tampil membawakan 5...

Keep Reading

Single Ketiga Eleanor Whisper Menggunakan Bahasa Prancis

Grup Eleanor Whisper asal kota Medan yang telah hijrah ke Jakarta sejak 2019 ini resmi merilis single ke-3 yang diberi tajuk “Pour Moi”. Trio Ferri (Vocal/ Guitar), Dennisa (Vocals) &...

Keep Reading

Sajian Spektakuler KIG Live!

Umumkan kehadirannya sebagai pemain baru pada industri konser musik Indonesia, KIG LIVE yang merupakan bagian dari One Hundred Percent (OHP) Group menggelar acara peluncuran resmi yang juga menampilkan diskusi menarik...

Keep Reading

Crushing Grief Gandeng Dochi Sadega Dalam Single Terbaru

Unit pop-punk dari Manado, Crushing Grief, menggandeng Dochi Sadega dari Pee Wee Gaskins, dalam single terbaru mereka yang diberi tajuk “Hard Rain“. Single ini merupakan salah satu lagu yang diambil dari EP...

Keep Reading