A Camp Yang Menjanjikan Sarana Berjejaring

Festival musik, harusnya memang tidak hanya bisa menjanjikan sebuah pertunjukan megah nan berkesan. Ia harus lebih dari itu, dapat menghadirkan banyak pengalaman seru yang tidak dapat dinikmati di tempat lain. Poinnya adalah, kontennya harus berkesan di hati.

Seperti pada Soundrenaline 2019, selain menyajikan sejumlah musisi di tiap panggungnya, salah satu festival terbesar se-Asia Tenggara tersebut menghadirkan pula sebuah wahana menginap bernama A Camp. Tidak sekedar untuk bermalam saja, area berkemah tersebut juga diciptakan agar bisa menjadi titik pertemuan yang mampu membuat orang-orang lintas disiplin berjejaring hingga mampu menciptakan kolaborasi bersama.

Beragam kegiatan juga diselenggarakan di sana, mulai dari Festitalk, Senandung Santai, hingga Karaoke Night. Semuanya diciptakan agar para pengunjung di sana dapat merasakan sebuah pengalaman tak terlupakan saat berkunjung ke suatu festival musik.

Misalnya saja konten Festitalk, di sana para hadirin disajikan beragam diskusi berbobot dan juga seru yang mengupas tentang banyak hal terkait kiat-kiat bertahan bagi seluruh pengunjung yang menggeluti ranah kreatif.

Beberapa narasumbernya adalah Tri Mas nyetir, Eben “Burgerkill”, Baskara “.Feast”, Jimi Multahzam, Farid Stevy, Dimas Pepe, Anton Ismael, Musica Studio, Kolibri Records, Muklay, Popomangun, hingga pihak Zandari Festa. Seluruh agenda diskusi bermuara pada satu konklusi penting: insan kreatif harus senantiasa melaju kencang dalam berproses menuju arah yang lebih baik.

Panggung Senandung Santai juga tidak bisa dianggap terlalu santai. Dua nama pengisinya, yaitu Luise Najib dan The Munchies adalah musisi-musisi baru yang patut diperhatikan tindak-tanduknya. Penampilan mereka di A Camp berhasil menyita perhatian pengunjung.

Luise Najib merupakan musisi asal Jogjakarta yang namanya melejit melalui lagu debutnya di ranah musik elektronik, yaitu Tattoed Love. Lalu, The Munchies merupakan duo folk dari Bali. Debutnya ditandai oleh rilisnya single perdana mereka bertajuk Strong Like a Lion di sekitaran awal 2019 lalu.

Setelah seharian mengitari kawasan Garuda Wisnu Kencana, area A Camp pun memberikan sebuah treatment pelepas Lelah yang jitu, yaitu Karaoke Night. Dipandu oleh Ruru Radio Berkaraoke, semua orang bebas untuk ikut bernyanyi tembang-tembang yang sudah dipilih oleh Gombloh dan kawan-kawan.

Dega, yang merupakan personil dari Polka Wars adalah salah satu peserta A Camp. Menurutnya, dengan adanya A Camp, Soundrenaline 2019 menjadi sebuah Festival yang telah memenuhi aspek-aspek festival yang baik.

“Menurut saya, festival yang baik adalah yang mampu menjawab kebutuhan dari audience dan artist-nya. Dengan adanya A Camp, Soundrenaline 2019 telah memenuhi aspek tersebut, karena selain bisa menikmati musik, disana juga tersedia lahan untuk berdiskusi dan berjejaring,” ungkapnya.

Senada dengan Dega, Boit dari Omunium juga mengungkapkan bahwa kehadiran A Camp menjadikan Sondrenaline 2019 memiliki manfaat selain menghibur. “Festival yang baik ya seperti ini, selain menyajikan musik bagus,  juga memberikan edukasi serta fasiltas-fasilitas yang mampu mewadahi orang untuk berjejaring satu sama lain,” jelasnya.

Soundrenaline 2019 kini sudah berakhir, tapi seharusnya akan terus digelar pada tahun-tahun mendatang. Para pengunjung telah membawa pulang kesannya masing-masing terhadap acara yang digelar dari tanggal 6 hingga 8 September tersebut, dan apapun kekurangannya, setidaknya perhelatan itu telah membuktikan bahwa festival musik bisa sangat menyenangkan, sekaligus mencerahkan.

Teks: Rizki Firmansyah
Visual: Arsip Siasat Partikelir

Geliat Kreatif Dari Sulawesi Tengah Dalam Festival Titik Temu

Terombang-ambing dalam kebimbangan akan keadaan telah kita lalui bersama di 2 tahun kemarin, akibat adanya pandemi yang menerpa seluruh dunia. Hampir semua bentuk yang beririsan dengan industri kreatif merasakan dampak...

Keep Reading

Memaknai Kemerdekaan Lewat "Pasar Gelar" Besutan Keramiku

Di pertengahan bulan Agustus ini, ruang alternatif Keramiku yang mengusung konsep coffee & gallery menggelar acara bertajuk “Pasar Gelar” di Cicalengka. Gelaran mini ini juga merupakan kontribusi dari Keramiku untuk...

Keep Reading

Semarak Festival Alur Bunyi Besutan Goethe-Institut Indonesien

Tahun ini, Goethe-Institut Indonesien genap berusia 60 tahun dan program musik Alur Bunyi telah memasuki tahun ke-6. Untuk merayakan momentum ini, konsep Alur Bunyi tetap diusung, namun dalam format yang...

Keep Reading

Head In The Clouds Balik Lagi ke Jakarta

Perusahaan media serta pelopor musik Global Asia, 88rising, akan kembali ke Jakarta setelah 2 tahun absen karena pandemi pada 3-4 Desember 2022 di Community Park PIK 2. Ini menandai pertama...

Keep Reading